Ragam olahan singkong yang dipamerkan dalam gelar karya bersama wali peserta didik. (ist)

GUDO – Menguliti isi dunia pendidikan saat ini, seyogianya tak cukup hanya berkutat pada isi kurikulum hingga pelbagai bentuk metode implementasinya. Namun juga harus diperluas ihwal tata cara hidup sehat bagi civitas akademika. Tak terkecuali memfilter konsumsi kudapan peserta didik. Meski sepintas hal tersebut bukan persoalan yang mendesak, namun jika belajar dari pelbagai studi kasus ihwal efek mengkonsumsi kudapan secara serampangan di lingkungan satuan pendidikan, sudah banyak muncul dampak negatifnya. Terutama gangguan hingga kerusakan organ kesehatan bagi peserta didik.

Tak ingin terjerembap pada kasus yang sama, SDN Sukoiber I Gudo beranjak merintis Kantin Sehat. Menariknya, pada proses perintisan yang telah berjalan civitas akademika dan wali peserta didik ikut terlibat di dalamnya. Keikutsertaan ini diwujudkan dalam bentuk projek kearifan lokal yang mengenalkan pelbagai produk kudapan tradisional berbahan singkong.

Pada prinsip kolaborasi yang berjalan di dalam penguatan projek tersebut, baik peserta maupun wali peserta didik telah mendapat suatu proses pembelajaran. Dari yang semula tidak mengetahui menjadi lebih memahami.

Kepala SDN Sukoiber I Gudo, Hanik, S.Pd.SD. menjabarkan, “Dari projek yang menyertakan seluruh peserta didik kelas I-IV, kudapan tradisional berbahan singkong memang menjadi alternatif untuk mulai membudayakan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung zat berbahaya. Selain itu pada substansinya, dari keempat kelas tersebut olahan produknya pun beragam. Sehingga juga meluas ke aspek pengetahuan dan gaya belajar yang baru dalam satu kegiatan di semester ganjil ini.”

Baca Juga: Komunikasi Fondasi Kesuksesan Program Himpaudi Jombang Tahun 2022

Menurut Hanik, melalui proses integrasi projek kearifan lokal dengan mengangkat makanan tradisional sebagai fondasi program Kantin Sehat, juga menjadi medium pembelajaran yang masih satu tarikan napas dengan metode diferensiatif. Artinya, pada proses yang sudah dilalui peserta didik dalam mengolah singkong dengan aneka rupa hasil akhirnya, menjadi sebuah representasi akan minat dan kompetensi peserta didik.



“Bekerjasama, kreativitas, komunikasi, dan cara peserta didik dalam mempelajari singkong telah menjadi sumber pengetahuan baru yang menyenangkan. Sebab secara riil peserta didik telah berpraktik dan memahami manfaat dari produk yang dihasilkan demi kebaikan mereka sendiri. Terkhusus membudayakan mengkonsumsi menu tradisional yang berbahan laik. Oleh karenanya projek kearifan lokal ini tidak berhenti sebatas gebyar sekali kegiatan semata, lantaran untuk Kantin Sehat juga akan mendapat pembinaan berkala dari Puskesmas Gudo,” imbuh Hanik.

Pengolahan singkong oleh peserta didik. (ist)

Guru Kelas IV SDN Sukoiber I Gudo, Yekti Rahmawati, S.Pd. pun membenarkan, pada prinsip kolaborasi yang berjalan di dalam penguatan projek tersebut, baik peserta maupun wali peserta didik telah mendapat suatu proses pembelajaran. Dari yang semula tidak mengetahui menjadi lebih memahami.

Peserta didik merawat tanaman singkong di kebun belakang SDN Sukoiber I Gudo. (ist)

Yekti Rahmawati menjabarkan, “Jika peserta didik umumnya tidak mengenal pelbagai kudapan tradisional dengan cara mengolah dan manfaatnya dari segi gizi serta kesehatannya, maka untuk saat ini mereka sudah mengetahui. Seraya memahami, mengapa kandungan tersebut membawa manfaat bagi tumbuh kembangnya. Kemudian bagi wali peserta didik, yang semula belum mencoba mengenalkan dan menanamkan budaya mengkonsumsi kudapan tradisional nan sehat bagi putra-putrinya, maka sekarang sudah mulai dibisakan. Sekalipun membutuhkan proses, akan tetapi dengan adanya Kantin Sehat yang tetap memfasilitasi produk olahan wali peserta didik, perlahan kolaborasi ini terjalin dengan apik demi kebaikan peserta didik kedepannya.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama