Tampak depan bangunan yang disangga oleh empat pilar dan belum mengalami perubahan dari bentuk aslinya sejak didirikan tahun 1920. (donny) |
MOJOAGUNG – Rumah tua yang ditinggali Fuad Abdillah beserta keluarganya di Dusun Pekunden, Desa Kedemangan, Mojoagung menyimpan riwayat panjang tentang keluarganya. Rumah yang di bangun oleh kakek buyutnya pada tahun 1920 itu, hingga kini masih laik untuk ditempati.
Rumah dengan luas 55 meter persegi tersebut terlihat kokoh. Meski ada beberapa bagian depan dinding serta genting rumah yang mulai keropos termakan usia.
Dikisahkan oleh lelaki yang memiliki keturunan Arab ini, bila kakek buyutnya dahulu adalah pedagang dari Makassar. Memiliki darah Arab yang hingga kini juga diteruskannya. Kala itu untuk membangun sebuah rumah harus mengikuti aturan yang diberlakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Pembangunan tempat tinggal zaman dahulu sangat memperhatikan banyak hal. Termasuk kenyamanan yang menempatinya. Tak ayal jika setiap detailnya sangat diperhatikan supaya tak sampai terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan kedepannya.
“Saya pun mendapat cerita dari kakek. Pemerintah Hindia-Belanda sangat detail serta merenik soal pembangunan rumah. Termasuk tempat tidur pun diperhatikan karena harus menghadap ke Timur agar memperoleh sinar matahari pagi. Kemudian kamar mandi harus berjarak lima meter dari Utara sumur. Jarak itu adalah minimal, bertujuan menjaga sirkulasi saluran air,” papar Fuad Abdillah.
Baca Juga: Pos Kopi Zio Keuntungan Fantastis Berjualan Kopi
Walaupun secara desain bangunan mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Hindia-Belanda, lanjut Fuad Abdillah. Akan tetapi, proses pembangunannya menggunakan biaya sendiri.
Salah satu peninggalan nenek Fuad Abdillah berupa lemari tua yang berisi teko dan tempat sirih kuna. (donny) |
Perjalanannya, rumah yang menyimpan banyak cerita keluarga Fuad Abdillah ini sempat berpindah tangan ke saudara kakek dan dikontrakan pada kisaran tahun 1972. Bahkan juga pernah sampai kosong tidak ditinggali oleh salah seorang anggota keluarga pun.
Fuad Abdillah saat menunjukkan arsip yang berisikan denah pembangunan sejak 1920 dan surat kepemilikan rumah dan tanah yang dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1934. (donny) |
Fuad Abdillah mengatakan, “Baru setelah saya berkeluarga sekitar tahun 1996 rumah ini ada yang menempati lagi. Ketika dikontrakan karena memang kebetulan ditinggal meninggal dunia oleh kakek dan kedua orang tua saya. Sehingga guna menutup kebutuhan hidup serta pendidikan, jalan keluarnya adalah dikontrakan.”
Suasana dari dalam rumah, terlihat ciri khas arsitektur era kolonial yang ditandai oleh lengkungan di atas daun jendela dan pintu utama. (donny) |
Kendati belum di renovasi terlalu banyak oleh Fuad Abdillah, rumah ini masih nyaman digunakan. Sirkulasi udara yang tertata dengan baik, menjadikan rumah terasa sejuk walaupun tak menggunakan pendingin ruangan.
Reporter/Foto: Donny Darmawan