NASIONAL - Direktur Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Mulyatsyah menerangkan pentingnya peran guru dalam mencegah kasus perundungan atau bullying di lingkungan sekolah. Dampak bully kepada perkembangan peserta didik. Guru merupakan garda terdepan untuk menghentikan perundungan. Berharap perundungan di lingkungan SMP seluruh Indonesia bisa dihentikan.

Menurut Mulyatsyah, guru perlu bekerjasama dengan orangtua dan masyarakat untuk menghindari kasus-kasus serupa di sekolah. Banyak dampak bullying yang terjadi, baik dari sosial maupun psikologis yang nantinya akan membekas dalam diri peserta didik. Hal ini akan menghambat perkembangan anak dari sisi sosial maupun dari pengembangan karakter.

Kasus Bully Selama Pandemi Masih Tinggi

Angka kasus perundungan atau bullying selama pandemi Covid-19 masih cukup tinggi. Dari permasalahan ini, Direktorat SMP perlu mengkampanyekan gerakan stop perundungan. Dalam hal ini, Bidang Peserta Didik Direktorat SMP mengadakan webinar bertajuk Hentikan Perundungan! Tetap Asyik Tanpa Mengusik.

Cyber bullying yang awalnya terjadi di dunia maya sangat berpotensi terjadi di dunia nyata. Sebisa mungkin, baik orangtua maupun guru atau orang dewasa lainnya bisa mengajarkan peserta didik tentang etika penggunaan sosial media.

Dalam acara ini, Direktorat SMP berkolaborasi dengan UNICEF dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Turut hadir sebagai narasumber yaitu Fanny Lara Ambadar, Derry Ulum, Poppy Dewi Puspitawati, Vitria Lazzarini.

Widyaprada Ahli Utama Kemendikbud, Poppy Dewi Puspitawati mengatakan pentingnya pendidikan karakter di sekolah serta contoh implementasinya di lingkungan sekolah sesuai dengan Perpres Nomor 87 Tahun 2017. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) bertujuan untuk menekan kasus perundungan di seluruh Indonesia dan harus dilakukan secara komprehensif oleh semua pihak.

Para guru harus mengintegrasikan PPK melalui proses pembelajaran di kelas. Ada juga PPK berbasis budaya sekolah dengan melakukan pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah. Selain itu, guru harus memberikan contoh bagaimana bertenggang rasa dan menghargai perbedaan.

Maraknya Cyber Bullying

Perwakilan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Vitria Lazzarini menyampaikan fenomena cyber bullying. Vitria Lazzarini menyampaikan mengenai definisi cyber bullying, ragam perilaku, dampak cyber bullying dan cara pencegahannya. Cyber bullying prevalensinya cukup tinggi yaitu 45 persen, artinya ini suatu permasalahan yang tidak bisa disepelekan karena bisa terjadi kepada siapa saja, kapan saja, bahkan lintas ruang dan waktu.

Baca Juga: SMK 10 Nopember Jombang Siapkan Generasi Kompeten

Menurut Vitria Lazzarini, cyber bullying yang awalnya terjadi di dunia maya sangat berpotensi terjadi di dunia nyata. Sebisa mungkin, baik orangtua maupun guru atau orang dewasa lainnya bisa mengajarkan peserta didik tentang etika penggunaan sosial media.

Korban Bullying Perlu Lakukan Trauma Healing

Life Coach, Fanny Lara Ambadar mengungkapkan jenis trauma healing untuk korban perundungan. Ada 5 jenis trauma healing atau luka emosional, serta langkah-langkah untuk mendukung pemulihan psikis korban bullying.

Menurutnya beberapa langkah penyembuhan trauma healing emosional dengan cara mengajarkan empati diri dan validasi diri, memberikan pandangan yang seimbang mengenai sesama, dan dengan mengajarkan tentang nilai kehidupan yang positif dan meningkatkan harga diri.

Melalui acara tersebut, Direktorat SMP berharap agar para guru, pemangku kepentingan dan para pemirsa dapat memberikan perhatian lebih terkait kasus bullying di sekolah.

Sumber/Rewrite: kompas.com/Tiyas Aprilia

Lebih baru Lebih lama