CEO De Durian Park, Yusron Aminullah saat memberikan sambutan kepada narasumber dan peserta yang hadir. (Donny)


WONOSALAM – Indonesia merupakan negara yang besar. Bukan sekadar dari luas wilayahnya saja, namun keragaman yang ada didalamnya pun juga. Oleh karenanya, kedepan harus mempersiapkan diri dengan tantangan global yang kian dinamis. Jikalau sampai luput, pastilah dengan sendirinya akan tergerus yang pada akhirnya merugikan keberadaan Nusantara ini.

Untuk itulah De Durian Park Wonosalam mengehelat diskusi terbuka Dialog Kebangsaan: Saatnya Menyiapkan Regenerasi pada Minggu (16/1) dengan dihadiri sejumlah narasumber dari pelbagai latarbelakang bermacam-macam seraya mengundang sejumlah tokoh yang memiliki peran besar dalam mempersiapkan arus perubahan ini dengan penuh kabajikan.

Diungkapkan oleh CEO De Durian Park Wonosalam, Yusron Aminulloh sengaja menyelenggarakan dialog ini guna mempersiapkan generasi akan datang yang jauh lebih visioner. Berangkat dari potensi yang dimiliki di daerahnya, maka mampu berbicara serta berbuat lebih banyak dalam tataran nasional bahkan internasional.

Dalam mewujudkan kesejukan dalam mengelola bangsa yang besar diperlukan modal pendidikan yang berfungsi dalam menghidupkan kreativitas, welas asih, dan rasa optimisme.

Yusron Aminulloh mengatakan, “Senyampang itu pula tujuannya ialah membangun kepekaan masyarakat desa sehingga tercipta sinergi dalam persatuan bangsa Indonesia di bidang apa pun yang saling menguntungkan.”

Sementara itu Pakar Hukum Lingkungan, Universitas Airlangga Surabaya, Prof. Dr. Suparto Wijoyo menuturkan momentum ini bisa menjadi kesempatan dalam merefleksikan kondisi bangsa. Utamanya generasi muda yang nantinya sebagai roda penerus harus dikenalkan pengetahuan dasar hingga fondasi persatuan melalui Pancasila.

Baca Juga: SMP Negeri 1 Ngoro Gudangnya Jawara Atletik

“Pancasila bukan saja ideolgi, melainkan pula teknologi yang tak akan lekang oleh zaman. Adanya Pancasila dapat merekatkan perbedaan yang ada seolah biasa saja. Padahal kalau dicermati Indonesia penuh dengan perbedaan dan malah menjadikannya sebagai modal persatuan,” tutur Suparto Wijoyo.

Sastrawan D. Zawawi Imron saat membacakan sepenggal pidato Bung Karno Vivere Pericoloso. (Donny)

Sedangkan penyair nasional yang turut hadir sebagai narasumber, D. Zawawi Imron menguatkan bahwasanya soal persatuan dan permasalahan yang menyertainya harus diselesaikan dengan penuh keindahan, kebersihan hati, dan pikiran. Tak bisa sebatas menggunakan cara kekerasan yang lebih mengedepankan ego sentralnya saja. Melainkan perlu melihat dibalik itu ada kepentingan bersama.

Penyair yang memiliki julukan Si Celurit Emas ini dengan tegas mengatakan, “Jika itu dilupakan, dipastikan kesatuan dan persatuan Indonesia akan pecah.”

Suasana saat Marsekal TNI (Purn) Rilo Pambudi mengemukakan pendapatnya dihadapan para peserta. (Donny)

Marsekal TNI (Purn) Rilo Pambudi bersama Maha Guru Pengusaha Indonesia, Dr. Imam Muhajirin Elfahmi pun sepakat dalam mewujudkan kesejukan dalam mengelola bangsa yang besar diperlukan modal pendidikan yang berfungsi dalam menghidupkan kreativitas, welas asih, dan rasa optimisme. Dengan demikian, apa pun tantangan kedepannya akan dihadapi dengan ketenagan dan dipungkasi dengan keelokan.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama