Yayuk Sri Rahayu saat memberikan balok bermain pada anak didiknya. (Donny)


NGUSIKAN – Satuan pendidikan menjadi wadah yang berarti dalam masa pertumbuhan anak didik. Diantaranya dalam pengembangan motorik halus dan kasar. Ini harus diperhatikan oleh satuan pendidikan karena akan berpengaruh pada perkembangan jenjang pendidikan selanjutnya.

Bila menciptakan macam pembelajaran yang tidak hanya terpatok pada ruang kelas. Tentunya akan lebih mengeksplorasi kemampuan dasar berpikir anak didik sebagai titik tumpu dalam pengembangan motorik halus maupun kasar.

TK Al-Hikmah Ngusikan pun menyadari akan hal ini, sehingga selalu membawakan setiap pembelajarannya dikemas melalui ragam permainan. Diakui Kepala TK Al Hikmah Ngusikan, Yayuk Sri Rahayu, S.Pd.AUD. guna mengembangkan motorik halus anak didik dapat melalui metode saintifik. Lewat alat peraga dasar dari lingkungan sekitar. Mislakan saja memantiknya dengan membuat kerajinan sederhana dari daun maupun pelepah pisah. Sementara jika pengembangan motorik kasarnya, dirangsang melalui kegiatan senam pagi, mengenal angka serta guru, hingga menggambar objek yang ditangkap anak didik ketika berada di luar kelas.

Baca Juga: SMP Negeri 3 Mojoagung Adiwiyata Nasional Bukti Perjuangan Bersama

“Oleh karenanya, guru harus peka dan memahami dasar pengembangan motorik halus maupun kasar. Selanjutanya dalam situasi pembelajaran yang berlangsung, maka dapat dikembangkan sesuai inovasi yang sedang berjalan saat itu,” tegas Yayuk Sri Rahayu.

Sukaromah sewaktu mengajak anak didiknya mengenal huruf dan aneka gambar. (Donny)

Guru Kelas A, TK Al-Hikmah Ngusikan, Sukaromah, S.Psi. pun menyadari konsep utama dalam pembelajaran di satuan pendidkan PAUD haruslah mampu menjadi jembatan dalam pengembangan motorik halus dan kasar anak didik. Oleh sebab itu, kental sekali densitas permainan yang harus menggunakan objek sebenarnya guna menyuntik pemahaman anak didik melalui lingkungan sekitar.

Kegiatan makan bersama pada Jumat (13/5). (Donny)

Sukaromah menjelaskan, “Andaikan anak didik sedang gemar bemain balok kayu, maka bukan tidak mungkin guru mengemasnya juga dengan bermain peran dengan menjadikan balok kayu sebagai mitra dalam permainan tersebut. Tentunya ada tema yang menjadi landasannya sehingga anak didik dapat mengejawantahkan dan memainkan peranannya dengan baik.”

Anak didik bermain balok warna. (Donny)

Diakhiri oleh Yayuk Sri Rahayu, bila menciptakan macam pembelajaran yang tidak hanya terpatok pada ruang kelas. Tentunya akan lebih mengeksplorasi kemampuan dasar berpikir anak didik sebagai titik tumpu dalam pengembangan motorik halus maupun kasar. Dikesempatan itu juga akhirnya melatih kepercayaan diri anak didik serta kepiawaiannya dalam berkomunikasi dengan mitra bicaranya yakni guru atau teman sebanyanya.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama