Ilustrasi Peserta Didik Belajar Online. (ist)


Dra. Dyah Purwaningrum*

“Kita semua akan pulih dari Covid-19. Tapi, anak-anak kita banyak yang sulit pulih dari Learning Loss. Juga sulit pulih secara psikologis dengan dampak yang luar biasa. Karena itu, satuan pendidikan yang eligible harus segera menjalankan Pembelajaran Tatap muka (PTM).” (Sumber: Indopolitika.com)

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah memorak-porandakan tatanan kehidupan termasuk di dalamnya dunia pendidikan. Pembelajaran yang biasanya berlangsung secara tatap muka, dengan terpaksa beralih ke tatap maya (daring). Anak di paksa untuk belajar dari rumah dengan akibat anak harus tetap menerima pelajaran tanpa ada bimbingan langsung dari guru.

Tidak dapat dimungkiri, pandemi yang terlalu lama mempunyai dampak yang besar terhadap peserta didik. Mereka mengalami kemunduran secara akademis berupa kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik umum maupun khusus yang terjadi karena kesenjangan berkepanjangan atau ketidak berlangsungannya proses pendidikan. Kejadian seperti ini disebut sebagai Learning Loss. Learning Loss merupakan dampak terbesar dari ketidakefektifan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi. Tidak jarang guru yang menjumpai peserta didik mengalami ketidakpahaman materi yang seharusnya sudah diajarkan sebelumnya.

Menurut Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek, Iwan Syahril, menyebutkan bahwa perbaikan Learning Loss diprediksi bisa memakan waktu 9 tahun jika langkah solutif dari pembelajaran di masa pandemi Covid-19 tidak dilaksanakan. Langkah solutif tersebut, diyakini ada pada percepatan PTM.

Selanjutnya, menurut The Glossary of Education Reform, Learning Loss diartikan sebagai kehilangan atau keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang merujuk pada akademis, umumnya terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau diskontinuitas dalam pendidikan (dikutip dari https://www.edglossary.org/learning-loss/). Sedangkan menurut Kemendikbudristek dalam Suhardini Nurhayati, diakses dari https://newmalangpos.id/menelisik-learning-loss-dunia-pendidikan-di-indonesia, Learning Loss adalah hilangnya kesempatan belajar karena berkurangnya intensitas interaksi peserta didik dengan guru saat proses pembelajaran yang mengakibatkan penurunan penguasaan kompetensi peserta didik.

Adapun faktor yang dapat menyebabkan Learning Loss dikutip dari https://www.edglossary.org/learning-loss/ diantaranya adalah putus sekolah, kemampuan ekonomi, disabilitas, bencana alam, periode libur panjang pada kalender akademik, kurang efektifnya pembelajaran, putus sekolah, dan ditutupnya sekolah tatap muka karena pandemi yang mengakibatkan anak atau peserta didik mengalami kemunduran akademis dan non akademis karena tidak memperoleh pelajaran secara maksimal.

Baca Juga: Fenomena Daring di Dunia Pendidikan

Menurut pemerhati dan praktisi pendidikan, Indra Charismiadji dalam Webinar GREDU ft. ClassIn, Kamis (2/9/2021) mengatakan bahwa kondisi Learning Loss tidak sepenuhnya terjadi karena PJJ atau karena tidak ada PTM. “Learning Loss justru seringkali diakibatkan karena cara mengajar yang hanya dipindahkan dari dalam kelas dan diadopsi sepenuhnya ke pembelajaran online,” ujarnya dalam keterangan yang diterima kompas.com pada Senin (6/9/2021). Disituasi ini, guru mendistribusikan informasi dan komonikasi hanya satu arah, yang kemudian menyebabkan peserta didik cepat merasa bosan dan tidak semangat belajar.

Disampaikan oleh Munawirul Qulub, Fasilitator Provinsi Direktorat GTK Madrasah Kementerian Agama bahwa Learning Loss pada peserta didik ditandai dengan menurunnya minat dan respon peserta didik dalam pembelajaran, peserta didik “melupakan” tugas sekolah, target kurikulum tidak tercapai walau standar kompetensi sudah diturunkan, fenomena nilai peserta didik hampir semua sama, dan fenomena nilai nyaris sempurna semua padahal hampir di setiap pertemuan guru merasa seperti mengajar dari nol. Pada pelajaran matematika, Learning Loss pun terjadi. Peserta didik SMP lupa tentang konsep dasar matematika. Sebagai contoh peserta didik lupa bagaimana cara melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan bulat maupun bilangan pecahan. Mereka juga lupa tentang konsep bilangan berpangkat sehingga tidak bisa membedakan antara 32 dengan 3 x 2.

