Kondisi sapi yang pucat pasi dan mulutnya berliur. (Donny)

JOMBANG – Usai dinyatakan bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada tahun 1986 oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, kini virus dengan nama lain Aphthae Epizootica (AE) ini kembali mewabah ke seluruh penjuru nusantara. Mengutip dari laman Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, munculnya virus PMK ini akibat adanya virus dari genus apthovirus dan famili picornaviridae yang berdampak pada luka di kuku dan sekitar mulut sapi. Secara nasional, jenis virus PMK yang menyebar akut saat ini ialah tipe O.

Di Telatah Kebo Kicak sendiri, penyebaran virus PMK ini cukup memukul para peternak sapi. Pada data Dinas Peternakan Kabupaten Jombang per (8/6), telah tercatat sebanyak 3.197 ekor sapi terpapar virus PMK. Rinciannya, 42 mati, 625 sembuh dan masih sakit sejumlah 2.530 ekor.

 Bercak putih di lidah sapi akibat virus PMK. (Donny)

Bagi Kepala Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Wartomo, S.Sos. virus PMK nyata menjadi momok bagi mayoritas warganya yang sumber mata pencahariannya dari hasil susu sapi perah. Akibatnya, terjadi penurunan pendapatan karena produksi susu segar berkurang cukup drastis.

Untuk penanganan jangka pendek, kita lakukan pemberian antibiotik, vitamin, serta penurun demam lewat penyuluh yang ada di tiap kecamatan. Pengobatan semacam ini mesti rutin diberikan selama tiga hari agar sapi kembali bugar.  

Wartomo menguraikan, “Sejak PMK mulai merebak di Desa Galengdowo, total daya serap susu perah berkurang sebanyak 2.000 liter per hari, karena kesehatan sapi juga menurun. Secara otomatis, ketika sapi sudah tidak sehat, dan tidak dapat menghasilkan susu seger seperti sediakala, maka pendapatan masyarakat turut terimbas.”

Luka pada kuku sapi yang disemprot obat anti nyamuk dan lalat. (Donny)

Sementara itu, diungkapkan oleh Kepala Seksi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan, Dinas Peternakan Kabupaten Jombang, drh. Azis Daryanto gejala yang timbul selain luka pada kuku dan sekitar mulut, ialah melemahnya antibodi pada sapi. Sehingga sapi lemas, tidak kuat berdiri, dan kehilangan nafsu makan.


“Untuk penanganan jangka pendek, kita lakukan pemberian antibiotik, vitamin, serta penurun demam lewat penyuluh yang ada di tiap kecamatan. Pengobatan semacam ini mesti rutin diberikan selama tiga hari agar sapi kembali bugar. Sementara idealnya, vaksinasi juga dilakukan. Namun ketersediaan vaksin masih kosong dan menunggu hasil produksi pemerintah pusat yang rencananya akan didistribusi mulai bulan Agustus mendatang,” ungkap Azis Daryanto.

Azis Daryanto. (Donny)
 
Sembari menunggu distribusi vaksin PMK, Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Dinas Peternakan akan mengeluarkan belanja tak terduga yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Ditambahkan oleh Azis Daryanto, melalui belanja tersebut akan dialokasikan untuk suplai kebutuhan obat-obatan.

“Selain itu kami juga menggandeng beberapa perusahaan ternak yang tersebar di Kabupaten Jombang untuk memberikan obat-obatan yang dibutuhkan. Selagi masa penyembuhan ini dilakukan, daging masih tetap aman dikonsumsi. Kecuali bagian kepala dan kaki karena terdapat luka. Kemudian untuk bagian hati dan sejenisnya, mesti dilihat terlebih dahulu kondisinya. Apabila terdapat ketidaknormalan, seperti warna, bau ataupun pembengkakan maka tidak laik di konsumsi,” tandas Azis Daryanto.

Reporter/Foto: Donny Darmawan
Lebih baru Lebih lama