JOMBANG – Bulan Desember bagi masyarakat Kota Santri adalah momen yang cukup reflektif untuk mengingat serta meneladani perjuangan sosok KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam menegakkan persatuan dan toleransi antar umat beragama. Begitupun dengan pelbagai macam karya tulis Gus Dur.

Tulisannya-tak lekang di segala zaman. Pelajar, mahasiswa, guru serta pengajar tak luput menjadikan olah pemikiran Gus Dur sebagai rujukan utama dalam tata laku bemasyarakat di negeri yang kaya akan keberagaman ini.

Hal tersebut lantas memantik Ruang Perubahan Jombang selaku komunitas literasi yang beranggotakan mahasiswa dan bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, melakukan bedah buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita. Diskusi dilakukan melalui Instragram pada (31/12). Kegiatan ini juga dikhususkan untuk memperingati Haul Ke-11 Gus Dur. Acara dipandu oleh Mohammad Ahsanul Fikri yang juga cukup produktif menulis. Tidak kurang sejak dua tahun kebelakang, Cak Fikri sapaan akrabnya, sudah menghasilkan dua buku dengan judul Bahagianya Hidup Bersama Rasullulah SAW dan Tasamuh Gus Dur.

Gus Dur telah memberikan teladan bagi masyarakat Indonesia bahwa Islam adalah ajaran yang fleksibel terbuka dengan segala perbedaan pendapat.

Dalam bedah buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Masyarakat Negara Demokrasi, Cak Fikri menjelaskan bahwa pemikiran Gus Dur terhadap ajaran Islam di Indonesia sangat ramah dan berpegang teguh pada ajaran Rahmatan Lil Alamin.

“Gus Dur telah memberikan teladan bagi masyarakat Indonesia bahwa Islam adalah ajaran yang fleksibel terbuka dengan segala perbedaan pendapat. Karena perbedaan sendiri ialah sebuah rahmat, dan tidak harus menjadikan kita sebagai masyarakat yang mudah tercerai-berai,” tutur Cak Fikri.

Cak Fikri menambahkan bahwa pemikiran Gus Dur dalam buku tersebut juga menyikapi tentang ideologi sebuah negara yang kerap berhadapan dengan ajaran agama tertentu, jika di Indonesia khususnya Islam sebagai jumlah pemeluk terbesar. Menurut Gus Dur, untuk mencari jalan tengahnya harus disertakan esensi Islam yang mengacu pada ajaran Rahmata Lil Alamin atau mengutamakan kasih sayang pada semua golongan.

Baca Juga: Himpaudi Kecamatan Bandar Kedungmulyo Asah Kompetensi Pendidik dengan Mewarnai

“Presiden keempat kita ini, tidak mewajibkan Indonesia untuk merubah halauannya menjadi sebuah tatanan negara berbasis Islam semata. Namun Gus Dur juga memberikan pandangan lain bahwa Islam bisa dijadikan referensi dalam menjalankan kenegaraan baik secara prinsip, nilai dan esensinnya,” papar pria yang saat ini menempuh studi di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Universitas KH. Wahab Hasbulloh Jombang ini.

Sementara itu pendiri Ruang Perubahan Jombang, Rhizal Muhammad Nur Islam saat dihubungi melalui WhatsApp mengatakan bahwa bedah buku ini juga dimaksudkan untuk menjalin silahturahmi sekaligus memperluas makna toleransi yang sudah diwariskan oleh Gus Dur pada tiap generasi. Rhizal Muhammad Nur Islam menilai Gus Dur memiliki karakter kepemimpinan dengan bahasa merakyat dan tidak membeda-bedakan golongan.

“Kami mencoba untuk terus mengambil suri tauladan dari pemikiran Gus Dur, terlebih bagi semua anggota Ruang Perubahan yang terjun mengabdi pada masyarakat, salah satunya lewat literasi. Maka tindakan dan pemikiran Gus Dur coba sedikit demi sedikit kami aplikasikan di lingkungan sekitar agar senantiasa membawa hal-hal positif nan bermanfaat,” jelas Rhizal Muhammad Nur Islam.

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa

Lebih baru Lebih lama