Suasana Remo Boletan massal di halaman SDN Karangan II Bareng. (ist)

BARENG – Kesenian asli daerah tentu memiliki esensi luhur yang jika diajarkan ke peserta didik, dapat memberikan keluasan manfaat. Seperti, penanaman karakter, pengetahuan budaya dan tradisi daerah, serta memberikan keterampilan tambahan dari segi akademik maupun non-akademik.

Menimbang banyaknya keuntungan tersebut, SDN Karangan II Bareng dalam program teranyarnya mulai melatih seluruh peserta didik dari kelas I-VI dan seluruh jajaran dewan guru untuk terlibat dalam pembiasaan Remo Boletan yang dihelat sepekan sekali, saban hari Jumat. Adapun tujuannya, tak lain untuk menyarikan bibit-bibit berkompeten di bidang seni tari asli Telatah Kebo Kicak ini.

Remo Boletan memang lebih tegas rampak setiap aksennya, sehingga tempo yang dibutuhkan untuk mempelajarinya keseluruhannya tak sependek waktu sekali menarik napas.

Kepala SDN Karangan II Bareng, Supriadi, S.Pd.SD. membenarkan, “Selain itu, pembiasaan berlatih Remo Boletan ini merupakan langkah untuk membumikan seni asli daerah kepada peserta didik. Pembumian ini nantinya berkelanjutan dengan metode ujian praktik yang mewajibkan peserta didik ketika menginjak kelas VI, harus menguasai teknik dasar dan pengembangan Remo Boletan. Sehingga seluruh rangkaiannya juga menjadi bagian dari upaya pelestarian seni daerah sebagai aset bangsa.”

Baca Juga: Evaluasi Kontingen Kota Santri di Laga Porprov VII 2022 Membutuhkan Kebugaran Anggaran

Dipilihnya Remo Boletan sebagai salah satu bagian dari pembiasaan bukan tanpa alasan, imbuh Supriadi. Sebab dari tiap ritmik gerakannya, memiliki karakteristik yang hampir sama dengan senam irama. Maka dari itu, pembiasaan Remo Boletan secara berkala ini ikut memberikan kebugaran jasmani bagi peserta didik dan para guru.

Dyah Wahyuningsih saat melatih para guru mengenal gerakan Remo Boletan. (ist)

Pembina Tari SDN Karangan II Bareng, Dyah Wahyuningsih, S.Pd. menjelaskan, tahapan awal pengenalan Remo Boletan pada peserta didik dimulai pada tiga gerakan dasar. Yaitu, memadukan irama tangan, kaki, dan sampur (baca : selendang).

Ekspresi beberapa peserta didik saat mengikuti Remo Boletan. (ist)

“Ketika praktik bersama selama ± 30 menit, seluruh peserta didik saya berikan kode perpindahan gerakan lewat aba-aba sederhana. Sejurus dengan itu, seluruh tempo gerakan dasar diberikan tanpa musik pengiring supaya memudahkan pemahaman peserta didik. Secara rinci, Remo Boletan memang lebih tegas rampak setiap aksennya, sehingga tempo yang dibutuhkan untuk mempelajarinya keseluruhannya tak sependek waktu sekali menarik napas. Untuk itulah, jangka panjang dari proses pembiasaan ini akan turut serta menambah kecakapan bidang seni bagi peserta didik,” pungkas Dyah Wahyuningsih.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama