Sekretaris Desa Plabuhan, Kuswanto, S.T sesuai dengan yang tertulis dalam bagian Profil Desa sub bab Sejarah Desa pada Laporan Rencana Jangka Panjang dan Menengah Daerah (RJPMD) Desa Plabuhan mengisahkan dahulu kala terdapat tokoh yang bernama Ki Demang Kertolaksono.

PLANDAAN – Sebuah Nama Sebuah Cerita, tajuk album dari band Paterpan yang kini menjadi Noah tersebit begitu relevan untuk menggambarkan bahwa dalam sebuah nama pasti menyimpan ceritanya masing-masing. Sama halnya nama sebuah kampung atau desa, dibaliknya pastilah terbesit cerita yang melatar belakanginya.

Seperti Desa Plabuhan, Kecamatan Plandaan. Selintas mendengar pasti membawa pemikiran pada tempat bersandarnya sebuah perahu atau kapal. Namun setelah ditelisik lebih jauh, ternyata tak ada kaitannya sama sekali dengan aktivitas kemaritiman tersebut.

Sekretaris Desa Plabuhan, Kuswanto, S.T sesuai dengan yang tertulis dalam bagian Profil Desa sub bab Sejarah Desa pada Laporan Rencana Jangka Panjang dan Menengah Daerah (RJPMD) Desa Plabuhan mengisahkan dahulu kala terdapat tokoh yang bernama Ki Demang Kertolaksono. Beliau dikenal sebagai orang yang kuat dalam berperang dan cerdas dalam mengatur strategi. Dia juga memiliki banyak anak buah (baca: prajurit) yang juga sangat terkenal hingga ke pelosok desa bahkan sampai ke luar kanjengan (kabupaten). Di bawah kepemimpinan Ki Demang Kertolaksono, masyarakat yang kegiatan sehari-harinya bertani hidup aman dan damai.


Baca Juga : Hariyanto Ahlinya Ahli Bedah Bodi Mobil

“Hingga suatu saat datanglah seorang tamu Demang dari Madiun yang bertujuan untuk menduduki wilayah Ki Demang Kertolaksono. Kedua Demang itu akhirnya bertarung dengan hasil akhir kemenangan di pihak Ki Demang Kertolaksono. Bersama prajurit yang masih tersisa, Demang Madiun pun akhirnya pulang. Setelah itu tempat terjadinya peperangan diberi nama Labuhan yang diperkirakan artinya merupakan tempat pertemuan pelarian para prajurit,” jelas Kuswanto.




Bapak dua putra ini kemudian melanjutkan cerita, meski Demang Madiun sempat mengalami kekalahan namun tidak lama kemudian dia datang kembali ke Desa Labuhan untuk kembali merebutnya. Kali ini Demang Madiun berhasil mendesak Ki Demang Kertolaksono untuk mundur hingga ke suatu wilayah yang pada akhirnya diberi nama Sempol.

Lantaran terluka dan untuk mencari perlindungan Ki Demang Kertolaksono berlari dari satu tempat ke tempat yang lain. Setiap tempat yang disinggahi oleh Ki Demang Kertolaksono kala itu saat ini menjadi dusun yang masuk dalam wilayah administrasi Desa Plabuhan. Setiap tempatnya memiliki nama dan istilah yang disesuaikan dengan kondisi yang terjadi saat itu.

“Setelah berpindah-pindah tempat, Ki Demang Kertolaksono akhirnya memutuskan untuk kembali dan bermukim di wilayah Desa Labuhan. Ajaibnya pada beberapa tahun kemudian di wilayah Labuhan tepatnya di sebelah utara ada keajaiban berupa perahu gosong (hangus) yang di sekitarnya terdapat tataan batu yang terbuat dari daun jati. Dari situlah akhirnya nama Labuhan diganti menjadi Plabuhan,” jelas Kuswanto

Namun Kuswanto menyayangkan tataan batu yang menjadi cikal bakal bergantinya nama Labuhan menjadi Plabuhan saat ini sudah tidak ada. Satu-satunya peninggalan yang bisa menunjukkan asal-usul Desa Plabuhan hanyalah sebuah makam yang diyakini sebagai makam Ki Demang Kertolaksono. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama