Pengarahan saat peserta didik memasuki area pengolahan sampah. (ist)


MEGALUH - Sebuah pembelajaran yang esensial untuk saat ini, tentu membutuhkan dimensi muatan persoalan dan bentuk solusinya terhadap lingkungan civitas akademika. Sehingga dalam implementasinya, materi yang diajarkan harus banyak diimbangi dengan kegiatan observasi. Sebagaimana yang mulai diterapkan oleh SDN Sumberagung Megaluh.

Pembelajaran kontekstual berbentuk projek semacam ini memang memiliki beragam nilai yang mendekatkan peserta didik terhadap permasalahan di lingkungannya.

Penanganan problematika sampah plastik di satuan pendidikan menjadi pemantik para guru untuk beranjak meminimalisir penggunaan plastik yang dikemas dalam bentuk projek bertajuk Kurangi Plastik Hidup Menjadi Asyik. Diikuti oleh peserta didik Kelas I dan IV, projek tersebut secara diawali dengan mengenalkan jenis sampah. Mulai dari organik dan anorganik.

Baca Juga: Parenting Kepada Buah Hati, Dapat Dilakukan Orangtua Sendiri

Kepala SDN Sumberagung, Sri Lestari, S.Pd. menjabarkan, “Setelahnya, bagi peserta didik Kelas IV, kemasan projek diamalkan dengan pemilahan kedua jenis sampah tersebut. Selanjutnya setelah terkumpul, sampah anorganik akan direplikasi sebagai bahan seni kriya. Kemudian bagi peserta didik Kelas I, pembuatan seni kriya berbahan sampah organik dan anorganik diwujudkan dalam bentuk kolase. Meskipun sub kreasi antar kedua kelas berbeda, namun pada benang merahnya masih sama. Yakni, memahamkan nilai pada peserta didik akan pentingnya sadar lingkungan dan pengamalan gaya hidup berkelanjutan.”



Ditambahkan oleh Guru Kelas IV SDN Sumberagung Megaluh, Tjitjik Endang, S.Pd. bahwa pemahaman serta kesadaran tersebut, beranjak telah menuai hasil yang dicitakan. Hal ini diakuinya, sewaktu peserta didik sudah muncul nalar kritisnya ketika melakukan pengamatan prosedur pengolahan sampah di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang.

Pengamatan pemilahan sampah. (ist)

“Mulai dari proses hulu ke hilir tentang pemilahan dan pengolahan, peserta didik selalu segan mengeluarkan pertanyaan kepada petugas. Selepasnya kembali ke satuan pendidikan, beberapa diantaranya sudah mampu memilah sampah yang masih cukup laik untuk dijadikan bahan seni kriya. Senyampang itu pula, supaya tidak selesai pada satu babak pengamatan, bagi peserta didik Kelas IV wajib menuliskan laporan sesuai dengan penalarannya. Dari pembiasaan menulis laporan ini, selain menjadi kesinambungan projek manfaat utamanya juga mampun mengasah kemampuan literasi peserta didik,” ungkap Tjitjik Endang.

Peserta didik mengamati proses pengangkutan sampah. (ist)

Terakhir, Koordinator Projek SDN Sumberagung Megaluh, Mohammad Zainal Fanani, S.Pd. menyampaikan, pembelajaran kontekstual berbentuk projek semacam ini memang memiliki beragam nilai yang mendekatkan peserta didik terhadap permasalahan di lingkungannya. Setali tiga uang pula, penalaran kritis peserta didik pun turut berkembang, lantaran dari objek yang diamatinya menjadi suatu kebaruan pengetahuan berdasarkan pengalaman serta masalah di lingkungannya.

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa

Lebih baru Lebih lama