Dari sekian banyak kendala yang dihadapi oleh SDN Sukodadi II Kabuh bukan berarti menutup mimpi peserta didik dalam mengenali potensinya dan menjangkau prestasi.

KABUH – ­Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia memang tidak pernah ada habisnya. Berbagai masalah yang menghambat proses pembelajaran masih sering dijumpai, mulai dari kurangnya pendidik sampai tidak terpenuhnya sarana dan prasarana. Meskipun begitu tidak berarti proses pembelajaran harus berhenti. Sebaliknya bisa diolah menjadi sebuah motivasi guna mendulang prestasi.

Seperti halnya di SDN Sukodadi II Kabuh ini. Terletak ujung Kabupaten Jombang, membuat sekolah yang sudah berdiri sejak tahun 1980-an tersebut jauh dari akses hingar bingar kota. Jalan yang dilalui pun terbilang cukup sulit karena berada pada pegunungan kapur. Terlebih jika turun hujan akan membuat kondisi jalan menjadi licin.

Kepala SDN Sukodadi II Kabuh, Istihari, S.Pd., mengatakan, “Memang yang menjadi kendala saat ini adalah faktor geografis dari sekolah ini sendiri. Selaian akses jalan yang sulit, keadaan tanah di desa ini adalah tanah gerak. Jadi banyak bangunan di sekolah ini yang rusak, seperti halnya di gedung kelas 3.”


Baca Juga : Mamah Gowes Bersepeda Tetap Cantik


Kerusakan pada gedung tersebut sudah mencapai 60 persen. Banyak tembok yang sudah retak, bahkan sampai terlihat sudut luar ruangan. Selain itu atap sekolah juga banyak yang ambrol. Pihak sekolah khawatir jika gedungnya tidak segera di renovasi, nantinya akan membahayakan peserta didiknya dalam kegiatan pembelajarannya.

“Kami sudah melaporkan hal tersebut kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang. Semoga saja segera ada tindakan mengenai sekolah kami ini. Kasihan anak-anak (peserta didik), mereka selalu was-was jika lagi belajar di dalam kelas,” harap kepala sekolah yang baru menjabat dua tahun di sekolah tersebut.

Selain kelas, musala pun juga mengalami kerusakan. Padahal musala menjadi sentra dalam pembelajaran keagamaan peserta didik. Selain ukurannya yang terlalu kecil membuat tidak bisa berjamaah jika beribadah atau sewaktu melangsungkan kegiatan pendalaman keagamaan. Padahal dengan adanya musala ataupun fasilitas pembelajaran lainnya memadai akan memaksimalkan mencapai mutu yang dikehendaki.

Permasalah lain yang dihadapi SDN Sukodadi II Kabuh adalah kekurangan tenaga pendidik mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes). Membuat guru kelas harus mampu mengajar meski tidak memiliki latarbelakang penjaskes. Beban guru akhirnya bertambah dan potensi peserta didik kurang dapat dikembangkan dengan sempurna.

“Sayang jika pendidik bukan dari bidangnya. Seperti halnya kemarin, anak kami mendapat juara tiga lomba karate Se Kabupaten Jombang. Jika ada pengajar yang tepat maka potensi-potensi peserta didik akan teridentifikasi serta terasah,” tegas Istihari saat ditemui di kantornya.


Mengembangkan Seni Lukis


Dari sekian banyak kendala yang dihadapi oleh SDN Sukodadi II Kabuh bukan berarti menutup mimpi peserta didik dalam mengenali potensinya dan menjangkau prestasi. Seni lukis ialah salah satu jalan yang ditempuh dalam mengembangkan potensi peserta didik.

Guru pendamping ektrakulikuler seni lukis, Adi Widayaka menjelaskan bahwa bidang seni rupa ini diperuntuk bagi peserta didik dari kelas 1 sampai dengan 6. Menurutnya, seni lukis mampu merangsang otak dalam mengoptimalkan kreatifitas dan emosi. Dampaknya bisa berimbas pada proses pembelajaran di kelas. Selain semakin termotivasi, tentunya peserta didik merasa lebih segar tiap mengukuti pembelajaran.


Namun dalam pengajarannya, ayah satu anak tersebut menggunakan media sederhana yaitu batu, cobek, bahkan di tembok. Untuk catnya, Adi Widiyaka membedakan dari kelas 1-3 dan kelas 4-6. Pada kelas 1-3 menggunakan cat biasa yang dijual di toko, untuk kelas 4-6 diharuskan membuat bahan pewarna sendiri.

“Kelebihan kami yang tinggal di dekat hutan. Kami dapat membuat bahan warna sendiri dari tumbuhan yang ada di hutan. Seperti membuat warna merah yaitu dengan menggunakan daun jati muda dan warna kuning dari tanaman kunyit. Nantinya warna-warna tersebut di aplikasikan untuk membuat lukisan,” ujar laki-laki kelahiran tahun 1965 itu.

Adi Widiyaka menambahkan, dengan melukis dirinya dapat memperkenalkan banyak hal kepada peserta didiknya, salah satunya pahlawan Indonesia. Hal tersebut diimplementasikan dengan tema kemerdekaan yang sesuai dengan bulan Agustus ini. aditya eko
Lebih baru Lebih lama