Cover buku berjudul Sajak Sehat. (ist)


Judul Buku : Sajak Sehat
Penulis : Stella Rosita Anggraini
Pewajah Sampul : Muhamad Toh
Penerbit : Muhi Press
Tahun Terbit : 2021
ISBN : 978-602-7945-36-4
Halaman : xvi + 58

Sajak Sehat

Mendung menghalau bulan

sinarnya musnah dalam lamunan

perjuangan berselimut pancaroba

tak butuh sertifikat

hidup bukan memenjara pikiran

lalu pasrah berulang dalam kesialan.

Stella Rosita Anggraini

JOMBANG – Salah satu puisi berjudul “Sajak Sehat” diatas tergambar bahwa sang penyair Stella Rosita Anggraini memiliki semangat berkobar demi menyuarakan perjuangan kesetaraan bagi para difabel sejawatnya. Namun dengan cara yang anggun, indah mendayu melalui bait demi bait puisi.

Sekilas pandang sampul buku terbilang sederhana, tak ada warna yang seakan mencolok mata, tak banyak kata, hanya saja ketika lebih diperhatikan terdapat amanat yang dalam. Sosok perempuan yang sedang duduk tersebut seakan berupaya bebas dari belenggu kesedihan dan kesialan, membuka hati dan menumbuhkan harapan baru di masa mendatang.

Pemilihan kata atau diksi bervariasi dari Denotatif yang sesuai dengan penglihatan, pendengaran dan perasaan. Selain itu juga Konotatif, seperti sebutan “abdi nurani” yang berarti orang yang bertindak berdasarkan hati nuraninya.

Lima puluh empat puisi tersaji. Banyak ragam luapan emosi bergelora, menjadikan pembaca kian penasaran untuk memahami apa sebenarnya isi hati si penyair ini. Perasaan sedih, duka, pasrah, lalu bangkit dibanjiri harapan-harapan nyata yang perlahan mulai terwujud.

Semangat berkobar menyuarakan kesetaraan itu ternyata menular. Setelah membaca lembar demi lembar, pembaca seakan tersulut api perjuangan melawan Ableisme yang berarti cara pendang ‘orang-orang mampu’ bertubuh lengkap, normal, sehat yang menganggap orang disabilitas sebagai orang yang tidak lengkap, tidak normal, dan sakit.

Baca Juga: Pengawas TK Kabupaten Jombang Harus Siap Menghadapi Rotasi dan Mutasi

Seperti ungkapan pada kata pengantar tulisan Ishak Salim, bahwa Ableisme menciptakan beragam peristilahan seperti pencacatan, praktik perlakukan, baik berbasis masyarakat maupun program pemerintah yang mendiskreditkan difabel. Stella Rosita Anggraini merupakan salah satu difabel yang menyadarinya. Satu persatu dan kelompok perkelompok kekuatan difabel mulai terbangun dan perlawanan atas hegemoni Ableisme mulai terjadi.

Pemilihan kata atau diksi bervariasi dari Denotatif yang sesuai dengan penglihatan, pendengaran dan perasaan. Selain itu juga Konotatif, seperti sebutan “abdi nurani” yang berarti orang yang bertindak berdasarkan hati nuraninya. Terkait nada, penyair menggunakan nada-nada yang lugas disertai penekanan-penekanan di beberapa kata yang ditunjukkan untuk memperjelas maksud dari puisi.

Sungguh jadi pengalaman yang berkesan membaca buku kedua karya Stella Rosita Anggraini ini. Meski masih ditemukan beberapa kesalahan ketik di beberapa bait puisi, seperti pada halaman 54 dan 58. Kendati demikian banyak kosakata baru dan sudut pandang lain yang dapat dipetik sebagai bekal hidup manusia yang menjunjung tinggi nilai kesetaraan.

Peresensi: Rabithah Maha Sukma

Lebih baru Lebih lama