Sesepuh Desa Keboan Nur Atim saat menunjukkan Batu Gilang. (rabithah)


NGUSIKAN – Keberadaan nama desa tak dapat dilepaskan dari cerita tutur yang berkembang di masyarakat. Tidak terkecuali untuk Desa Keboan, Kecamatan Ngusikan. Seperti diceritakan oleh Kepala Desa Keboan Fachrudin saat ditemui Majalah Suara Pendidikan (24/5) bahwa desa yang dipimpinnya itu masih erat kaitannya dengan kebo (Jawa: Kerbau).

Di desa yang berpenduduk sekitar 3.616 Jiwa ini, masyarakat dahulu menjadikan kerbau sebagai hewan peliharaannya. Hampir setiap masyarakat memiliki kerbau, karena selain dikembangbiakkan juga dimanfaatkan untuk membantu membajak sawah.

Baca Juga: Desa Pucangro, Kecamatan Gudo Kampung Roti di Jombang

“Hampir saban hari di pinggiran Sungai Brantas tiap sore dahulu ditemui orang-orang membersihkan kerbau. Hal itu dikarenakan setelah selesai membajak sawah, kerbau kotor dan sebelum masuk ke kandang dibersihkan,” ungkap Fachrudin.

Jajaran Perangkat Desa Keboan. (rabithah)

Kebo Kicak dan Batu Gilang

Meskipun begitu Desa Keboan masih ada kaitannya dengan legenda Kebo Kicak yang membekas hampir di setiap wilayah Jombang. Hal ini diterangkan sesepuh Desa Keboan, Nur Atim yang mengatakkan memang sebagian masyarakat masih mempercayai nama desa tersebut terakit erat dengan pertarungan Kebo Kicak melawan Surontanu.

Wilayah yang diyakini menjadi tempat pertarungan Kebo Kicak melawan Surontanu. (rabithah)

“Walau hingga kini belum ada petilasan atau jejak pertarungan yang tersisa, masyarakat masih meyakini bahwa Desa Keboan ini ada kaitannya dengan Kebo Kicak dan Surontanu. Hanya saja ada Batu Gilang yang letaknya di Dusun Kidul, tak jauh dari bentang batas Sungai Brantas,” tutur Nur Atim.

Batu Gilang, diyakini sebagai penanda pertarungan Kebo Kicak melawan Surontanu. (rabithah)

Konon masyarakat sekitar menganggap Batu Gilang yang kurang terawat tersebut penanda pernah ada pertarungan dahsyat antara Kebo Kicak melawan Surontanu. Selain sudah mulai rusak karena batu yang sebelumnya berbentuk oval menyerupai telur, sekarang terkikis dan sekadar dipagari dengan bilah bambu.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma

Lebih baru Lebih lama