|
Gerbang pintu masuk masjid dari arah barat. (Rabitha) |
PETERONGAN – Bagi para santri Pondok Pesantren Darul Ulum (PPDU) dan masyarakat yang tinggal di sekitar pondok, tentu tak asing lagi dengan bangunan masjid induk salah satu pesantren tertua di Kabupaten Jombang itu. Selain terkenal dengan kemegahannya, masjid tersebut ternyata juga menyimpan cerita sejarah perjuangan kemerdekaan hingga berdirinya PPDU.
Baca Juga: SMP Darul Ulum 5 Jombang Gelar Pawai Sambut Bulan Ramadhan 1444 H
Masjid yang terletak di komplek PPDU tepatnya di Dusun Rejoso, Desa Wonokerto Selatan, Kecamatan Peterongan itu memiliki pintu masuk dari pelbagai penjuru. Diantaranya dari arah Barat atau bagian belakang yang berbatasan langsung dengan jalan desa dan arah Timur atau bagian depan merupakan Asrama Al-Fatah.
Mengunjungi masjid induk PPDU tersebut seakan langsung disambut dengan dua menara megah yang berada di samping kanan dan kiri bangunan. Seperti menara pada umumnya, keberadaannya juga difungsikan sebagai tempat pengeras suara. Selanjutnya yang menjadi penanda dan ciri khas masjid adalah adanya sudut Mihrab atau tempat imam salat beratap setengah lingkaran yang masih dipertahankan keasliannya hingga kini.
|
Mihrab masjid, tampak dari luar yang menjadi ciri khas bangunan. (Rabitha)
|
Nuansa warna hijau pada cat dinding, putihnya tegel dan ornamen kayu yang dinominasi warna cokelat sungguh membuat sejuk suasana. Selain itu juga bersih, rapi, dan sangat terawat. Tak heran disela waktu salat berjamaah dan mengaji banyak santri yang bersantai, belajar atau sekadar duduk menikmati waktu rehat.
|
Bangunan masjid induk Pondok Pesantren Darul Ulum sebelum direnovasi. (ist)
|
Bagian dalam masih berdiri kokoh empat tiang penyangga utama, kemudian ditopang juga dengan belasan tiang penyangga yang tersebar di serambi masjid. Banyaknya tiang yang ada tersebut tentu acap kali dimanfaatkan sebagai sandaran para jamaah atau santri yang sedang beribadah dan menimba ilmu agama.
|
Masjid induk Pondok Pesantren Darul Ulum tampak dari atas sebelah barat. (Rabitha)
|
Dijelaskan oleh Pegawai Biro Kegiatan PPDU, Nadhirin bahwa masjid ini dibangun oleh pendiri PPDU yaitu KH. Tamim Irsyad yang dibantu KH. Cholil sebagai mitra kerja dan sekaligus menjadi menantunya sekitar tahun 1905. Saat itu hanya berupa surau kecil yang terbuat dari kayu dan bambu. Kemudian seiring berkembangnya pesantren dibangunlah secara bertahap seperti penambahan serambi dan menara, menariknya bangunan utama surau tetap dibiarkan ada di dalam masjid.
|
Serambi masjid yang tampak bersih dan luas. (Rabitha)
|
Selain menjadi pusat atau tempat induk dakwah ajaran Islam, saat itu KH. Tamim Irsyad adalah ahli dalam syariat Islam yang memiliki ilmu kanuragan kelas tinggi, demikian pula KH. Cholil merupakan pengamal ilmu tasawuf dan tarekat qodiriyah wannasaqbandiyah, pungkas Nadhirin. Masjid tersebut juga sempat difungsikan sebagai markas pasukan Hizbullah saat berjuang melawan agresi militer Belanda.
Reporter/Foto: Rabitha Maha
|
Nadhirin. (Rabitha) |
|
Jendela masjid setelah renovasi. (Rabitha) |
|
Menara masjid setelah renovasi. (Rabitha) |