Judul : Bodhe dan Bocil

Penulis : Anzilni Rahmatika Mubarok

Penerbit : CV. Sinar Ilmu

Tahun Terbit : 2020

ISBN : 978-623-7520-59-7

Halaman : ii + 14 halaman

Bodhe dan Bocil yang dijadikan judul dalam buku ini adalah nama dua ekor kuda. Keduanya

berteman karena kelaparan dan berusaha mencari makanan. Kala itu musim kemarau, dedaunan hijau sulit didapatkan. Sehingga dua kuda itu harus berkelana mencari sumber makanan secara bersama.

Dituliskan secara ringkas dan sederhana, hanya dengan beberapa kata pada setiap halamannya, membuat buku ini sangat ringan dan cocok dibaca untuk anak-anak atau disampaikan melalui mendongeng. Penggunaan kosakata yang lugas menjadikan buku ini semakin mudah dipahami.

Jangan mengharapkan konflik yang rumit atau bahkan berat dari cerita buku setebal 14 halaman ini. Karena sebagai buku anak, konflik yang muncul hanya sebatas dua ekor kuda yang berteman kemudian mengalami perbedaan pendapat dan saling berebut ketika menemukan sumber makanan. Hal yang sehari-hari mungkin ditemui oleh anak sewaktu berinteraksi dengan teman sebayanya.

Baca Juga: Yolla Wedding Planner Jombang Berbisnis Ala Keluarga


Namun dari tema dan kisah yang sederhana itu, pembaca tetap akan bisa mengikuti alur yang disampaikan, bahkan menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh sang penulis. Meski di akhir halaman, penulis membeberkan dua poin penting yang ingin dipelajari dan diteladani oleh pembaca usai membaca cerita buatannya.

Mereka sadar bahwa berebut itu hanya merugikan. Lebih baik berbagi meskipun hanya sedikit. (hlm.11)

Buku ini menjadi semakin menarik karena dilengkapi dengan ilustrasi di setiap halamannya. Dua tokoh utama yakni Bodhe, si kuda yang dideskripsikan berwarna pastel kuning dengan tubuh besar dan Bocil digambarkan tak jauh berbenda hanya pawakan agak kecil. Penggambaran suasana serta situasi cukup terwakilkan dalam ilustrasi meski belum terlalu detail dan halus. Membuat semakin memantik pembaca utamanya anak-anak ingin melanjutkan ke halaman berikutnya.

Hal lain yang perlu untuk diperhatikan adalah komposisi antara warna tulisan dan latar gambar perlu untuk disesuaikan lebih baik lagi. Terlepas dari masih sederhananya ilustrasi yang tersaji, keberadaannya akan tetap menjadi nilai tambah karena bagi yang belum mampu membaca cukup terbantu, Kesalahan minor seperti typo (salah ketik) ada pada halaman 11 dan 12 menjadi catatan tersendiri bagi tim editor. Meski tidak memengaruhi cerita secara keseluruhan, namun penting menghindari kesalahan semacam ini. Karena kalau sudah menjadi buku, maka tak dapat diperbaiki lagi. Bahkan ada kemungkinan juga menganggu kenyamanan pembaca.

Peresensi/Foto: Fitrotul Aini
Lebih baru Lebih lama