Diskusi strategi pendidikan seksualitas lintas OPD Kabupaten Jombang. (ist)

JOMBANG – Setiap individu membutuhkan pengetahuan untuk menjalankan kehidupan yang baik seraya taat pada norma dan aturan yang berlaku. Terlebih periode remaja untuk anak laki-laki dan perempuan haruslah mendapat pengawasan dan bimbingan dalam memilih dan memilah informasi. Tak terkecuali pendidikan seksualitas, apabila tak diberikan dengan tepat maka bisa jadi berdampak pada perilaku negatif di kemudian hari.

Pendidikan seksualitas harus dimaknai secara parsial. Namun harus disesuikan dengan jenjang usia dan pendidikannya.  

Menurut United Nations Educational, Scientific, and Curtural Organization (UNESCO) pendidikan seksualitas komprehensif adalah proses pengajaran dan pembelajaran berbasis kurikulum tentang aspek kognitif, emosional, fisik dan sosial dari seksualitas. Tujuannya untuk membekali anak-anak dan remaja dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang akan memberdayakan untuk mewujudkan kesehatan, kesejahteraan dan martabat; mengembangkan hubungan sosial dan seksual yang saling menghormati.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Senen, S.Sos., M.Si. menyampaikan bahwa usia remaja pada jenjang SD dan SMP identik dengan masa peralihan dengan kecenderungan mencari identitas diri dan unjuk diri. Untuk itu wali peserta didik maupun pihak satuan pendidikan harus memiliki strategi untuk membahas pendidikan seksualitas.


“Tahun pelajaran baru menjadi momentum baik untuk mulai membuat program pendidikan seksualitas yang tentunya selaras dengan Implementasi Kurikulum Merdeka. Pendidikan seksualitas hendaknya tak dimaknai secara sempit saja atau sebatas fisik tentang fungsi tubuh manusia antara laki-laki dan perempuan. Melainkan secara luas yang berkaitan dengan kepribadian, psikis, sosial, rohani dan menaati norma yang berlaku,” ujar Senen.

Pernyataan tersebut dikuatkan oleh, Sekretaris Disdikbud Kabupaten Jombang, Bambang Rudy Tjahjo Surjono, M.Pd. bahwa pendidikan seksualitas harus dimaknai secara parsial. Namun harus disesuikan dengan jenjang usia dan pendidikannya. Langkah konkretnya adalah menyesapkan pendidikan tersebut ke seluruh mata pelajaran yang ada.

Diskusi pendidikan seksualitas di jenjang SMP. (rabitha)

Semisal pendidikan seksualitas secara fisik pada mata pelajaran biologi dan aspek norma kepantasan dan perilaku pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan penguatan rohaninya melalui Pendidikan Agama Islam. Namun untuk jenjang TK dan SD dapat memberikan pemahaman tentang bagian tubuh mana yang boleh disentuh dan tidak.

Rudy Tjahjo Surjono mengatakan, “Sementara menurut Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMP Negeri Se Kabupaten Jombang, Rudi Priyo Utomo, M.Pd. bahwa pendidikan seksualitas memang dirasa sangat dibutuhkan di semua jenjang pendidikan khususnya SMP. Selama ini yang memiliki peran lebih besar untuk menyampaikannya hanyalah guru Bimbingan Konseling, padahal yang lebih intensif mendampingi peserta didik belajar adalah guru mata pelajaran.”

Untuk itu, Rudi Priyo Utomo berpesan bahwa idealnya semua harus berkerjasama mengawasi, melaporkan dan mencari solusi secara bersama apabila ditemukan permasalahan seperti menonton gambar atau tayangan negatif. Tak lupa membangun kepercayaan antara guru dan peserta didik, seraya memberikan pesan kepada wali peserta didik agar tetap mengontrol buah hatinya ketika di luar satuan pendidikan.

Reporter/Foto: Rabitha Maha

Lebih baru Lebih lama