Kegiatan karnaval Desa Blimbing, Kecamatan Gudo. (ist)


GUDO – Berbicara perihal sejarah asal mula wilayah Kecamatan Gudo pastilah sejenak pikiran kita tertuju pada masa kejayaan Parik Gula Gudo sebagai sumber kemakmuran masyarakat saat itu. Tak terkecuali Desa Blimbing yang juga menjadi salah satu bagiannya. Pabrik Gula Gudo merupakan cabang dari pabrik gula Merican Kediri. Sayangnya salah satu pabrik yang menjadi kebanggaan warga Kota Santri tersebut harus tutup pada tahun 1930.

Hingga kini makam Mbah Poleng yang berada di Dusun Blimbing, Desa Blimbing tersebut masih di kerap dikunjungi warga untuk berziarah.

Sekretaris Desa Blimbing, Kecamatan Gudo, M. Isroi. menyampaikan bahwa belum ada kajian ilmiah yang secara pasti mengulik perihal asal muasal Desa Blimbing. Kendati demikian beberapa tutur dari sesepuh telah berkembang di masyarakat. Selain moncer lantaran menjadi bagian dari industri Pabrik Gula Gudo, Desa Blimbing dahulu juga terkenal dengan pertanian dan perdagangan yang maju. Hal ini tak lepas dari adanya warga Tionghoa yang cukup lihai dalam berdagang, sehingga dapat menghidupkan pasar-pasar yang ada kala itu.

Baca Juga: Mengenal dan Menjaga Kesehatan Ginjal Sejak Dini

M. Isroi mengatakan, “Kedatangan bangsa Tionghoa hingga Belanda cukup memberikan dampak besar bagi peradaban Kecamatan Gudo khususnya Desa Blimbing. Salah satu dampaknya adalah terjadi akulturasi budaya seperti kesenian Barongsai, Liong dan wayang kulit dan Potehi, religi hingga kebiasaan masyarakat yang tumbuh subur seraya terjalin harmonis dari masa ke masa.”



Dilain sisi terdapat kisah lainnya yang juga turut berkembang di masyarakat, sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Desa Blimbing, Kecamatan Gudo, Taufik Kamal bahwa untuk penamaan Desa Blimbing sendiri belum diketahui secara pasti, namun banyak yang mengintepretasikan pada keberadaan kebun buah Belimbing yang dahulu banyak ditemui di wilayah ini. Berdirinya desa yang dipimpinnya saat ini tak lepas dari kisah perjuangan Mbah Poleng, salah satu pembabah alas Desa Blimbing, Kecamatan Gudo.

Taufik Kamal. (Rabitha)

Taufik Kamal mengutarakan bahwa, “Mbah Poleng memiliki julukan lainnya yaitu Tan Po Li Yang dan Guling Siswanto yang merupakan utusan dari Kerajaan Majapahit. Sebagai tokoh masyarakat Mbah Poleng memiliki misi untuk persatuan dan perdamaian. Saat itu terkenal dengan kepiawaiannya mengajarkan kebaikan hingga dikenal dengan sebutan guru, selain itu juga mengajarkan tenggang rasa dan saling menghargai tak memandang suku, agama dan derajat para muridnya.”

Acara Sedekah Desa Blimbing, Kecamatan Gudo yang diperingati setiap tahunnya. (ist)

Hingga kini makam Mbah Poleng yang berada di Dusun Blimbing, Desa Blimbing tersebut masih di kerap dikunjungi warga untuk berziarah, ujar pria yang menggandrungi kesenian Barongsai itu. Terdapat peringatan kenduri desa yang digelar saban tahunnya tepatnya pada penanggalan Jumat Pon. Tak jarang saat kenduri desa tersebut juga menyajikan kesenian Jaranan Dor.

Reporter/Foto: Rabitha Maha/Istimewa

Lebih baru Lebih lama