Rukmininigsih, S.S., M.Pd.*


Tujuan pendidikan nasional berdasarkan undang-undang 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik. Sekolah adalah instansi penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sekolah diharapkan mampu mengemban tujuan pendidikan sehingga berhasil memberikan pengalaman terbaik bagi peserta didik yang pada akhirnya membuat peserta didik peserta didiknya merasa sejahtera.

Salah satu faktor yang mempengarui keberhasilan belajar adalah kesehjateraan peserta didik. Kesejahteraan peserta didik yang dimaksud adalah student wellbeing. Menurut Noble & McGrath (2015), student wellbeing merupakan keadaan emosi peserta didik yang menunjukan adanya postive mood (suasaana hati yang menyenangkan) dan positive attitude (perilaku yang positif) hubungan antara teman sebaya dan guru sehingga bisa menumbuhkan sikap yang optimis.

Pada masa Pandemi Covid-19, proses pembelajaran dilakukan secara online/daring. Tentunya ini keadaan yang tidak mudah bagi guru, peserta didik maupun orang tua. Berdasarkan beberapa hasil survei, banyak kendala, kebosanan dan sedikit frustasi yang dialami pendidik, pembelajar maupun orang tua terhadap kebijakan pemerintah pembelajaran dilakukan secara online/daring di masa pandemik.

Metode mengajar yang hanya sekedar memenuhi presensi , memberikan tugas, tugas dikumpulkan dan tanpa memberikan feedback akan membuat peserta didik merasa bosan, malas dan tidak nyaman dalam proses pembelajaran dan seharusnya tidak diterapkan terus menerus.

Pembelajaran online/daring dapat dilakukan dengan metode synchronous maupun asynchronous. Synchronous bisa dilakukan melalui chatting atau tatap muka secara virtual melalui video tele conference, WhatsApp, Teleram, dan asynchronous misalnya email, bulletin board dll. Perbedaan antara synchronous dan asynchronous adalah ada tidaknya jeda antara pertukaran pesan fleksibilitas waktu antar pengguna komunikasi. Synchronous atau komunikasi daring secara langsung meliputi diskusi, presentasi, demonstrasi, tanya jawab dengan guru melalui teknologi seperti video teleconference dan chatting interaktif di WhatsApp, Telegram, dan Google Classroom.

Salah satu faktor penghambat student wellbeing yaitu kurangnya komunikasi antara guru dan peserta didik. Ketika guru tidak mampu membangun lingkungan atmosfer pembelajaran daring yang positif, maka peserta didik cenderung malas, bosan dan kurang termotivasi karena kurangnya sentuhan emosional dari guru sehingga student wellbeing di kelas belum bisa terbangun.

Baca Juga: Imam Fauzi Mendulang Rezeki dari Peti Mati

Metode mengajar yang hanya sekedar memenuhi presensi , memberikan tugas, tugas dikumpulkan dan tanpa memberikan feedback akan membuat peserta didik merasa bosan, malas dan tidak nyaman dalam proses pembelajaran dan seharusnya tidak diterapkan terus menerus. Guru bisa menerapka pembelajaran daring yang synchcronous sehingga terjadi komunikasi langsung dengan peserta didik. Dalam pembelajaran synchronous akan terjadi komunikasi secara langsung antara guru dan peserta didik . Dalam proses pembelajaran tersebut akan terbangun sentuhan emosi, komunikasi, dan sharing pendapat sehingga hal ini bisa memotivasi peserta didik dalam pembelajaran daring di masa pandemic Covid-19 ini.

Beberapa strategi pembelajaran online/daring secara synchronous yang bisa dilakukan untuk membangun student wellbeing adalah sebagai berikut :

a. Fokus pada materi dengan pembelajaran yang menyenangkan;

b. Pembelajaran melalui Zooming, Google Meet, Whatsapps;

c. Pembelajaran chatting secara interaktif bisa melalui berbagai aplikasi missal WhatsApps, Telegram, Google Classroom;

d. Guru harus selalu memotivasi dan menginspirasi;

e. Guru mampu membangun student engagement ( keterlibatan Peserta didik) dimana peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran online secara langsung;

f. Pemberian tugas yang dapat menstimulasi pengembangan kreativitas peserta didik dengan membangun suasana yang memicu kemampuan berpikir dan berkarya bisa mealului task based learning (pembelajaran berbasis tugas) atau project based learning (pembelajaran berbasis proyek).

Dapat disimpulkan bahwa membangun student wellbeing dalam proses pembelajaran sangat diperlukan untuk diterapkan dalam pembelajaran online di masa pandemik Covid-19 agar peserta didik atau dapat termotivasi dalam proses pembelajaran online/daring. Pembelajaran online dengan cara synchronous dapat menjawab kebutuhan sentuhan emosional antara peserta didik dan guru dapat membangun atmosfer yang menyenangkan dalam pembelajaran daring.

*) Dosen STKIP PGRI Jombang dan Mahapeserta didik Program Doctoral Universitas Negeri Semarang.

Lebih baru Lebih lama