Potret kegiatan pengeboran sumur Tirto Bening. (ist)


PETERONGAN – Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk di dunia ini. Wajar jika mereka yang berkecimpung di dunia basah ini, rejekinya mengalir seperti halnya dengan air.

Seperti kisah pemilik usaha pengeboran sumur Tirto Bening, Sholikun yang hampir setiap hari tak pernah sepi panggilan. Baik dari mengebor sumber baru atau memperbaiki mesin pompa air bertenaga listrik.

Terjunnya bapak dua anak ini pun tak disengaja. Mulanya sering diajak mendiang kakak mengebor. Lama kelamaan tumbuh kecintaan dipekerjaan yang dekat dengan lahan basah ini. Akhirnya pun perlahan mulai mempelajari dan menjadi sumber mata pencariannya guna menafkahi keluarganya di Dusun Surobayan, Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan ini.

Usaha yang berkembang sejak 2014 ini menjadi ladang berkah bagi keluarga, pegawai dan pelanggan. Meskipun harus berjibaku dengan terik matahari, ketidakpastian kedalaman sumber air, para pegawai tetap menikmatinya.

“Mulanya menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul dan pipa. Namun itu tak menjadi masalah, justru yang terpenting adalah menentukan titik sumber air. Sekarang penuh syukur sudah mampu mempunyai peralatan yang lebih memadai. Dari mesin bor, diesel, hingga kendaraan pengangkut sendiri,” terang Sholikun.

Baca Juga: Menjadi Guru yang Digugu dan Ditiru

Saat ini usaha pengeboran sumur Tirto Bening sudah memiliki tujuh pegawai tetap, ungkap Sholikun yang juga merambah usaha budidaya ikan lele ini. Seharinya bisa sampai tiga lokasi yang dikerjakannya. Setiap pekerjaan ditargetkan dalam kurun waktu empat jam sudah selesai. Mengenai biaya dibicarakan terlebih dahulu, karena harus melihat medan yang bakal dikerjakan.

Sholikun mengatakan, “Tak pernah mematok harga khusus, berkisar ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Melihat medan dan kedalaman sumber air. Pernah dulu sampai dua hari waktu untuk mengebor, lantaran sumber air lumayan dalam. Pesanan pasti memuncak sewaktu musim kemarau tiba, sebab terjadi kekeringan di pelbagai wilayah.”

Sholikun dan pegawainya saat hendak berangkat menuju lokasi pengeboran sumur. (ist)

Mengenai teknis pengeboran, salah satu pegawai usaha pengeboran sumur Tirto Bening, Yahya Zakaria menguraikan mulanya menentukan titik pengeboran, persiapan air sirkulasi melalui diesel alcon, pipa dimasukan kedalam tanah guna memastikan kedalaman mata air serta mencari sumber yang jernih. Setelah bisa ditentukan kedalamannya dan di pastikan mendapat mata air yang jernih, baru dialirkan menggunakan pipa PolyVinyl Chloride (PVC).

“Pembeda usaha pengeboran sumur Tirto Bening adalah senantiasa mengupayakan air yang dihasilkan nantinya memiliki debit yang sesuai permintaan, bersih, bening, tidak berbau tercemar dan tidak berwarna. Namun secara kasat mata harus dapat membedakan pengeboran untuk irigasi sawah atau kebun dengan air yang digunakan untuk rumah tangga, laiknya mandi dan minum harus melalui uji yang lebih mendetail,” jelas Yahya Zakaria.

Pemilik usaha pengeboran sumur Tirto Bening, Sholikun. (ist)

Terakhir Sholikun berharap usaha yang berkembang sejak 2014 ini menjadi ladang berkah bagi keluarga, pegawai dan pelanggan. Meskipun harus berjibaku dengan terik matahari, ketidakpastian kedalaman sumber air, para pegawai tetap menikmatinya. Beragam kejadian suka duka telah kita alami dari tak sengaja menelan air kotor hingga alat yang hilang atau tertinggal di sumber air. Semua itu kita lalui dengan penuh syukur, lantaran semboyan kita adalah Salam Satu Lumpur.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma/Istimewa

Lebih baru Lebih lama