Berdasarkan pengamatan penulis, peserta didik di sekolah kami mengalami beberapa kendala yang mengakibatkan mereka tidak bisa mengikuti PJJ dengan baik sehingga berdampak pada Learning Loss yang cukup parah. Diantaranya adalah karena keadaan kemampuan ekonomi yang mengakibatkan mereka terkendala dalam kepemilikan HP, pemenuhan kuota internet, HP bergantian dengan anggota keluarga, komitmen rendah dengan ditandai saat PJJ malah peserta didik bekerja. Selain itu, karena sekolah kami terletak di daerah pegunungan, peserta didik juga kesulitan mengakses internet karena sinyal kurang mendukung. Kebanyakan para orang tua peserta didik pun tidak bisa mendampingi anak-anaknya dalam menyelesaikan tugas dari sekolah dengan alasan kesibukan. Bahkan pada masa pandemi ini, peserta didik lebih banyak dituntut untuk membantu orang tuanya baik dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga maupun mencari uang. Hal ini juga merupakan akibat ditutupnya sekolah tatap muka karena pandemi.

Dijelaskan oleh Munawirul Qulub, contoh ragam solusi di Madrasah meliputi Pertemuan Tatap Muka dilaksanakan 25% sampai dengan 50%, penggunaan kurikulum darurat/ kurikulum yang disederhanakan, untuk asesmen meliputi asesmen Pra PTM, Asesmen Kelas, Pemetaan Pra pembelajaran, untuk percepatannya pemberian materi bukan drilling, menautkan penerapan materi/bab menjadi satu kesatuan lebih kecil, analisa kebutuhan materi/kurikulum kafetaria, dan untuk guru meliputi peningkatan SDM dan pendampingan guru terkait penguasaan IT dan inovasi pembelajaran.

Selain itu untuk mengatasi agar dampak Learning Loss tidak semakin parah, dibutuhkan berbagai macam strategi pembelajaran yang mendasar pada kemampuan dasar anak misal dengan metode ceramah. Meskipun metode ceramah ini kadang membosankan, namun dengan metode ceramah, guru bisa menyajikan materi pelajaran secara luas dan mendetail. Selain itu, guru juga bisa lebih mudah dalam mengontrol keadaan kelas. Selanjutnya, dengan metode simulasi yaitu dengan menghadirkan situasi tiruan agar setiap peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep dan juga materi yang disampaikan.

Tindak lanjut yang diambil di sekolah kami untuk pemulihan keadaan peserta didik yang mengalami dampak Learning Loss pada pembelajaran matematika yakni dengan menggunakan strategi baru. Sebelum memasuki materi inti, guru melakukan akselerasi dengan memberikan materi yang lampau yakni materi yang ada di kelas sebelumnya dengan metode ceramah dan demonstrasi sederhana. Misal pada pemahaman konsep bilangan bulat, guru mendemontrasikan dengan menggunakan koin positif dan negatif. Konsep bilangan berpangkat didemontrasikan dengan cara menggunting-gunting kertas menggunakan pola. Meski hanya dalam waktu lebih kurang lima sampai sepuluh menit, harapannya anak bisa mengingat kembali konsep dasar yang hilang akibat masa pendemi. Hingga pada akhirnya, sedikit demi sedikit keadaan Learning Loss dapat segera teratasi meskipun memang tidak mudah.

Penyelesaian keadaan Learning Loss selain butuh waktu yang lama, juga membutuhkan pendidik yang andal, sabar, kreatif, inovatif dengan model pembelajaran yang bisa membuat suasana kelas efektif dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya peserta didik kembali merasa nyaman di sekolah dengan materi yang sesuai dengan kurikulum seperti sebelum masa pandemi terjadi. Tetapi karena strategi baru tersebut masih dalam pelaksanaan sedangkan pemulihan Learning Loss butuh waktu yang lama, kami belum bisa menyimpulkan hasil akhir peserta didik setelah diberikan pembelajaran menggunakan strategi baru tersebut.

*) Guru Matematika SMP Negeri 1 Wonosalam

Lebih baru Lebih lama