Beberapa produksi Shibori Art yang siap pakai. (Donny)


WONOSALAM – Laju kencang arus perubahan dunia pendidikan saat ini, sedianya harus disikapi dengan bijak oleh satuan pendidikan, dengan melakukan pelbagai aksi nyata yang mampu menghasilkan karya terbarukan. Melalui karya inilah, maka satuan pendidikan dapat menjadikannya sebagai entitas anyar sekaligus meningkatkan daya eksistensinya di tengah masyarakat.

Seperti halnya yang telah dilakukan SMP Negeri 1 Wonosalam. Upaya merespon iklim pendidikan yang tengah bergelora melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), secara kompak baik guru maupun peserta didiknya berkolaborasi dalam menelorkan karya Shibori Art.

Dasar pemilihan pengembangan seni kriya ini dilandasi oleh pembaruan program yang akan membekali keterampilan peserta didik. Terutama di bidang kewirausahaan.

Guru Prakarya sekaligus Koordinator Projek Shibori Art, SMP Negeri 1 Wonosalam, Dra. Sri Hartati. menjelaskan, konsep Shibori Art sendiri berbeda dengan kain batik pada umumnya. Perbedaan ini mengacu pada teknik pembuatan kain Shibori Art yang lebih fleksibel. Selain itu sisi keunikan serta kekhasan Shibori Art ini juga tak terdapat konsep desain khusus, sehingga ketika proses produksi berjalan, antar guru maupun peserta didik menghasilkan motif kain yang berbeda-beda.

Baca Juga: Melunasi Utang PPDB Zonasi

“Pada intinya lewat Shibori Art yang beririsan dengan motif pengembangan batik dengan menonjolkan teknik pewarnaan ini, dapat mendorong kreativitas peserta didik seraya meluaskan imajinasi atas rasa, karsa, dan cipta yang dimilikinya. Baik lewat motif jelujur, semprot dan sejenisnya,” ujar Sri Hartati.

Pada prosesnya, produksi Shibori Art turut menggandeng beberapa pengusaha Batik Sentra Alam yang di Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mendapat pengetahuan mengenai jenis batik serta teknik pembuatannya secara langsung dari para pengerajinnya, imbuh Sri Hartati.

Salah satu rupa kain Shibori Art yang dipentaskan oleh peserta didik sewaktu Fashion Show. (Donny)

Lebih lanjut, Sri Hartati menambahkan, “Terlebih pada projek Shibori Art ini sengaja kami khususkan pada peserta didik kelas VII, walhasil setelah memperoleh ilmu ihwal pelbagai macam pembuatan batik dan pengembangannya, maka saat kembali ke satuan pendikan guru sebagai fasilitator bertugas untuk menebalkan pemahaman akan seni kriya ke dalam muatan tiga dimensi projek. Diantaranya, bernalar kritis dengan melakukan pembacaan dan pencarian literatur yang didiskusikan, lalu kreatif berupa aksi nyata dalam pembuatan Shibori Art sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan terakhir ialah mandiri. Dimana dimensi mandiri ini meliputi seluruh proses yang dilakukan guru dan peserta didik dalam menghasilkan projek Shibori Art.

Dokumentasi proses pembuatan kain Shibori Art. (Donny)

Melanjutkan pemaparan Sri Hartati, Ketua Projek Shibori Art SMP Negeri 1 Wonosalam, Ida Nur Istiyah, S.Pd. mengungkapkan, dasar pemilihan pengembangan seni kriya ini dilandasi oleh pembaruan program yang akan membekali keterampilan peserta didik. Terutama di bidang kewirausahaan.

“Diharapkan dengan pembekalan ini, kedepannya peserta didik mampu mengembangkannya menjadi entitas baru khazanah di Wonosalam yang sudah masyhur sebagai destinasi wisata di Kabupaten Jombang. Sebab itu pula, dalam prosesnya Shibori Art ini sedikit banyak telah menyentuh kelokalan Wonosalam di beberapa motifnya,” tandas Ida Nur Istiyah.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama