Gapura Desa Barongsawahan. (Rabithah)


BANDAR KEDUNGMULYO – Terik matahari membersamai perjalanan tim Majalah Suara Pendidikan menuju Desa Barongsawahan, Kecamatan Bandar Kedungmulyo. Dibalik nama berdirinya Desa Barongsawahan tersimpan sepenggal kisah yang terbilang mengharukan sehingga terpatri dibenak masyarakat.

Sekretaris Desa Barongsawahan, Ditya Adi Indrayana menuturkan bahwa asal usul nama desanya merujuk pada kata Barong dan Sawahan. Barong atau Barongan dalam Bahasa Jawa memiliki arti hutan belantara yang ditumbuhi pohon bambu, sedangkan Sawahan merupakan hamparan sawah.

“Pembabat alas Desa Barongsawahan bernama Ki Buyut Idris atau kerap disapa Mbah Bau yang juga menjadi kepala desa pertama. Saat itu, hutan yang sudah dibabat pada awalnya belum memiliki nama, masyarakat hanya menyebut kawasan ini barong,” ungkap pria bertubuh tinggi itu.

Sebelumnya Desa Barongsawahan termasuk dalam wilayah Kecamatan Perak. Selanjutnya pada tahun 1984 terjadi pemisahan wilayah dan bergabung dengan Kecamatan Bandar Kedungmulyo.

Di tengah masyarakat pun berkembang cerita lain tentang desa yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.547 jiwa ini, imbuh Ditya Adi Indrayana. Konon jauh sebelum Indonesia merdeka, disini juga ditinggali oleh orang-orang yang memiliki kemampuan merubah diri menyerupai macan.

Baca Juga: SDN Glagahan I Perak Business Day Wirausaha dan Implementasi Pembelajaran

Selain itu dikisahkan karyawan Balai Desa Barongsawahan, Widoyanto yang menjelaskan bahwa peristiwa letusan Gunung Kelud yang terjadi pada medio 1966 memiliki dampak yang signifikan bagi peradaban. Semburan lahar yang membawa material pasir dan batu mengalir hingga Sungai Konto di Desa Barongsawahan. Peristiwa tersebut membuat hamparan hutan bambu sedikit menghilang hingga dapat dialih fungsikan menjadi sawah yang subur. Berdasarkan peristiwa tersebut, barulah tercetus nama Barongsawahan.

Sekretaris Desa Barongsawahan, Ditya Adi Indrayana (Kiri) dan Karyawan Balai Desa Barongsawahan Widoyanto (Kanan). (Rabithah)

“Beberapa letusan Gunung Kelud terjadi pada pasaran Wage. Hingga tak jarang masyarakat pada lereng Gunung Kelud dan sebagian masyarakat kami masih menganggap Wage merupakan pasaran yang penuh misteri,” papar Widoyanto.

Hamparan sawah dan jalan menuju makam sesepuh Desa Barongsawahan. (Rabithah)

Widoyanto menambahkan bahwa sebelumnya Desa Barongsawahan termasuk dalam wilayah Kecamatan Perak. Selanjutnya pada tahun 1984 terjadi pemisahan wilayah dan bergabung dengan Kecamatan Bandar Kedungmulyo. Hingga kini memiliki tiga dusun yaitu, Dusun Jayan, Barong, dan Sawahan.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma

Lebih baru Lebih lama