Pelaksanaan webinar Integrasi Pendidikan Karakter dalam Merdeka Belajar di era Society 5.0. (Chicil)


JOMBANG – Pendidikan merupakan galah penyambung dalam menatap masa depan lebih gemilang. Untuk itu sewajarnya mampu berkembang menyesuaikan zamannya. Seperti saat ini ketika dalam situasi pandemi berdampak pembatasan ruang untuk bertemu, keberadaan kecanggihan teknologi sangatlah membantu.

Namun agar tak larut begitu saja dan tak menyadari realita sosialnya, maka penting sekali mengedepankan pendidikan karakter sebagai dimensi agar menguatkan pondasi sebagai masyarakat berbudi pekerti luhur.

Selayaknya yang dikembangkan dalam acara webinar sesi 4 Universitas Terbuka Surabaya bersama PGRI Kabupaten Jombang dengan tema ‘Integrasi Pendidikan Karakter dalam Merdeka Belajar di era Society 5.0’.

Berdasarkan masyarakat 5.0 konsep supersmart yang digagas merupakan tatanan masyarakat baru yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Nilai sosial masyarakat 5.0 yang dimaknai tak mengurangi sebagai insan manusia.

Wakil Bupati Jombang Sumrambah dalam sambutannya mengatakan bahwa pandemi memberikan kesadaran betapa nilai luhur bangsa seperti gotong-royong, kedisiplinan, kerja sama dalam melawan korona. Ironisnya, nilai-nilai itu sangat rendah dipahami dan dilakukan oleh masyarakat secara keseluruhan. Sehingga resepnya ialah pendalaman pendidikan karakter yang secara terus menerus dimplementasikan meski dalam pembelajaran daring.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Jombang, Jumadi, S.Pd., M.Si juga mengungkapkan, “Sehebat apapun teknologi dan perkembangan zaman, peran dan keberadaan guru utamanya dalam pendidikan karakter, tak bisa di gantikan. Sehingga pengembangan yang berkualitas dalam daring perlu disisipi konsep pembelajaran masa kini berdasarkan kebutuhan peserta didik dewasa ini,” urainya.

Baca Juga: Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam Dari Susu Murni Hingga Biogas

Ditegaskan oleh Guru Besar Universitas Terbuka (UT), Prof. Dr. M. Gorky Serimbing, M.Sc. peran dan tugas guru di era saat ini ntuk menghindari agar tidak terjadi alienasi (keterasingan) akibat modernisme, tidak menjadi nihilism. Tidak juga menjadi nirpeduli atau tak peduli, serta tidak juga menjadi manusia instan. Tetapi menciptakan cara membangun rasa percaya diri, kebersamaan, adab yang ketimuran.

“Persentase keberhasilan pendidikan insan Indonesia sebesar 70 % berasal dari pembelajaran di sekolah, yakni peran guru. Batasan umum masyarakat 5.0 dalam memberikan hak pendidikan untuk generasi bangsa harus reorientasi. Artinya jika para guru masih mendidik peserta didik dengan cara kemarin, sesungguhnya para guru sedang merampas masa depan mereka. Para guru harus memikirkan keberadaan konten yang tak menyamaratakan konsep pembelajaran dengan yang terdahulu,” kata M. Gorky Serimbing pada ulasan materi saat Zoom.

Ditambahkannya, berdasarkan masyarakat 5.0 konsep supersmart yang digagas merupakan tatanan masyarakat baru yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Nilai sosial masyarakat 5.0 yang dimaknai tak mengurangi sebagai insan manusia.

“Bukan soal teknologi saja yang difokuskan, tetapi penggunaan dalam pembelajaran yang ideal. Bukan teknologi yang mengatur manusia, tetapi manusia yang mengambil manfaat sepenuh-penuhnya terhadap mesin dan teknologi tersebut,” tegas M. Gorky Serimbing.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.

Lebih baru Lebih lama