Peserta yang sangat antusias ketika belajar membaca aksara pada prasasti. (Rabitha)


Kunci belajar sejarah adalah jangan mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dan jangan meniadakan sesuatu yang sebenarnya ada - Ahli Arkeologi Indonesia, Komda Jawa Timur, Drs. Ismail Lutfi, M.A.


JOMBANG – Langkah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang untuk melestarikan sejumlah temuan cagar budaya ternyata bukan isapan jempol belaka. Pelbagai carapun dilakukan, salah satunya dengan menggelar Workshop Cagar Budaya pada Senin s.d Sabtu (28/11 s.d 3/12) bertempat di Aula III Disdikbud Kabupaten Jombang saat pembekalan materi, kemudian berlanjut pada hari berikutnya dengan mengunjungi lima tempat. Diantaranya adalah Museum Trowulan, Candi Rimbi, situs Pandegong, situs Pundong serta galeri Mpu Sindok.

Pengetahuan sejarah dapat berubah dan diluruskan seiring kesinambungan bukti fakta baru yang berhasil ditemukan atau temuan terbaru perihal cagar budaya yang asli dan terbukti palsu.

Kepala Bidang Kebudayaan, Disdikbud Kabupaten Jombang, Dian Yunitasari, M.Pd. menyampaikan bahwa workshop kali ini menyasar guru IPS untuk jenjang SMP serta guru sejarah untuk jenjang SMA. Jumlah keseluruhan peserta adalah 105 sehingga terbagi menjadi tiga gelombang.

Baca Juga: SDN Sambirejo III Wonosalam Kolaborasikan Kesenian Daerah dan Keagamaan

Ahli Arkeologi Indonesia, Komda Jawa Timur, Drs. Ismail Lutfi, M.A. yang didapuk sebagai narasumber mengungkapkan bahwa pengetahuan sejarah dapat berubah dan diluruskan seiring kesinambungan bukti fakta baru yang berhasil ditemukan atau temuan terbaru perihal cagar budaya yang asli dan terbukti palsu. Sehingga para guru harus terus memperdalam dan memperbarui pengetahuannya dengan catatan harus merujuk pada sumber terpercaya, seperti rilis hasil penelitian  Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).



“Pilihan materi yang disampaikan pada workshop ini sangat menarik. Para peserta tak hanya berkutat pada buku atau berselancar di dunia maya saja melainkan langsung dapat praktik membaca dan mendeskripsikan sebuah benda atau situs cagar budaya. Praktik kali ini berjalan sangat interaktif sehingga diharapkan nantinya mampu menjelaskan pula kepada peserta didik di kelas maupun menjadi pemandu di lokasi situs. Apabila terdapat hal yang masih perlu diperjelas maka para peserta dapat memanfaatkan forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk menggelar diskusi lanjutan,” ungkap pria yang juga menjabat Lektor Kepala Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang itu.

Ismail Lutfi saat memberikan penjelasan perihal bukti prasasti asal Kabupaten Jombang. (Rabitha)

Ketua Forum MGMP IPS Kabupaten Jombang yang juga sebagai peserta workshop, Achmad Suyoto, S.Pd. sangat mengapresiasi agenda workshop kali ini. Sebab untuk jenjang SMP, tak semua guru memahami sejarah secara utuh menyeluruh lantaran harus dibagi dengan cabang ilmu lainnya yaitu sosiologi, ekonomi, dan geografi. Terlebih perihal penjelasan beberapa kerajaan yang dulunya pernah berdiri atau berjaya di wilayah Jombang yang dibuktikan dengan penemuan benda dan situs cagar budaya semakin membuat takjub, bangga serta menggugah rasa ingin tahu yang lebih mendalam lagi.

Penjelasan perihal makna relief yang ada di Candi Rimbi. (Rabitha)

Achmad Suyoto memungkasi, “Kedepannya akan membagikan secercah cerita yang didapat dan bahan materi berupa foto dan video yang telah terdokumentasikan ini kepada peserta didik. Tak menutup kemungkinan juga membandingkan dengan materi yang ada di buku. Selanjutnya merencanakan kunjungan ke situs terdekat dari satuan pendidikan, museum atau galeri yang menyimpan bukti sejarah Kabupaten Jombang.”

Reporter/Foto: Rabitha Maha

Lebih baru Lebih lama