Trainer Pendidik PAUD Tingkat Nasional dan Konsultan Pengembangan Pembelajaran KB/TK, Dr. Izzul Fitriyah, SH, M.Pd. (Rabithah)


JOMBANG – Pastinya dalam suatu kegiatan pembelajaran tak selamanya berjalan mulus. Ada saja gangguan sebagai kerikil kecil yang menjadi penghambat. Apalagi sekarang ini ketika dalam masa pandemi Covid-19, tak ada Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dan beralih kedalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) seperti yang sudah terlewati satu tahun pelajaran kemarin.

Selain memang dalam PJJ membutuhkan beberapa perangkat penunjang serta kemahiran guru dalam mengolah materi pembelajaran lebih sederhana serta menarik, motivasi belajar peserta didik pun harus terjaga karena tak ada interaksi langsung dengan guru, serta senyampang itu kehadiran orang tua pun sangat penting sekali. Tak hanya memberikan pengawasan atas jalannya PJJ saja, melainkan mencoba membantu sang buah hati ketika dalam pembelajarannya menemui permasalahan.

Bukan itu saja, PJJ akhirnya menjadikan orang tua sebagai sosok yang komplementer. Mereka orang tua pun wajib mampu berperan sebagai pendamping yang mendorong atusias belajar.

Pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 memang tidak mudah. Bayangan learning loss yang bakal menanti di depan harus disiasati dengan cantik. Dibutuhkan kerja keras seluruh elemen pendidikan yang ada dalam penyesuaian diri dan menciptakan inovasi. Sudah tak dapat ditawar, kehadiran inovasi bak oase di padang pasir. Akan menyegarkan segala permasalahan yang ada dan bertemu jalan keluarnya.

Memang sangat dirasakan berbeda sekali antara PTM dan PJJ, baik dalam sentuhan guru terhadap peserta didik dalam mengajar atau pun sebaliknya. Pelbagai penguatan yang lumrah dilakukan oleh guru ketika mendapati peserta didiknya tidak fokus atau turun semangat belajarnya, mampu sekaligus menyuntikannya. Tetapi sekarang semua itu tidak dapat dijalankan begitu saja.

Untuk itu adanya kerja sama yang baik dan beriringan, akan sangat membantu. Jikalau tidak seperti yang dikhawatirkan dalam hasil pembelajaran satu tahun pelajaran terakhir, terjadilah Learning Loss. Kondisi penurunan kualitas pembelajaran yang dapat dilihat dari hasil capaian peserta didik di nilai akhirnya.

Baca Juga: Menakar Kesiapan KPU Jombang Menghadapi Pemilu 2024

Biar pun sudah banyak aplikasi yang menyediakan pilihan dalam pembelajaran virtual dengan mekanisme Dalam Jaringan (Daring), tidaklah akan membantu banyak. Mengingat menengok pada dimulainya PJJ, dilangsungkan seketika tanpa ada persiapan dahulu di awal.
Membuat seluruh elemen dalam pendidikan diminta siap menjalankannya meskipun diakui belum sepenuhnya mampu. Dari satuan pendidikan, guru, peserta didik, maupun orang tua memiliki pengaruhnya masing-masing.

Oleh karenanya, setiap elemen tersebut harus megubah dirinya sebagai individu yang adaptis. Menyesuaikan diri sesuai dengan kebutuhan atau tugas, pokok, dan fungsinya (Tupoksi) di pelaksanaan PJJ itu sendiri.

Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Kabupaten Jombang, Tita Aniqohwardani, S.Pd. (ist)

Dipaparkan oleh Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Kabupaten Jombang, Tita Aniqowardani, S.Pd. dibutuhkan kepekaan setiap elemennya itu guna mampu menempatkan dirinya dengan baik. Dikandung maksud tidaklah sebatas menjalankan daripada tupoksinya, namun harus di warnai dengan inovasi yang tentunya akan memberikan jalan keluar yang bakal memudahkan dalam pembelajaran.

Terlebih lagi di PAUD, tidaklah kemudian anak didik dilepas saja cukup dengan pengarahan secara virtual. Butuh sesuatu yang beda ketika PJJ, mulai dari meramu materi pembelajaran, tugas yang diberikan, bahkan ada sentuhan tersendiri yang diciptakan sejalan dengan orang tua sebagai pendampingnya di dalam pembelajaran tersebut.

