Peserta didik membatik dengan teknik tulis. (ist)

SUMOBITO – Keberadaan satuan pendidikan tidak sekadar tempat guna menimba ilmu. Tetapi juga dapat sebagai Kawah Candradimuka dalam mengisbatkan kecintaan terhadap warisan leluhur yang adiluhung.

SMP Negeri 2 Sumobito pun melakukan hal itu melalui ekstrakurikuler membatik. Seperti sudah diketahui bahwa batik merupakan warisan budaya dunia. Sangat disayangkan apabila di negara asalnya tak ada yang meneruskannya. Padahal banyak falsafah hidup yang terekam dalam kegiatan membatik, begitu pun dalam semiotika desain batik itu sendiri.

SMP Negeri 2 Sumobito telah mampu mencipta motif batik tersendiri yaitu Ruellia atau Bunga Terompet Ungu dengan dikombinasikan ala Jombangan. Ide ini tak lepas atas keberadaan Bunga Terompet Ungu yang tumbuh subur di taman.

Dikatakan Kepala SMP Negeri 2 Sumobito, Heri Sukamto, S.Pd., M.MPd. bahwa ekstrakurikuler membatik sudah dimulai semenjak 2010. Tak bisa dilepaskan dari tangan dingin para guru seni budaya yang ingin mengenalkan peserta didiknya terhadap batik tetapi tidak saja dari buku. Melainkan dapat melihat langsung bahkan merengkuh dari pengalamannya saat membatik.

Baca Juga: Sujiati, S.Pd. Lengkapi Sarana Prasarana Jadikan Juara

Heri Sukamto menegaskan, “Tak ada yang sukar mengenalkan ekstrakurikuler batik kepada peserta didik. Selain batik memiliki kekhasan dan daya tarik tersendiri. Ditambah adanya guru seni budaya yang telah piawai membatik makin membuncahkan antusias peserta didik. Satuan pendidikan tinggal menyediakan sarana prasarana pendukung.”

Kepala SMP Negeri 2 Sumobito, Heri Sukamto, S.Pd., M.MPd. (Rabithah)

Kain, lilin, pewarna, cap, canting, dan alat pemanas adalah sarana prasarana yang dibutuhkan paling utama, Menariknya SMP Negeri 2 Sumobito telah mampu mencipta motif batik tersendiri yaitu Ruellia atau Bunga Terompet Ungu dengan dikombinasikan ala Jombangan. Ide ini tak lepas atas keberadaan Bunga Terompet Ungu yang tumbuh subur di taman. Diungkapkan oleh Pembina Ekstrakurikuler Membatik dan Guru Seni Budaya SMP Negeri 2 Sumobito, Nazula Widyastuti, S.Pd. di tiap tahun pelajaran baru selalu mengadakan seleksi untuk calon anggota ekstrakurikuler membatik. Tahun 2021 terpilih ada sekitar 20 peserta didik yang kemudian di bagi menjadi beberapa kelompok. Nantinya diharapkan mampu membuat selembar kain batik berukuran kurang lebih dua meter. Ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari Senin dan Rabu selepas jam pembelajaran wajib.

Kepala beserta jajaran wakil kepala SMP Negeri 2 Sumobito, menunjukkan hasil kerajinan batik. (Rabithah)

Namun sebelumnya peserta didik dikenakan akan ragam dan motif batik, baik itu dari tulis, cap, maupun jumputan. Kemudian dibekali teknik menggambar pola, menebalkannya dengan lilin cair, pewarnaan, dan finishing. Barulah mempraktikannya langsung dengan pengawasan ketat supaya tak sampai ada yang terluka.

Peserta didik mengakhiri proses membatik dengan cara menjemur. (ist)

“Bersyukurnya peserta didik yang tergabung dalam ekstrakurikuler membatik rata-rata memiliki jiwa seni serta ketekunan yang matang. Sehingga dapat memproduksi hasil yang bagus serta mampu menjalin kerjasama dengan Komunitas Batik Jatipelem guna pengadaan seragam guru. Ditambah raihan prestasi sebagai Juara II Karya Batik dan Fashion Show pada kegiatan Kepramukaan Kabupaten Jombang tahun 2018 dan 2019. Selain itu berhasil menyelenggarakan pameran batik secara berkala. Capaian ini jelas makin melambungkan nama SMP Negeri 2 Sumobito,” pungkas perempuan yang juga sebagai Wakil Kepala Sekolah, Bidang Kesiswaan, SMP Negeri 2 Sumobito itu.

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma/Istimewa
Lebih baru Lebih lama