Pegawai DLH saat memantau sumber mata air Desa Galeng Dowo Kecamatan Wonosalam. (ist)


JOMBANG – Sering kali dijumpai pengembangan kawasan pariwisata di negeri ini kurang mengindahkan aspek lingkungan. Sehingga bak sebuah boom waktu, tinggal menunggu saja kapan tibanya bencana alam akan terjadi sebagai akibat kerusakan ekosistem. Di Jombang sendiri beberapa tahun terakhir kalau dilihat, Kecamatan Wonosalam sangat pesat pertumbuhan pariwisatanya.

Selain memiliki alam sejuk, terdapat juga durian lokal dan kopi excelsa yang khas citarasanya, tak ayal jadi daya tarik tersendiri bagi pelancong. Tak heran bila pembangunan sangat tampak disepanjang daerah di punggung Gunung Arjuna tersebut.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jombang, Miftahul Ulum, S.T., M.Si. tak menampik bahwa terbilang sangat cepat laju pertumbuhan pembangunan untuk pariwisata di Wonosalam jika dibandingkan dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Sebab, kelaikan lingkungannya harus diperhatikan dengan baik oleh pengelola pariwisata maupun masyarakat setempat.

Kecamatan Wonosalam dan wilayah dibawahnya seperti Kecamatan Bareng, Mojowarno dan Mojoagung merupakan kawasan termasuk peta rawan bencana hidrometeorologi, terutama banjir dan longsor. Untuk itu langkah mitigasi dan pelestarian alam menjadi kunci penanggulangan.

Terlebih lagi pastinya akan ada pergeseran nilai-nilai sosial dan budaya yang selama ini dipegang teguh masyarakat Wonosalam. Hal itu dikarenakan arus perkembangan perubahan yang sangat deras. Harus di antisipasi sedari sekarang jika tak ingin menerima batunya dikemudian hari.

Baca Juga: Wilkerdik Kecamatan Bandar Kedungmulyo Maulid Nabi Muhammad SAW Penguat Keagamaan

“DLH Kabupaten Jombang memiliki fungsi dalam memberikan rekomendasi kelaikan lingkungan terhadap pengajuan pariwisata. Dengan demikian pengelola pariwisata berkewajiban menyediakan 40% ruang terbuka hijau, menjaga sumber mata air, daerah resapan air, serta beberapa persyaratan administrasi lainnya,” tegas Miftahul Ulum ketika dihubungi via sambungan seluler.

Pemandangan alam Desa Segunung, Kecamatan Wonosalam. (Rabithah)

Dalam Rencana Strategis DLH Kabupaten Jombang tahun 2018 s.d 2023 melalui program Jombang Lestari memprioritaskan pula penanaman pohon, pembangunan sumur resapan, dan peningkatan kesadaran maupun kepedulian terhadap lingkungkan, tambah Miftahul Ulum. Berdasarkan data di DLH Kabupaten Jombang sekarang ini terdapat 198 sumber mata air di Kota Santri. Sementara yang ada di Kecamatan Wonosalam sebanyak 125 sumber mata air.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang, Miftahul Ulum, S.T., M.Si. (ist)

Sekretaris Asosiasi Pariwisata Jombang (Asparjo), Jalaluddin Hambali menerangkan bahwa pengembangan pariwisata dan permukiman di Kecamatan Wonosalam masih pada koridor pola ruang yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Jombang. Melihat fungsi kawasan tersebut sebagai penyangga ekologi bagi wilayah di bawahnya, misalnya sebagai penyedia jasa ekosistem resapan air, sehingga mengharuskan pengembangan ekonomi diarahkan ke agrowisata, perkebunan, serta peternakan.

Pegawai DLH saat memantau sumber mata air Desa Jarak Kecamatan Wonosalam. (ist)

Jalaluddin Hambali mengatakan, “Kecamatan Wonosalam dan wilayah dibawahnya seperti Kecamatan Bareng, Mojowarno dan Mojoagung merupakan kawasan termasuk peta rawan bencana hidrometeorologi, terutama banjir dan longsor. Untuk itu langkah mitigasi dan pelestarian alam menjadi kunci penanggulangan.”

Sekretaris Asparjo, Jalaluddin Hambali, saat menjadi pembicara di acara sosialisasi menjaga Lingkungan Hidup. (ist)

Terkait payung hukum pelestarian alam Wonosalam sudah tersedia lengkap, imbuh Jalaluddin Hambali. Sekarang yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua adalah upaya penegakan hukum tersebut. Seraya turut serta mengapresiasi pembangunan pariwisata di Wonosalam namun tetap mengkritisi setiap hal yang bersentuhan langsung dengan kondisi alam, seperti sumber mata air, flora fauna serta adat budaya masyarakat setempat.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma/Istimewa

Lebih baru Lebih lama