“Salah satu yang kami terapkan pada tahun pelajaran 2021/2022 kemarin adalah model pembelajaran Orang Tua Peduli Anak atau Opa. Di saat pembelajaran tersebut tengah berjalan, keberadaan orang tua sangatlah sentral. Demikian pun gurunya, harus mampu menyelaraskan dengan suasana di rumah anak didik. Sehingga lebih lanjut sanggup diteruskan oleh orang tua karena posisinya sebagai pendamping anak didik,” jelas Tita Aniqowardani.

Disamping itu, Opa melangkah dengan luwes. Tanpa ada batasan waktu serta ruang, dengan demikian akan menjawab apabila terdapat orang tua yang harus bekerja, imbuh perempuan berhijab ini. Kemudian pula dalam praktiknya tidaklah berat, melainkan cukup mengaplikasikannya dalam kegiatan keseharian yang cakap dijalankan oleh anak didik. Misalkan saja dari membantu orang tua membersihkan tempat tidur, mainannya, atau pun perihal lain yang sebenarnya juga dilakukan oleh anak didik ketika berada dilingkungannya selama ini.

Sementara dalam tahap evaluasi tak hanya cukup dengan mengirimkan hasil tangkapan peristiwa yang sudah diberlangsung, entah melalui foto atau video. Dibutuhkan waktu khusus sehingga terjalin pembicaraan antara anak didik, orang tuan, beserta gurunya menggunakan platform digital yang sudah cukup banyak.

Pilihannya tinggal kembali pada pengguna saja, mana yang dianggap lebih mudah digunakan. Selain itu perlu juga sanggup digunakan tanpa ada keribetan tersendiri. Seperti diketahui bersama tidak semua pengguna patform digital mampu mengampunya semua. Jadi, diperlukan kesepakatan sehingga interaksi teraih dengan baik.

Tawaran lain pun disampaikan Trainer Pendidik PAUD Tingkat Nasional dan Konsultan Pengembangan Pembelajaran PAUD, Dr. Izzul Fitriyah, SH, M.Pd. diantaranya metode Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics (STEAM) dengan loose parts yaitu menggunakan bahan yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang ulang, dipisahkan dan disatukan kembali dengan berbagai cara. Merangsang anak didik untuk berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Guru harus mampu memanfaatkan bahan alam misalnya batu kerikil, ranting, daun untuk di identifikasi bentuk, warna, dan jumlahnya. Tidak terpaku pada bahan buatan pabrik yang terbuat dari plastik. Selain hemat, anak didik akan lebih mudah menangkap materi dan memecahkan masalah apabila bahan ajarnya sudah sering dijumpai di lingkungan sekitar rumah.

“Guru akan membagikan video menarik berisi contoh kegiatan STEAM yang diakhiri dengan memberikan pertanyaan atau kuis, misalnya pada pelajaran menghitung. Berikutnya anak didik akan melakukan kegiatan menghitung menggunakan batu kerikil. Tugas orang tua/wali anak didik mengabadikan hasil karya anak didik lalu menyerahkan kepada gurunya. Sebagai kontrol tetap di adakan evaluasi mingguan,” ungkap perempuan yang juga menjabat sebagai Asesor BAN PAUD-PNF Jawa Timur itu.

Guru Berprestasi Jenjang TK Tahun 2020 Tingkat Kabupaten Jombang, Eni Lailiyah, S.Pd., M.Pfis. (ist)

Sejalan dengan inovasi OPA dan metode STEAM, guru berprestasi jenjang TK tahun 2020 tingkat Kabupaten Jombang, Eni Lailiyah, S.Pd., M.Pfis., menjelaskan bahwa semasa pandemi Covid-19 gelombang pertama, satuan pendidikannya yaitu TK Al-Wardah Peterongan sudah mengenalkan metode pembelajaran STEAM. Penyampaiannya melalui aplikasi Zoom Meeting ke wali anak didik. Alurnya tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Walhasil dari 140 anak didik yang terbagi dalam TK A dan TK B, sebanyak 130 wali anak didik sudah mengenal dan mampu mengoperasikan aplikasi Zoom Meeting. Kendati tidak semuanya menggunakan aplikasi Zoom Meeting, pihaknya juga mempersiapkan skenario pembelajaran sampai ke tingkat yang paling sederhana.

“Bagi wali anak didik yang tidak dapat mengikuti pembelajaran via Zoom Meeting, kita tetap memberikan pelayanan berupa evaluasi pembelajaran melalui Video Call WhatsApp dan evaluasi berkala tiap pekan di sekolah. Mekanismenya ialah masing-masing guru menerangkan satu anak didik yang didampingi wali anak didik sebagai bekal pembelajaran di rumah. Pelaksanaan dengan tetap menyesuaikan protokol kesehatan,” terang perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala TK Al-Wardah Peterongan itu.

