Bangunan gedung TK dan KB Islam Al Khalifa Mojowarno tampak depan. (Rabitha)

Berdasarkan kisah yang dituturkan sesepuh, bangunan ini dahulu selain menjadi rumah pribadi pada bangunan utama, juga digunakan sebagai markas tentara veteran. Markas tersebut berada di belakang bangunan utama yang terdiri dari bilik-bilik penginapan yang biasa disebut paviliun.

MOJOWARNO – Era kekuasaan Belanda di masa lampau telah mewariskan banyak sekali bangunan dengan arsitektur yang khas. Hingga kini wujudnya dapat terlihat dari bangunan pemerintahan, benteng, tempat ibadah, lembaga pendidikan, dan rumah pribadi yang masih bisa dijumpai dihampir seluruh penjuru nusantara.

Tak terkecuali di Telatah Kebo Kicak. Salah satunya yang masih berdiri kokoh yaitu bangunan yang saat ini difungsikan sebangai TK dan KB Islam Al Khalifa, terletak di Jalan Raya Selorejo Rt/Rw 01/03, Dusun Ngepung, Desa Selorejo, Kecamatan Mojowarno.

Dra. Sriana saat menunjukkan setiap sudut bangunan. (Rabitha)

Sekilas penampakannya berbeda dengan kebanyakan rumah masa lampau peninggalan Belanda pada umumnya. Sebab, cat dengan warna cerah dan beragam cukup mendominasi sejauh mata memandang, seperti warna merah muda, biru, hijau dan yang lainnya. Namun ketika diperhatikan dengan seksama, tak ada yang berubah dari fisik bangunan yang mencerminkan kejayaan di masa lampau tersebut.

Salah satu anggota keluarga pemilik rumah yang juga sebagai Kepala TK dan KB Islam Al Khalifa, Dra. Sriana mengisahkan bahwa bangunan tersebut sudah ada sejak tahun 1911. Dibangun oleh sang pemilik yaitu kakek mertuanya bernama Isqak yang dahulu dikenal sebagai tentara veteran, lalu diwariskan kepada Haji Abdullah.


“Berdasarkan kisah yang dituturkan sesepuh, bangunan ini dahulu selain menjadi rumah pribadi pada bangunan utama, juga digunakan sebagai markas tentara veteran. Markas tersebut berada di belakang bangunan utama yang terdiri dari bilik-bilik penginapan yang biasa disebut paviliun,” ujar Sriana ketika dijumpai diruang kerjanya.

Wujud jendela dan pintu samping bangunan. (Rabitha)
 
Pada bangunan utama bagian serambi depan terlihat kokoh dengan enam pilar penyangga atap berbentuk perisai. Terdapat tiga pintu yang juga menjulang tinggi lengkap dengan sirkulasi udara diatasnya. Sehingga cukup jelas bahwa bangunan dengan lebar 9 meter dan panjang 24 meter ini menganut langgam Indische Empire Style.

Perlu diketahui bahwa langgam Indische Empire Style mengacu pada bangunan gaya Eropa selama abad 19, namun telah bercampur dengan beragam indentitas yang saat itu hidup berdampingan di Batavia sehingga disebut Hindis. Empire Style (Gaya Imperium) merujuk pada pilar di bagian muka, sebagaimana dijelaskan pada laman historia.id tersebut.

Dinding bangunan dengan tebal sekitar 25 sentimeter. (Rabitha)
 
Sriana mengakui bahwa tak pernah merombak desain asli bangunan utama. Hanya saja beberapa perawatan dan pembaruan dilakukan sebatas untuk memberikan kenyamanan proses belajar mengajar. Mulai dari pengecatan yang dulu hanya didominasi warna putih dan abu-abu kini menjadi warna-warni, penggantian lantai dari bata merah menjadi tegel, plavon dari bambu diganti dengan gypsum. Selanjutnya penambahan pernik pengaman seperti teralis jendela dan kunci pintu.

Reporter/Foto: Rabitha Maha
Lebih baru Lebih lama