Gol A Gong saat memaparkan materi diskusi. (Donny)


WONOSALAM – Di era perubahan yang berjalan begitu cepat sekarang ini, kemampuan berliterasi menjadi modal penting agar mampu mengarunginya dengan paripurna. Hal tersebut cukup penting, agar tak sampai terlibas dalam gencaranya arus informasi yang deras berganti. Sehingga kalau gagal mencermati dengan baik maka akan menjadi kerikil tajam bagi diri kita. Maka, disinilah letak pentingnya literasi dalam memilah dan memilih seraya melihat sebuat fenomena yang terjadi secara utuh.

Duta Baca Indonesia, Gol A Gong memanfaatkan kesempatan melakukan lawatan Safari Literasi bersama Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia sebagai upaya penguatan literasi di daerah. Salah satunya berlangsung pada Sabtu (29/1) di Hall Bido, De Durian Park Wonosalam Jombang. Dalam lawatannya tersebut, juga turut dihadiri oleh lintas pegiat literasi sekaligus tokoh pendidikan di Telatah Kebo Kicak, dengan tajuk Membumikan Literasi Kota Santri.

Sesungguhnya literasi adalah moda penataan logika dalam memahami suatu peristiwa. Sehingga dapat dipahami secara utuh inti persoalannya yang dapat dibedah melalui ragam bentuk literasi.

Gol A Gong tak mengelak, pada setiap zamannya literasi selalu berkembang. Fenomena sekarang cenderung terdapat kebenaran suatu kelompok atas kelompok lainnya. Tentunya jika dibiarkan melanggeng begitu saja, benih perpecahan akan terjadi. Disitulah letak leterasi sangat penting dengan terlebih dahulu seharusnya melakukan Tabayyun (menelaah dan meneliti) dari pelbagai sudut pandang yang memiliki kredibilitas.

Baca Juga: SMP Negeri Bandar Kedungmulyo Inovasi Duta Ceria Cegah Anemia

“Penting sekali dalam membudayakan literasi agar semakin membumi dibutuhkan kerjasama antar lini. Sehigga mampu menjadi kebiasaan sampai ke akar rumput yang lumrah saja untuk dilakukan,” terang penulis novel Balada Si Roy tersebut.

Para peserta diskusi. (Donny)

Narasumber pembanding yang juga seorang penulis serta trainer motivasi, Teguh W. Utomo merasakan sesungguhnya literasi adalah moda penataan logika dalam memahami suatu peristiwa. Sehingga dapat dipahami secara utuh inti persoalannya yang dapat dibedah melalui ragam bentuk literasi. Misalkan saja fenomena kampung milyader di Tuban, Jawa Timur beberapa waktu lalu yang sempat menghebohkan jagad media, kini berbalik telak. Penduduk kesulitan dalam melanjutkan nafas perekonomian karena sebatas digunakan untuk konsumsi. Jelas terlihat kelemahan literasi finansial yang menyebabkan menjadi gelimpungan semacam itu.

Penyerahan beberapa buku terbitan Iqro Semesta pada Gol A Gong, di akhir sesi diskusi. (Donny)

Teguh W. Utomo yang juga tergabung sebagai Trainer Menebar Energi Positif (MEP) mengatakan, “Jika penduduk tersebut memiliki kepekaan serta kemampuan literasi finansial, maka lebih mengarahkan uang yang dimilikinya ke arah investasi. Itulah mengapa saya katakan dalam literasi selalu mengalami perkembangan tak sekadar baca dan tulis saja.”

Data dari Perpusnas RI menunjukkan sekarang ini, di Indonesia satu buku bisa digunakan hingga sampai sembilahpuluh orang. Artinya masih terdapat kekurangan buka di negeri kita sendiri sebagai bahan bacaan. Idealnya di Negeri Gemah Ripah Loh Jinawai ini membutuhkan 330 buku untuk menemani proses pertumbuhan yang sedang berlangsung. Pastinya tidak ketinggalan dengan menyesuaikan lokatias yang ada, sehingga lebih bisa membumi karena berasal dari lingkungan sekitarnya.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama