JOMBANG – Menyoal limbah sampah plastik di Indonesia secara umum, kita seolah dihadapkan pada persoalan yang begitu kompleks. Selain, minimnya kesadaran masyarakat akan keseimbangan ekologis, limbah sampah plastik juga berkelindan erat dengan tingkat konsumsi plastik yang cukup tinggi di masyarakat. Mengutip dari Kompas.com, per-akhir Februari 2019, masyarakat menghasilkan 64 juta ton sampah setiap tahunnya.

Angka yang diambil berdasarkan data dari tim riset Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehuatan (KLHK) tersebut, sekitar 60 persen terakomodir oleh TPA, 10 persen terdaur ulang dan sisanya sebanyak 30 persen masih mencemari lingkungan. Lebih lanjut, menurut catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada skala global, Indonesia menjadi penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia. Ini mengacu pada jumlah rincian konsumsi plastik per kapita di Indonesia yang mencapai 17 kilogram per tahun, dengan pertumbuhan konsumsi mencapai 6-7 persen per tahun.

Berkaca pada kondisi tersebut, Kelompok Mahasiswa dari Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Trunojoyo Madura, serta beberapa kelompok Mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Negeri Sebelas Maret Solo bersama Ecoton, melakukan pengambilan air untuk uji kandungan mikroplastik dan plankton sekaligus mengidentifikasi sumber pencemaran di aliran Sungai Brantas dan Marmoyo wilayah Kabupaten Jombang.

“Mengatasi persoalan sampah dan limbah plastik diperlukan kerjasama seluruh pihak. Utamanya Pemerintah Daerah, agar fungsi kawasan sungai sebagai aset publik kembali ke fungsi asalnya, hijau, jernih nan asri,”

Direktur Eksekutif Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Prigi Arisandi, M.Si menjelaskan bahwa kegiatan sampling dan uji kandungan mikroplastik dengan tajuk “Ekspedisi Brantas Segmen Jombang – Surabaya” dilaksanakan secara bertahap. Mulai 20 sampai 29 Februari. Pada rentang waktu sembilan hari tersebut, agenda sampling berfokus di empat titik, diantaranya wilayah Kecamatan Kudu, Tembelang, Ploso dan Kesamben.

“Hasil awal identifikasi serta pengambilan sampling air di wilayah Sungai Brantas dan Marmoyo ini, tepatnya di Desa Jatigedong, Randuwatang, Tapen dan Bakalanrayung, kami menemukan timbunan sampah, yang terdiri dari tas kresek, sedotan, popok dan sampah lainnya. Berdasarkan temuan di lapangan, penyebab menggunungnya sampah, terutama plastic, juga disebabkan oleh minimnya ketersediaan tempat pembuangan akhir atau tempat pembuangan sampah di beberapa desa tersebut,” ungkap Prigi Arisandi.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Pendidikan dengan Berfikir Kritis

Perwakilan kelompok Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Trunojoyo Madura yang menjadi koordinator lapangan dalam agenda Ekpedisi Brantas, Angwildi Anggana Mulya Saputra Pratama, menjelaskan bahwa terpilihnya Sungai Brantas dan Marmoyo sebagai objek pengambilan sampling dan identifikasi pencemaran karena sebelumnya belum pernah dilakukan uji serupa.

“Dalam agenda Ekspedisi Brantas kali ini, bertepataan dengan jadwal kami untuk Praktik Kerja Lapangan (PKL), jadi kami beserta dengan kawan-kawan relawan dari Ecoton melakukan kerja bersama. Untuk proses pengujian air sungai Marmoyo dan Brantas, kami menggunakan metode kering. Metode sampling ini, pertama mengambil sampling di sungai Marmoyo dan Brantas sebanyak 100 liter, kemudian kita saring menggunakan alat khusus,” katanya.

“Lalu kita larutkan bersama H2SO4 dan H202 sebanyak 20 ml. Cairan tersebut berguna untuk melarutukan endapan yang ada di saringan dan harus didiamkan selama 24 jam. Setelah itu, bahan sampling tersebut akan di steambath selama 2 jam lalu dicuci dengan aquades, dan jika masih banyak endapan bahan sampling selanjutnya akan di-centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 300 rpm,” jelas Angwildi.



Dari proses sampling yang panjang tersebut, ditemukan bahwa jenis mikroplastik yag ada dalam bentuk fiber, foam dan fragmen. Temuan tersebut juga terdiri dari banyak warna mulai hitam, merah, kuning dan biru. Mahasiswa kelahiran 1999 ini, menambahkan bahwa hasil riset dari sampling ini bisa menjadi rekomendasi dalam penyusunan kebijakan lingkungan Pemerintah Kabupaten Jombang.

“Meski tidak sepenuhnya akan digunakan sebagai referensi penyusunan kebijakan, namun riset kecil yang kami lakukan dalam rangka melaksanakan Praktik Kerja Lapangan bersama Ecoton, bisa menjadi pengetahuan umum. Utamanya bagi masyarakat Jombang agar lebih tertib, sadar dan tanggap perihal sampah plastik di Sungai Marmoyo dan Brantas. Pun, tidak menutup kemungkinan kami dengan Ecoton ataupun elemen masyarakat di Jombang terus berupaya melakukan sosialiasi ke masyarakat sekitar aliran Sungai Marmoyo dan Brantas. Dengan cara yang ramah, edukatif dan mudah dipahami,” tegas Angwildi

Dihubungi terpisah disela-sela melakukan Ekspedisi Brantas Segmen Jombang-Surabaya, Prigi Arisandi memberikan rekomendasi dan dorongan kepada Pemerintah Kabupaten Jombang terkait tata kelola sampah di sepanjang aliran Sungai Marmoyo dan Brantas.

“Berdasarkan temuan kami dengan beberapa relawan di lapangan, maka yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang yaitu segera membuat Peraturan Daerah (Perda) terkait pelarangan/pembatasan konsumsi plastik sekali pakai. Kedua, Pemerintah Kabupaten Jombang harus membangun tempat pembuangan akhir/tempat pembuangan sampah di tingkat desa di sepanjang aliran sungai Marmoyo,” pungkas Prigi Arisandi.

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa

Lebih baru Lebih lama