Salah satu peserta didik sedang menyelesaikan pewarnaan cat air pada teks Kaligrafi. (Donny)


JOMBANG – Jelang satu hari usai sukses menjadi salah satu motor penggerak pemecahan Rekor Muri Tari Remo Boletan Masal, gairah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang dalam menampung bakat minat baik di bidang akademik maupun non-akademik peserta didik masih terus menggelora. Salah satunya dilakukan lewat Lomba Keagamaan SD yang dilaksanakan pada Rabu (12/10).

Sewaktu berproses di fase seleksi/penyisihan bahkan jauh sebelumnya yang perlu dipahami dan dipelajari oleh guru dan peserta didik ialah, mulai membiasakan berlatih Seni Kaligrafi tidak hanya teknik mewarnai dan menulis secara apik.

Bertempat di lingkungan Disdikbud Kabupaten Jombang serta Aula Wilayah Kerja Pendidikan Kabupaten Jombang, Lomba Keagamaan SD yang melombakan tujuh bidang keagamaan kali ini berbeda dari perhelatan sejenis di tahun-tahun sebelumnya. Kepala Seksi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter SD, Bidang Pembinaan SD, Disdikbud Kabupaten Jombang, Diah Tri Hekmawati, SE., M.E. menjelaskan bahwa, perbedaan tersebut terletak pada ditambahnya satu perlombaan, yakni Seni Kaligrafi.

“Penambahan cabang lomba Seni Kaligrafi ini memang khusus kami tujukan untuk mewadahi seluruh potensi peserta didik di seluruh bidang keagamaan. Selain itu, maksud selanjutnya ialah agar seni keagamaan tidak terkungkung pada pembacaan kitab, al-banjari, dan baca Alquran, melainkan lebih luas lagi yakni di spektrum seni rupa dan sastra. Sebab Seni Kaligrafi sendiri mencakup dua aspek kesenian tersebut,” ujar Diah Tri Hekmawati.

Baca Juga: SMP Negeri 1 Megaluh Gelar Peringatan Maulid Nabi dan Peresmian Musala

Seturut petunjuk teknis Lomba Keagamaan SD Tahun 2022 yang dikeluarkan oleh Bidang Pembinaan SD, Disdikbud Kabupaten Jombang, mekanisme penentuan juara lomba Seni Kaligrafi akan dirinci melalui empat indikator penilaian. Diantaranya kaidah khat, kreativitas, pengkomposisian warna, dan kerapian tulisan.

“Berdasarkan empat kriteria tersebut, peserta didik dengan akumulasi nilai tertinggi yang mendapat nilai 100 akan dinyatakan sebagai juara tingkat kabupaten. Lalu untuk kedepannya, akan mendapat binaan berkala baik dari pembina maupun guru pendamping,” imbuh Diah Tri Hekmawati.

Penghiasan ayat dengan crayon warna. (Donny)

Ditemui disela memantau pengerjaan peserta lomba Seni Kaligrafi, salah satu dewan juri Seni Kaligrafi, Muhammad Choirul Anas, M.Pd. menyatakan cukup mengapresiasi langkah Disdikbud Kabupaten Jombang dalam memperluas jangkauan peminatan seni dan agama peserta didik, khususnya di Seni Kaligrafi. Sebab, dengan dilombakannya Seni Kaligrafi di jenjang pendidikan yang notabene hidup diluar lingkungan pesantren, tentunya akan membuat raihan prestasi beragam dan tidak tersentral di satu lingkup semata.

Muhammad Choirul Anas mengungkapkan, “Oleh karenanya, sewaktu berproses di fase seleksi/penyisihan bahkan jauh sebelumnya yang perlu dipahami dan dipelajari oleh guru dan peserta didik ialah, mulai membiasakan berlatih Seni Kaligrafi tidak hanya teknik mewarnai dan menulis secara apik. Akan tetapi juga mencakup teknik penghiasan gambar yang mesti disesuaikan dengan kandungan makna pada ayat tersebut. Jika ini mulai dibiasakan dan dilatih sejak awal, maka untuk menghadapi babak final selama empat jam dengan lima pilihan ayat dan media pewarnaan yang bebas, tidaklah sukar ditaklukkan.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama