Dok.MSP


Rahmat Sularso Nh.*

Memasuki tahun pelajaran baru 2022/2023 dan menyudahi mengikuti panasnya seleksi masuk ke satuan pendidikan yang diidamkan melalui banyak jalur. Babak selanjutnya yang harus ditempuh peserta didik baru adalah akan memasuki Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Di MPLS peserta didik baru akan dikenalkan segala seluk beluk mengenai satuan pendidikan, baik fasilitas fisik maupun non-fisik yang terangkai dalam satu materi sekaligus juga mengetahui figur anggota civitas pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan, serta pelbagai stakeholder yang terlibat langsung maupun tidak didalam proses pembelajaran.

Namun kalau hanya menggunakan metode konvensional, rasa-rasanya MPLS tak memiliki bunyi yang dapat terkenang dengan baik kepada peserta didik baru. Seperti diketahui, bahwasannya peserta didik baru merupakan individu yang sedang memasuki sebuah wahana baru. Tentunya kesan positif yang membekas secara nyata dan baik pun harus diberikan. Sehingga kedepannya sewaktu sudah memulai proses pembelajaran sesungguhnya, mereka betah bahkan tak merasa salah memilih untuk melanjutkan pendidikannya disana.

Oleh karenanya, panitia harus mampu membaca keberadaan kondisi peserta didik saat ini. Sebagai generasi milenial yang sangat peka akan arus perkembangan teknologi dan sudah terbiasa dengan sentuhan gadget, maka sentuhan dalam membangun MPLS setidaknya janganlah terlampau jauh dari kehidupan peserta didik baru. Harapannya MPLS berhasil menciptakan kegembiraan dan kenangan yang begitu dahsyat bagi peserta didik baru.

Mereka (baca: Peserta Didik Baru) biasanya suka dalam sebuah permainan yang penuh dengan aksi tantangan. Sehingga bisa jadi sebagai muatan berharga dalam tahapan pengenalan dilakukan dengan langkah seperti membuat sebuah tantangan. Selaiknya mengenali lingkungan ataupun seluk beluk satuan pendidikan, tak harus semuanya mesti terjabarkan jelas dalam satu denah yang dibuat oleh panitia. Melainkan bisa digali lagi menjadi sebuah teka-teki sehingga mereka akan menelusuri serta mencari tahu sendiri seputaran tempat di satuan pendidian itu.

Harus menempatkan strategi yang tepat supaya dapat membangun satu arah konsentrasi searah. Selanjutnya dapat membincangkan dengan nyaman, seturut kemudian dilesapi upaya-upaya penguatan karakter peserta didik baru.

Tinggal kode berserta serangkaian isyarat lain harus dilengkapi. Akhirnya peserta didik baru menjelajahi keseluruhan bagian satuan pendidikan dengan sendirinya. Diakhir dapat disampaiakan tiap temuan dari upaya pengenalan lingkungan satuan pendidikannya tersebut. Panitia atau penanggungjawab pada sesi ini, nantinya selain bisa memberikan penjelasan tentang temuan peserta didik baru tersebut, juga menegaskan maksud daripada permainan tersebut.

Demikian pun ketika mencoba mengenali bakal guru yang akan mengajarnya nanti di saat pembelajaran. Tidak kemudian disodorkan foto beserta data pendukungnya, melainkan bisa hanya berupa clue (Indonesia: Petunjuk) tentang guru mata pelajaran tertentu. Misalkan saja menyebutkan ciri-ciri fisik atau kebiasaan yang kerap dilakukan selama di satuan pendidikan. Penuh dengan tanda tanya besar, peserta didik harus berusaha mencocokan antara petunjuk dengan temuannya. Apakah benar itu guru yang dimaksud? Kalau benar wajib diberikan apresiasi ataupun salah dalam menebak, maka harus ada punishment atau hukuman yang masih ada korelasinya dengan MPLS dan terpenting ada nilai edukasinya.

Baca Juga: Lestarikan Seni dan Budaya Jombang Melalui Satuan Pendidikan

Jelasnya dengan langkah-langkah sederhana penuh dengan permainan yang menyenangkan seperti itu, waktu seharian tidak akan terasa terlahap begitu saja. Peserta didik baru pun juga tak akan merasa asing meski di tempat yang baru. Mereka berhasil melebur dalam MPLS dengan pola yang baru. Terpenting juga aksi tersebut membuat mereka saling mengenal satu dengan lainnya teman baru didalam satu angkatan. Sebab, dalam menyelesaikan teka-teki MPLS itu dibutuhkan kerjasama tim.

Praktis dalam aspek kerjasama ini, saling mengenal antar anggota timnya akan memberikan arti tersendiri. Lantaran itu terjadi mengalir bak air di sungai, kemudian menjadi akrab dan melewatkan kebersamaan di kesempatan berikutnya.

Kesempatan Meneguhkan Karakter

Didalam MPLS tidak melalu perihal pengenalan lingkungan satuan pendidikan saja yang bakal diberikan. Kurang lebih di kurun waktu sepekan tersebut, ada beberapa materi lain yang selalu tampil menjadi langganan dalam upaya menghadapi kenakalan remaja yang kini semakin marak. Dari penyalagunaan narkoba, sex bebas, ataupun permasalahan sosial lainnya.

Tetapi bila ditelaah secara sebenarnya, semuanya terkait dalam satu benang merah yakni pendidikan karakter yang tepat. Seperti diketahui di usia dini setelah menuntaskan pendidikan setingkat PAUD maupun SD Sederajat, peserta didik masihlah tergolong murni. Belum banyak terkontaminasi akan dunia luar yang sangat bebas, demikian dalam informasi yang tebuka lebar serta bisa diakses dengan mudah.

Menjadikan ini sebagai kesempatan dalam meneguhkan karakter peserta didik. Tidak harus menutupi segala keburukan yang ada di aktivitas interaksi sosialnya. Namun lebih membimbing dan mengarahkan akan membedakan mana yang baik ataupun tidak. Baik bagi dirinya, keluarga, hingga lingkungannya.

Diperkembangan dunia sekarang ini yang sungguh pesat sekali, segala hal-hal yang sebelumnya tergolong tabu untuk dibicarakan dan menjadi rahasia tersendiri. Sekarang sepertinya tidak, seluruhnya harus dibicarakan dengan pamahaman yang paripurna dan dapat dimengerti secara baik. Diambah diperolehnya dari sumber yang tepat, sehingga apabila ada yang perlu ditanyakan bisa mendapatkan penjelasan dengan runtut.

Kesempatan ini harus dijalankan penuh maksimal. Mengingat waktu yang sangat terbatas, juga jumlah peserta didik baru yang tergolong banyak. Jadi harus menempatkan strategi yang tepat supaya dapat membangun satu arah konsentrasi searah. Selanjutnya dapat membincangkan dengan nyaman, seturut kemudian dilesapi upaya-upaya penguatan karakter peserta didik baru.

Bisa dikatakan ini hanyalah awalan sebagai dasar dalam kelanjutan untuk menguatkan pendidikan karakter peserta didik yang dalam hari-harinya di satuan pendidikan harus kembali dikuatkan dengan pelbagai kegiatan pendukung. Hal ini dikarenakan karakter tidak dapat sekali diberikan kemudian tumbuh dan berkembang. Melainkan harus dilakukan berulang-ulang sehingga melebur menjadi kebiasaan yang kalau sampai tidak dilakukan rasanya ada yang kurang.

*) Pemimpin Redaksi Majalah Suara Pendidikan.

Lebih baru Lebih lama