Bukit Watu Lawang, sebagai pintu gerbang masuk Desa Klitih, Kecamatan Plandaan. (Rabithah)


PLANDAAN – Berkunjung ke Desa Klitih, Kecamatan Plandaan pagi itu disuguhkan dengan udara segar nan teduh. Begitu pun pandangan mata, disajikan panorama alam yang indah. Baik rerimbunan daun jati, tanaman cabai yang terhampar, lengkap dengan suara gemercik air sungai di sekitarnya.

Ketika Majalah Suara Pendidikan sampai di Balai Desa Klitih, selanjutnya menerangkan maksud kedatangan guna mengungkap asal usul desa yang berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk. Seakan senyum bahagia dan ramah menjadi jawaban keberkenaannya.

Sekretaris Desa Klitih, Muhammad Qomarudin Zen mengatakan, memang sejauh ini belum banyak data otentik yang menyebutkan tentang cikal bakal tanah kelahirannya tersebut. Hanya saja masyarakat yang kebanyakan bekerja sebagai petani, lekat dengan cerita pelarian pasukan Pangeran Diponegoro.

Nama sebuah tempat tidak dapat dilepaskan dari cerita masyarakat yang berkembang dan dipercaya hingga sekarang. Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, adalah salah satunya. Meskipun tidak ada bukti yang memperkuat, namun cerita tutur berawal dari pelarian Pasukan Pangeran Diponegoro ini masih diakui oleh masyarakat setempat.

“Sekitar tahun 1855, setelah Raden Mas Mustahar atau yang populer dikenal dengan Pangeran Diponegoro, kalah perang, banyak pengikutnya yang bertahan hidup dengan mencari tempat tinggal jauh dari keramaian. Itu dilakukan untuk menghindari sergapan tentara Belanda. Selain mempertimbangkan keamanan, tentunya terdapat sumber makanan dan tanahnya subur. Akhirnya di sinilah dipilih sebagai persembunyian,” kisah Muhammad Qomarudin Zen.

Baca Juga: SDN Daditunggal Ploso Beriring Lestarikan Kesenian dan Keagamaan

Ditambahkan Kepala Urusan Umum, Desa Klitih, Subroto. Karena dianggap sebagai daerah pelarian, maka disebut Klitah Klitih. Memiliki makna pencarian tempat yang dirasakan sesuai. Dilanjutkan oleh lelaki bertubuh tambun ini bahwa Desa Klitih juga tak lepas dari tangan dingin Ki Abd Ghofar atau kerap disapa Ki Gober yang berasal dari Solo, Jawa Tengah.

Sekretaris Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, Muhamad Qomarudin Zen (kanan) bersama dengan Kepala Urusan Umum, Subroto (kiri). (Rabithah)

“Bagi masyarakat Desa Klitih, Ki Gober dianggap sangat berjasa mendirikan desa ini. Selain mencetuskan nama desa, juga dapat dikatakan yang Mbabat Alas (Jawa: Membuka Lahan),” kata Subroto.

Pemandangan Desa Klitih, Kecamatan Plandaan dari atas Bukit Watu Lawang. (Rabithah)

Tahun 1960, Ki Carang adalah Kepala Desa Klitih pertama. Masih ada kaitannya dengan para pasukan Pangeran Diponegoro. Hingga sekarang sudah semakin berkembang menjadi sekitar 14 dusun. Selain itu desa yang terkenal dengan potensi wisata serupa dengan green canyon yakni Kedung Cinet dan Watu Lawang itu juga terdapat olahan khas berupa madu liar, tempe bungkus daun, serta keripik gadung.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma

Lebih baru Lebih lama