Pembelajaran Adaptif di SD dan SMP

Untuk jenjang SD ada sedikit pemolesan, mengingat usia belajar peserta didik sudah berbeda. Begitu pun materi pembelajarannya lebih kompleks. Dikemukakan oleh Ketua Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) Kabupaten Jombang, Abu Khoir, S.Pd., M.Pd., beruntungnya di jenjang SD sudah memiliki bekal sebelumnya yakni penyederhanaan K13 yang hampir pasti digunakan oleh satuan pendidikan dasar di Jombang. Jadi mempermudah guru dalam menyusun Kompetensi Dasar (KD) yang esensial. Dengan kata lain, peluang dalam menggabungkannya dengan KD yang serupa pun sangat memungkinkan guna diberlakukan.

Ketua Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) Kabupaten Jombang, Abu Khoir, S.Pd., M.Pd. (Donny)

Abu Khoir mengatakan, “Dengan begitu maka proses pembelajaran lebih berjalan efektif. Sebab dalam PJJ persoalan keterbatasan waktu merupakan tantangan tersendiri bagi guru. Ketika guru memahami KD dalam pembelajaran yang akan dilakukannya, semakin memudahkan meraciknya menjadi satu dan di setiap pembelajaran bukan tidak mungkin akan mencapai beberapa KD.”

Begitu pun ditahapan evaluasi, tambah Abu Khoir. Harus disesuaikan karena adanya penggabungan KD tersebut. Lebih lanjut juga guru harus sanggup menalar sewaktu PJJ tidaklah mungkin di saat evaluasi dilangsungkan persis ketika PTM. Wajib ada penyesuaian lagi berdasarkan segala aspek yang ada di lingkungan peserta didik agar mudah dijalankan.

Juara I Guru Prestasi tingkat SD Kabupaten Jombang, Wiwik Andriani, S.Pd. (ist)

Juara I Guru Prestasi tingkat SD Kabupaten Jombang tahun 2020, Wiwik Andriani, S.Pd., berkisah mengenai pengalamannya dalam menyederhanakan pembelajaran dengan cara mengajak peserta didik dalam membuat karya berupa antologi puisi. Antologi puisi dipilihnya sebab, melalui puisi diharapkan peserta didik dapat menangkap objek sederhana di rumahnya, untuk diimajinasikan dalam bentuk kumpulan puisi.

“Antologi puisi tersebut lahir dari metode yang sama, yakni memanfaatkan kanal YouTube SDN Kepanjen II Jombang. Setiap peserta didik saya ajak untuk menuliskan komentar berupa puisi sederhana. Tak dinyana, peserta didik kelas IV-VI memiliki minat untuk menulis puisi. Sehingga mampu terkumpul sebanyak 168 naskah. Guna meningkatkan upaya peserta didik lebih giat menulis, saya coba dengan membuat grup WhatssApp untuk memberikan materi kepenulisan ringan. Sembari beradu memikirkan sajak, secara tidak sadar beberapa KD terlampaui dengan maksimal,” ungkap perempuan yang mengajar Kelas IV A SDN Kepanjen II Jombang ini.

Hal serumpun pun wujudkan oleh Guru SDN Bugasur Kedaleman I Gudo yang berhasil menyabet Juara III Lomba Teknologi Komunikasi Informasi (TIK) 2021, Vony Prillianti, S.Pd. menggagas media pembelajaran berbasis Power Point (PPT) untuk guru SD/MI. Melalui media PPT, peserta didik nantinya dapat mengoperasikan dengan telepon genggamnya. Namun sebelumnya harus melewati perantara aplikasi office for android yang terlebih dahulu di unduh. Sajian medianya sederhana untuk diterapkan bagi peserta didik SD, seperti materi, kuis, game, serta musik yang mengiringi saat mengoprasikannya.

Guru SDN Bugasur Kedaleman I, Gudo dan peraih Juara III Lomba Teknologi Komunikasi Informasi (TIK) 2021, Vony Prillianti, S.Pd. (ist)

Sedangkan untuk jenjang SMP, menurut penuturan Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Negeri Kabupaten Jombang, Rudy Priyo Utomo, S.Pd., M.Pd. bahwa penuntasan pembelajaran tak terhenti pada terselenggaranya proses PJJ yang diakhiri dengan pengumpulan tugas harian. Tetapi kecakapan satuan pendidikan, guru, peserta didik dan wali peserta didik dalam meningkatkan level PJJ yang disikapi dengan penuh inovasi, serta motivasi untuk terus belajar memanfaatkan media teknologi. Dirupakan secara sederhana terkait kemampuan olah komunikasi yang tak hanya menginstruksikan, melainkan menuntaskan sebuah permasalahan pada suatu materi pembahasan. Sigap menyelesaikan permasalahan yang timbul selama PJJ sebelum mengakar menjadi learning loose.


