Di tangan Dwi Asri, pemilik Warung Ijo di Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam ternyata daun Kastuba mampu diolah menjadi makanan yang sedap.

WONOSALAM – Benar kata pepatah lama bila negeri ini Gemah Ripah Loh Jinawi, segala macam kebutuhan hidup telah tersedia di alam. Termasuk bahan makan yang lezat nan nikmat pun ada. Meski namanya asing karena kurang pupuler dengan lainnya, namun ketika sudah dimasak akan menciptakan cita rasa yang menggiurkan. Laiknya daun Kastuba atau lebih akrab dengan sebutan daun racun. Entah dari mana asal mula sebutan itu, namun memang dari cerita yang berkembang bila memasaknya salah maka akan menjadi racun meski tidaklah mematikan.

Di tangan Dwi Asri, pemilik Warung Ijo di Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam ternyata daun Kastuba mampu diolah menjadi makanan yang sedap. Biasanya perempuan berparas manis ini memilih untuk memasaknya menjadi kotokan daun racun. Walau namanya cukup menakutkan di dengar karena seakan beracun, tapi bila memasaknya pas maka hasilnya akan membuat ketagihan.

Bumbu yang digunakan banyak mengandung rempah-rempah diantaranya bawang merah, bawang putih, cabe rawit, kemiri, ketumbar, kencur, jahe, dan kunyit. Sementara bahan utama yakni daun racun ternyata sangat mudah di dapatkan. Bagi masyarakat di kaki Gunung Anjasmoro ini, tanaman Euphorbia Pulcerrima (nama latin daun racun) tersedia cukup melimpah. Lantaran mudah tumbuh dan memiliki warna yang memikat mata, jadi banyak dijadikan penghias pagar rumah.


Baca Juga : Thohari, S.Pd Meyakinkan Masyarakat Kembali Belajar

Selain bumbu di atas, beberapa bahan tambahan lain pun diperlukan seperti tahu, tempe, tauge kecil, cabe hijau, daun jeruk, lamtoro, hingga kelapa. Setelah bumbu dihaluskan dan ditumis, barulah sejumlah bahan tambahan ini dicampur dengan dilengkapi sedikit air hingga masak. Aroma harum yang memenuhi dapur biasanya menandakan bila kotok daun racun sudah matang dan siap disajikan.

Di Warung Ijo ini seringkali dikombinasikan dengan nasi jagung, ayam goreng, dan sambal terasi. Jadi saat menyantapnya pun pelbagai kombinasi rasa berbaur dan melahirkan sensasi yang luar biasa.

Kotokan daun racun pun memiliki rasa getir dan agak pahit. Maklum ini merupakan menu yang baru pertama saya makan seumur hidup. Namun kalau sudah dipadukan dengan kuahnya amat kuat rasa gurih yang diciptakan. Hal itu karena dominasi santan dan parutan kelapa begitu lekat. Alhasil kalau dimakan bersamaan dijamin, nagihi (Jawa: Ketagihan). Apalagi daging ayam goreng yang empuk dan pedasnya sambal terasi, sangat nikmat untuk mengobati lapar akibat hawa dingin Wonosalam.

Cukup mengeluarkan uang Rp 15.000 saya sudah puas. Selain sangat rekomendasi rasanya, pilihan lauknya pun banyak. tempatnya pun nyaman. Bisa digunakan untuk melepas penat pekerjaan dan suasana perkotaan yang bising akibat padatnya aktivitas. Warung Ijo ini buka setiap hari dari pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB.

Jadi sudah siap merencanakan liburan sambil menikmati daun racun? Silahkan mencoba sendiri kalau tidak percaya. aditya eko
Lebih baru Lebih lama