PLANDAAN –
Keterbatasan bukan menjadi akhir dalam melangsungkan perubahan. Hal itulah yang tercermin di TK Mutiara Bunda Pojok Klitih Kecamatan Plandaan. Selain belum memiliki gedung sendiri dan masih bergabung dengan SDN Pojok Klitih I, segala upaya tetap dilakukan untuk memberikan yang terbaik bagi anak didik.

Seperti pada saat pembelajaran daring (dalam jaringan atau online), keterbatasan akses jaringan dan media pembelajaran (baca: telepon genggam) membuat guru harus pandai melaksanakan pembelajaran, agar anak didik tak sampai ketinggalan.

Melalui lingkungan dan menggunakan metode menyanyi, menggambar, mewarnai, dan menulis, anak didik dapat merepresentasikan pembelajaran yang sedang dilakukannya.

Dijelaskan oleh Kepala TK Mutiara Bunda Pojok Klitih, Ahli Mulazamatul Qur’an, bahwa para guru dengan suka cita melaksanakan metode pembelajaran luar jaringan (luring) dan guru keliling (guling). Jadi, mengunjungi rumah anak didik, bisa satu persatu atau mengumpulkan yang jarak rumahnya masih berdekatan. Pastinya masih tetap menjalankan protokol kesehatan yang berlaku.

Baca Juga: Pentingnya Praktik dalam Pembelajaran

“Apalagi lingkungan sekitar sekolah maupun rumah anak didik yang sangat menyatu dengan alam. Dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, sehingga tak hanya berdiam di satu tempat saja. Melainkan mengajak anak didik mengenal lingkungan secara langsung,” paparnya.

Ahli Mulazamatul Qur’an menambahkan, dari pembelajaran karakter, keagamaan, nasionalisme, hingga kepedulian sosial dipadukan dengan sentuhan lingkungan terdekat anak didik. Cara ini dianggap efektif karena anak didik jadi lebih mudah memahami tentang konsep tersebut.



Salah satu guru di TK Mutiara Bunda Pojok Klitih, Evi Laili Zulaikah mencontohkan, ketika mempelajari adat istiadat misalnya, cukup mengunjungi rumah penduduk yang memiliki gaya joglo, khas Jawa Timur. Hal itu membuat peserta didik menemukan sendiri seperti apa rumah yang dimaksudkan tersebut. Begitu juga saat mengenalkan potensi wisata, ada Jembatan Bukit Watu Lawang yang dapat dijadikan medium pembelajaran.



Evi Laili Zulaikah mengakui, “Melalui lingkungan dan menggunakan metode menyanyi, menggambar, mewarnai, dan menulis, anak didik dapat merepresentasikan pembelajaran yang sedang dilakukannya. Terlebih lagi saat mengenalkan serta menghafal surat pendek, asmaul husna, maupun hadist sederhana. Anak didik lebih mudah menjalankannya karena memang suasana yang mendukung.”



Langkah sederhana ini dianggap juga sebagai penguatan pendidikan karakter bagi anak didik. Bahkan di bulan Ramadan ini, mengenalkan anak didik menunakan puasa dan zakat. Walaupun dalam pembelajaran puasa tersebut tidak sampai Magrib. Dengan demikian, semakin kuat mengokohkan pondasi dasar anak didik guna melanjutkan pendidikan berikutnya.

Reporter/Foto: Rabitha Maha Sukma

Lebih baru Lebih lama