Foto: Dok.MSP |
Rahmat Sularso Nh.*
Seperti diketahui bersama dibelahan dunia mana pun, pergerakan dunia pendidikan selalu mengalami pembaruan. Bukan hanya menyesuaikan dengan zamannya, melainkan menjawab akan kebutuhan masanya yang akan datang.
Jadi tak perlu heran atau lelah melihat banyaknya program pendidikan yang digulirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI dari hulu hingga hilir harus dijalankan oleh segenap insan pelaku pendidikan baik di tingkat nasional maupun daerah. Tak terlepas di daerah yang termasuk terdepan, terluar, dan terdalam di negeri ini pun wajib menjalankannya dengan baik.
Apalagi ketika Covid-19 menyambangi bangsa Indonesia selama dua tahun yang lalu, banyak pelaku baik sebagi subjek atau objek bergelimpangan. Lantaran perubahan yang sangat cepat bahkan tak memberikan sedikit pun kesempatan guna mempersiapkan. Serentak harus langsung menjalankannya dengan menyesuaikan diri sebaik mungkin.
Kepercayaan diri itu akan menjebatani proses yang akan dilalui dalam visitasi. Terlebih sewaktu proses wawancara ataupun tanya jawab yang biasanya dilakukan secara acak.
Dari tatap muka menjadi daring. Sekilas tampak adanya kemajuan, tetapi perlu diingat walaupun begitu mengubah seluruh lelaku dalam jalannya pendidikan yang ada karena tak ada sentuhan langsung yang mendermakan kehangatan sebuah pembelajaran laiknya orang tua kepada buah hatinya di rumah.
Mengakibatkan kontroling atau pengawasan menjadi kurang, demikian pun semangat peserta didik akan berubah. Belum lagi soal penerimaan pemahaman materi hingga penilaiannya. Akhirnya dengan keluwesan dan kemurahan hati masih memberikan penilaian yang masih nyaman terlihat oleh pancaindera meskipun sebagian sebenarnya tidaklah begitu.
Perubahan itu makin tampak ketika satuan pendidikan tiba pada waktunya melakukan penilaian akreditasi. Hal itu dikarenakan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah dapat melihat secara gamblang kondisi di satuan pendidikan dari hasil Asesment Nasional yang dijalaninya, Data Pokok Pendidik (Dapodik), hingga Sistem Penilaian Akreditasi Sekolah/Madrasah atau Sispena.
Baca Juga: Radiator Nusantara Napas Panjang Usaha Warisan Keluarga
Oleh karena itu, civitas akademik harus menyadari bahwa menjaga performa dalam menjalakan proses pembelajaran di satuan pendidikan. Biarpun terapat perubahan baik dalam skema perjalanannya hingga menyentuh pada segala instrumen yang ada harus disambut dengan gembira. Artinya, bukan semata membesarkan keluhan lantas tak ada perubahan. Justru harus beranjak dan bergerak sesegera mungkin untuk berubah lebih baik lagi.
Didukung dengan penyediaan sarana prasarana yang makin memadai. Baik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI maupun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di daerah tak menutup mata dan membiarkan satuan pendidikan maupun civitas akademiknya berjalan sendiri.
Melainkan beragam bantuan seperti kelengkapan sarana dan prasarana yang dapat memberikan kontribusi dalam hasil pembelajaran selalu diupayakan terpenuhi. Lengkap dengan sejumlah pelatihan maupun workshop yang sering kali kita jumpai di Jombang hampir tiap harinya.
Hadapi Perubahan dengan Penuh Kepercayaan Diri
Ada yang baru dalam akreditasi yang sedianya akan dilangsungkan pada 2023 yakni tak hanya mengacu pada data pendidik/guru selama proses pembelajaran. Melainkan harus ada bukti berupa dokumentasi yang menggambarkan dengan jelas proses pembelajaran melalui foto dan video.
Hal yang sama pun juga akan dirasakan kepala satuan pendidikan, tenaga kependidikan, bahkan bisa jadi wali hingga peserta didik pun sama. Dengan kata lain, bukti yang makin melengkapi tersebut haruslah mampu mewakili setiap tanggung jawab yang dijalankan di masing-masing komponennya.
Walaupun sekarang masih belum ada, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang saya yakini telah melakukan persiapan sebelumnya. Baik memberikan sosialisasi hingga pendampingan yang disertai dengan tahapan konsultasi bila terjadi kesulitan. Sekarang ini tinggal memupuk kepercayan diri saja.
Kepercayaan diri akan menjadi senjata ampuh karena dengan begitu maka keyakinan yang ada sangatlah kuat. Biar pun sebelumnya belum pernah melakukan visitasi, namun satuan pendidikan yang ada pimpin atau tempat anda mengampu ditunjuk. Maka kepercayaan diri itu akan menjebatani proses yang akan dilalui dalam visitasi. Terlebih sewaktu proses wawancara ataupun tanya jawab yang biasanya dilakukan secara acak. Bisa kepala satuan pendidikan terlebih dahulu atau sebaliknya malah peserta didik yang selama ini menjadi objek penerima pembelajaran.
*) Pemimpin Redaksi Majalah Suara Pendidikan.