Tangkapan layar sewaktu Ahmad Musta’in Syafi’i menyampaikan pendapatnya. (ist)


DIWEK – Kota Seribu Pesantren seakan tak kehabisan tokoh yang pemikirannya selalu relevan untuk dikaji sebagai sumber pengetahuan sosial, agama, sampai politik. Seperti halnya pelbagai hadis yang ditulis oleh Hadratussyaikh Hasyim Asyari, dan diteliti dalam Disertasi DR. Abdus Somad, L.C., MA.

Pada kegiatan bertajuk Silahturrahim dan Bedah Disertasi berjudul Kontribusi Hadratussyaikh Hasyim Asyari dalam Penyebaran Hadis di Indonesia yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng pada (6/7), dilangsungkan secara Online dan tatap muka dengan dihadiri para santri/santriwati, serta bertempat di Masjid Pondok Putra Ponpes Tebuireng, pria yang akrab disapa Uas ini memaparkan, alasan dirinya mengkaji hadis Hadratussyaikh Hasyim Asyari karena ingin menggali sisi lain keilmuan founding father Nahdatul Ulama ini, yang belum banyak diketahui publik. Selain itu, tujuannya pun jelas, untuk menyebarkan gagasan keilmuan ihwal hadis yang dapat ditinjau relevansinya dengan konteks kehidupan masyarakat saat ini.

Karya hadisnya lekat dengan metode sunnah, karena lewat inilah problematika di masyarakat dapat dicarikan akar solusinya.

“Peranan Hadratussyaikh Hasyim Asyari sebagai penyebar hadis di Indonesia cukup penting, terlebih pasca kepulangan beliau dari proses mencecap ilmu hadis dari para ulama-ulama di Makkah pada tahun 1899. Dari pelbagai literatur sampai manuskrip yang saya jadikan sebagai rujukan penyusunan Disertasi ini, terungkap metode penulisan hadis yang diterapkan Hadratussyaikh Hasyim Asyari juga disertai ungkapan ulama-ulama salaf. Kemudian, sebelum dihafalkan, direnik terlebih dahulu semua tulisannya agar tak terdapat kesalahan pada penghafalannya yang diajarkan pada para santri dan santriwatinya,” terang Abdus Somad.

Baca Juga: Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro Berawal dari Sebuah Tempayan Batu

Abdus Somad melanjutkan, dari banyak ulama yang tersebar di penjuru Nusantara, penulisan hadis belum banyak dilakukan. Sehingga, dapat dikatakan pendirian Ponpes Tebuireng menjadi salah satu medium Hadratussyaikh Hasyim Asyari menyebarkan luaskan gagasan hadis, baik pada santri/santriwati, serta para ulama dan rekan sejawatnya kala itu.

Ustadz Abdul Somad saat memaparkan disertai. (ist)

Berkesempatan hadir seforum dan semeja, Dosen Ma’had Aly Hasyim Asyari Tebuireng, DR. KH. Ahmad Musta’in Syafi’i yang didapuk sebagai pembanding Disertasi Abdus Somad, mengungkapkan, pada dasarnya Hadratussyaikh Hasyim Asyari bukan tipikal ilmuwan yang an sich (baca: dirinya sendiri). Ini tercermin dari hadis-hadis yang ditulis merupakan representasi kondisi sosial, agama, masyarakat kala itu.

Flyer Acara. (ist)

Ahmad Musta’in Syafi’i menambahkan, “Membincang kiprah Hadratussyaikh Hasyim Asyari tak cukup hanya dari sisi keilmuannya. Melainkan perlu dicatat pula bahwasanya beliau menjadi aktivis sosial politik semasa Kolonialisme Hindia-Belanda sampai pendudukan Jepang, karena sikapnya yang teguh untuk menolak berkompromi dengan penjajah. Maka dari itu, karya hadisnya lekat dengan metode sunnah, karena lewat inilah problematika di masyarakat dapat dicarikan akar solusinya.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama