Proses pengerjaan fondasi bendungan. (Donny)


BARENG – Menjadi salah satu wilayah dengan potensi banjir dan tanah longsor yang tinggi membuat infstruktur publik di Kecamatan Bareng mesti mendapat perhatian secara intensif. Apabila tidak demikian, maka ibarat bom waktu, sarana prasarana yang sudah berpuluh tahun dibangun untuk menyokong aktivitas masyarakat, khususnya di bidang perekonomian akan teronggok lapuk dan akhirnya menyisakan kerusakan berat.

Berkaca pada kondisi tersebut, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Jombang, per bulan Agustus lalu mulai merehabilitasi total Bendungan Bareng, di Desa Bareng, Kecamatan Bareng yang sebelumnya rusak dan tidak berguna secara optimal akibat terjangan banjir bandang tahun lalu. Dalam prosesnya, Dinas PUPR Kabupaten Jombang tak sendiri. Menggandeng CV. Wishitama sebagai pelaksana tender, pengerjaan yang menelan biaya ± 4 Milyar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Jombang 2022 ini mesti rampung pada bulan Nopember tahun ini.



Dibenarkan oleh Sub Koordinator Perencanaan dan Pengendalian Sumber Daya Air, Dinas PUPR Kabupaten Jombang, Jumain, S.T. bahwa, tempo pengerjaan selama lebih kurang 135 hari ini mencakup pembangunan seluruh area bendungan/pintu air seluas 20 meter yang berdiri melintang di aliran Sungai Pakel. Nantinya sesuai dibangun Bendungan Bareng ini membawa manfaat bagi masyarakat, utamanya kelancaran sistem irigasi yang akan kembali dapat mengaliri 816 hektar sawah di Desa Bareng, Banjaragung, dan sebagian wilayah persawahan Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno.


Selain tadah hujan, mata air untuk aktivitas persawahan juga ditimba oleh masyarakat dengan metode pompa air bertenaga diesel.

“Jumlah hektar sawah yang teraliri tersebut tidak bertambah ketika Bendungan Bareng sudah difungsikan. Sebab, sifat dari pembangunan ini memang memperbaiki sistem Bendungan Bareng yang rusak akibat usia. Karenanya, proyek ini juga dinamakan dengan Pengelolaan Sumber Daya Air yang mana inti dari pelaksanaannya memulihkan tata kelola pengairan,” terang Jumain.

Baca Juga: Busana Adat Jombang Deles Ajining Raga Gumantung Busana

Menambahkan keterangan Jumain, Sub Koordinator Pembangunan dan Rehabilitasi Sumber Daya Air, Dinas PUPR Kabupaten Jombang, Fauziyah Laili, S.T. mengatakan, bahwa Bendungan Bareng sebelumnya sudah pernah terehabilitasi pada awal kerusakannya di tahun 2019. Bentuk pengananannya kala itu dilakukan dengan pemasangan bronjong (penahan longsor berbahan beton) di tubuh sisi kanan bagian Bendungannya.

Jumain saat ditemui di loby Dinas PUPR Jombang. (Donny)

“Sejak dibangun pada tahun 1951, Bendungan Bareng memang mengalami kerusakan awal yang cukup parah di tahun 2019. Ketika itu memang belum dilakukan rehabilitasi menyeluruh dan hanya dilakukan penanganan darurat,” imbuh Fauziyah Laili.

Kenampakan alat belat di titik bawah pengerjaan fondasi. (Donny)

Disinggung mengenai sistem pengairan yang digunakan petani di tiga desa tersebut ketika Bendungan Bareng tidak mengalirkan air, Jumain memaparkan, mayoritas para petani menggunakan sistem pertanian tadah hujan. Artinya sumber mata air yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman palawija hanya mengandalkan tadahan air hujan.

Beberapa pekerja yang mengerjakan pendasaran fondasi bendungan. (Donny)

Lebih lanjut, Jumain mengatakan, “Selain tadah hujan, mata air untuk aktivitas persawahan juga ditimba oleh masyarakat dengan metode pompa air bertenaga diesel. Senyampang dengan kondisi semacam ini, agar kekuatan Bendungan Bareng terjaga memang lebar bendungannya kita perluas sampai 20 meter. Tujuannya agar derasnya aliran sungai tetap tertampung seluruhnya dan tidak terulang lagi kerusakan bendungan yang merugikan masyarakat.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama