Beragam manfaat yang dimiliki bunga pacar air ini yang lantas dibudidayakan oleh beberapa masyarakat. Di Dusun Dukuh, Desa Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan misalnya. Sejak puluhan tahun silam masyarakat dusun tersebut sudah membudidayakan bunga tersebut dan dikenal sebagai sentra bunga pacar air.

PETERONGAN – Bunga pacar air atau orang Jawa biasa menyebutnya pacar banyu merupakan salah satu tanaman hias yang banyak ditanam di pekarangan rumah. Bunga ini termasuk dalam golongan tanaman hias yang sangat mudah tumbuh di lahan jenis apa saja. Ciri tanaman ini mempunyai daun berbentuk lancip, tidak terlalu lebar, dan bergerigi.

Selain mempercantik pekarangan rumah, bunga bernama latin impatiens balsamina linn juga memiliki manfaat sebagai tanaman penyembuh beberapa penyakit. Kandungan kimia yang terdapat di akar, daun, bunga dan biji, dapat penyembuhan beberapa penyakit. Termasuk masalah-masalah daerah kewanitaan. Kandungan kimia yang terdapat pada bagian bunganya yakni anthocynanin, cynidin, delphinidin, pelargonidin, malvidun, kaempherol serta quercetin.

Beragam manfaat yang dimiliki bunga pacar air ini yang lantas dibudidayakan oleh beberapa masyarakat. Di Dusun Dukuh, Desa Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan misalnya. Sejak puluhan tahun silam masyarakat dusun tersebut sudah membudidayakan bunga tersebut dan dikenal sebagai sentra bunga pacar air.

Salah satu pembudidaya bunga pacar air, Kasan mengungkapkan bahwa dirinya sudah mulai menanam bunga sejak lebih dari 10 tahun silam. Sawah miliknya dengan luas banon 500 atau sekitar 7.000 meter persegi kini ditanami bunga itu.

Baca Juga :
Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Memasuki Tahap Focus Group Discussion

“Jumlah petani yang menanam bunga pacar air sekarang ini masih terbilang sedikit. Tidak sampai puluhan orang. Kalau di sawah memang tidak banyak, hanya sekitar 5 orang saja. Tetapi kalau yang di pekarangan rumah bisa lebih dari 10 orang,” kata Kasan saat di temui di kediamannya.

Alasan menanam bunga itu karena beberapa hal, tambahnya, selain di nilai lebih praktis juga karena harga. Terlebih jika saat mendekati Ramadan, harganya dapat berkali-kali lipat dibandingkan dengan harga biasa. Karenanya banyak petani yang menggarap sawahnya dengan bunga pacar air jika mendekati Ramadan. Namun jika di luar itu, kebanyakan petani tetap menanam padi dan jagung.


“Masa panennya juga terbilang cepat. 35 hari setelah tanam, bunganya sudah bisa dipetik. Namun biasanya sekitar 3 bulan berbunga, pohonnya akan mati dan petani akan kembali menanamnya. Soal bibit kita sudah ada persiapan karena biji-biji yang terdapat di bunga itu biasanya kita keringkan kemudian disemai. Jadi tidak perlu cari atau beli bibit,” papar Kasan.

Pacar air memang cocok ditanam pada saat musim kemarau, biar pun namanya pacar air tapi kalau terlalu banyak air akan layu dan bisa-bisa mati. Perawatannya pun hampir sama dengan tanaman bunga pada umumnya. Hama dan penyakit juga menjadi momok bagi para petani. Pasalnya bunga tersebut kerap diserang hama kepik dan ulat. Penyemprotan berkala harus dilakukan petani agar tumbuhannya tidak mati.

Bapak tiga anak tersebut menjelaskan, “Meski bunga ini memiliki banyak warna, namun warna merah menjadi ciri khas Jombang. Warna bunga pacar air yang dijual dari petani Jombang berbeda dengan daerah lain. Contohnya di Pasuruan dan Malang, bunganya merah tetapi ada bintik-bintik putihnya. Kalau Jombang ini yang khas merah merona.”

Saat ini, pangsa pasarnya tidak hanya di Jombang saja, namun sudah merabah sampai ke Surabaya. Kasan menyontohkan panen miliknya setiap dua hari sekali selalu dikirim ke Surabaya. Usai dipetik tidak butuh waktu lama kemudian dijual. Petani juga tidak perlu kerepotan melakukan penjemuran. Hanya saat bunga terkena air hujan dikeringkan.

“Kalau panas begini tidak pakai di jemur, besoknya langsung bisa dibawa ke Pasar Kupang Surabaya. Selain bunga pacar air terkadang petani melengkapi bunga lainnya. Seperti kamboja dan gading kuning. Maklum, bunga-bunga itu lebih banyak dijadikan untuk ziarah ke makam dan upacara adat,” ungkapnya. aditya eko
Lebih baru Lebih lama