Guru Prestasi tingkat SMP Kabupaten Jombang tahun 2021, Lukman Hidayat, M.Si., M.Pd. (ist)

Seperti yang tengah digalangkan guru berprestasi tingkat SMP Kabupaten Jombang tahun 2021, Lukman Hidayat, M.Si., M.Pd. berpendapat bahwa pemanfaatan teknologi memang tidak dapat dielakan. Seperti halnya yang sudah diterapkan di SMP Negeri Ngusikan, ialah e-information. Kanal tersebut berisi informasi seputar kegiatan sekolah, absensi dan materi pembelajaran. Melalui e-information diharapkan menjadi solusi atas ketidakmaksimalan PJJ sebelum merambah ke arah learning loss. Seluruh tenaga kependidikan di SMP Negeri Ngusikan sudah memiliki kunci dalam pelaksanaannya, yakni kekompakan dan tidak malu bertanya kepada sesama guru apabila belum fasih dalam memahami perangkat teknologi.

Praktisi IT Kabupaten Jombang, Fajar Indra Kurniawan, S.Kom.,M.Kom. (ist)

Menyikapi hal ini, Praktisi IT Kabupaten Jombang, Fajar Indra Kurniawan, S.Kom., M.Kom, menjelaskan bahwa, keberhasilan pembelajaran daring dapat ditinjau berdasarkan usaha dari guru untuk menyampaikan materi melalui ragam aplikasi. Semisal membuat presentasi PPT, video, ataupun modul. Idealnya setiap guru membuat sendiri video pembelajaran, materi berdurasi sekitar 10 hingga 45 menit menyesuaikan kemampuan konsentrasi peserta didik dalam menyimak materi. Kemudian dikembangkan melalui kreativitas mengedit dengan memadukan animasi dan tulisan singkat yang menarik. Hal ini diupayakan agar peserta didik tetap merasakan suasana sekolah dengan melihat dan mendengar suara guru yang akrab dikenal sebelumnya.

“Kendala teknis, perihal jaringan atau kemampuan kuota internet peserta didik sudah tak dapat dipungkiri. Maka solusi taktisnya satuan pendidikan juga mengunggah materi melalui kanal media sosial. Perlu dicatat juga bahwa pengunggahan tersebut, harus menyertakan pilihan kualitas resolusi video, tujuannya agar peserta didik dapat memilih kualitas video yang sesuai dengan kekuatan jaringan dan jumlah kuota internet yang dihabiskan,” papar Fajar Indra Kurniawan.

Ketua Umum Komunitas Guru Belajar (KGB) Nusantara, Usman Djabar, S.Pd., M.Pd. (ist)

Ketua Umum Komunitas Guru Belajar (KGB) Nusantara, Usman Djabar, S.Pd., M.Pd. saat dihubungi via telepon mengatakan, seyogianya saat pandemi Covid-19 ini adalah kesempatan untuk membuka diri terhadap sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan. Kalaupun situasinya berubah namun cara belajar tidak diubah sama sekali, maka ibarat bunga, peserta didik akan layu sebelum berkembang. Terkait solusi atas permasalahan tersebut, paradigma pembelajaran juga harus diubah dan tidak harus melalui daring atau aplikasi sebab ini hanya alat. Guna mensiasatinya dapat dengan tindakan baik dan rubrik pembelajaran yang mampu di evaluasi bersama dengan tempo waktu yang disepakati bersama peserta didik. Misalnya, membuat program berternak ayam atau menanam sayur di halaman rumah. Pembelajaran semacam ini tentu tidak membutuhkan internet atau aplikasi, akan tetapi langsung berguna bagi peserta didik di kehidupannya. Sehingga yang perlu dibangun secara kuat ialah wujud pembelajaran tersebut mampu memiliki tujuan dalam membentuk peserta didik. Jangan sampai teknologi yang digunakan mampu melupakan esensi tujuan pembelajaran.

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Bhedari/Chicilia Risca Y./Rabithah Maha Sukma
Lebih baru Lebih lama