Foto : Istimewa
Ketua PKBM Sanggar Belajar Yalatif, Kedawong, Diwek, Ahmad Zainuddin menegaskan bahwa tujuannya utamanya menggelar UAS online adalah memang untuk mempersiapkan mental para warga belajarnya dalam menghadapi UNBK mendatang.

DIWEK – Tuntutan penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan tidak hanya berdampak pada sektor pendidikan formal, melainkan juga pada sektor pendidikan nonformal. Pada pendidikan Kesetaraan atau yang lebih akrab dengan istilah Kelompok Belajar (Kejar) utamanya Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA) pun penggunaan teknologi juga tidak terelakkan.

Sama seperti peserta didik di pendidikan formal yang dibiasakan dalam penggunaan komputer atau perangkat lain yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran, para warga belajar pun tidak mau kalah. Untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tahun pelajaran 2019/2020, sebanyak 98 warga belajar Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sanggar Belajar Yalatif, Kedawong, Diwek pada Minggu (16/12) mengerjakan Ujian Akhir Semester (UAS) semester ganjil secara online, dimiripkan dengan situasi ketika mengerjakan UNBK mendatang.

Ketua PKBM Sanggar Belajar Yalatif, Kedawong, Diwek, Ahmad Zainuddin juga mengakui bahkan menegaskan bahwa tujuannya utamanya menggelar UAS online adalah memang untuk mempersiapkan mental para warga belajarnya dalam menghadapi UNBK mendatang. Disamping untuk mencoba kekuatan server dan kecepatan akses pada aplikasi atau website yang digunakan.

Baca Juga :
Bunga Pacar Air Membuat Rejeki Terus Mengalir 

“Karena ujiannya online alat yang digunakan bisa menggunakan ponsel atau juga komputer jinjing atau komputer yang dimiliki lembaga. Meski dikerjakan melalui ponsel, begitu warga belajar log in atau masuk untuk mengerjakan soal, tampilan halaman akan otomatis terkunci sehingga warga belajar tidak akan bisa membuka aplikasi atau halaman lain,” urai Ahmad Zainuddin menjelaskan detail pelaksanaan ujian.

Salah satu warga belajar, Sunardi mengemukakan meski sehari-hari sudah terbiasa menggunakan ponsel untuk keperluan berkomunikasi dan yang lainnya namun menjadi berbeda ketika digunakan untuk mengerjakan soal. Kesabaran serta pemahaman dalam penggunaan aplikasi sangat diperlukan oleh peserta ujian.

“Kendala utamanya salah satunya di alat yang mungkin sudah tidak terlalu mumpuni. Selain itu juga masalah jaringan yang kurang lancar sehingga ketika membuka laman ujian proses loading-nya lama dan tidak jarang berakhir eror. Itu yang membuat bingung dan panik,” jelas Sunardi.

Namun pria asal Kediri ini menyadari, dengan pengenalan dan pembiasaan yang dilakukan sekarang akan membuatnya dan warga belajar lain akan mudah ketika menghadi UNBK beberapa waktu mendatang.

 
Membuka Cabang di Enambelas Desa

PKBM Sanggar Belajar Yalatif merupakan salah satu lembaga penyelenggara pendidikan nonformal yang sukses di Kota Santri. Atas inovasi yang selalu dikembangkan serta kecerdikan dalam membaca peluang, PKBM yang dikelola oleh Ahmad Zainuddin ini mampu membuka cabang di hampir enambelas titik (desa) di Kabupaten Jombang.

Menurut penjelasan Ahmad Zainuddin, munculnya cabang lembaga tersebut dimulai usai diterimanya Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) pada PKBM. Dana itu kemudian digunakannya untuk mengembangkan pelayanan lembaga. Selain itu, dari data yang didapatkannya menyebutkan bahwa rata-rata pendidikan di Jombang masih delapan tahun atau setara dengan kelas VIII SMP. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat Jombang banyak yang belum memiliki ijazah SMP atau bahkan SMA.

Berdasar data tersebut Ahmad Zainuddin kemudian mengaku melakukan jemput bola. Upaya itu disebutnya dengan Gerakan Sekolah Maneh (GSM). Langkahnya adalah melakukan kerja sama dengan organisasi masyarakat, pihak desa, serta masyarakat desa setempat untuk mendata warga yang belum berijazah. Setelahnya, masyarakat yang terdata tersebut ditawarkan apakah tertarik untuk belajar kembali atau tidak. Jika mereka tertarik pihak PKBM Sanggar Belajar Yalatif akan memfasilitasi dengan mengadakan kegiatan pembelajaran disana dan memberikan fasilitas berupa modul belajar, seragam, dan juga keterampilan apltikatif kewirausahaan sesuai minat warga belajar, dan yang terpenting seluruhnya gratis tanpa biaya.

“Namun syaratnya harus mau mengikuti kegiatan pembelajaran aktif selama tiga tahun sesuai dengan proses pembelajaran yang berlangsung,” tekan Ahmad Zainuddin.

Kunci utama berhasilnya pelaksanaan pembelajaran di luar pusat lembaga, menurut Ahmad Zainuddin adalah pelibatan masyarakat setempat dalam pelaksanaan pembelajaran. Tutor belajar diambilkan dari masyarakat setempat yang memenuhi kualifikasi. Dari lembaga pusat hanya mengirimkan dua tutor yang bertugas sebagai penanggung jawab.

“Disisi lain, pelibatan tokoh penting di masyarakat juga memberikan peran besar dalam menggugah kesadaran warganya. Dengan keterlibatan mereka, diharapkan mereka juga mampu memberikan motivasi kepada warga untuk mau kembali menempuh pendidikan,” terang Ahmad Zainuddin.

Saat ini, bapak dua putra itu masih membuka lebar peluang kepada masyarakat dari wilayah lain yang ingin mengadakan kegiatan belajar. Syaratnya adalah mengumpulkan minimal duapuluh hingga tigapuluh orang calon warga belajar yang komitmen mengikuti standar proses (kegiatan pembelajaran aktif) pendidikan kesetaraan. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama