Nursilawati ketika membersamai anak didik bermain plastisin. (Donny) |
BARENG – Mengibaratkan dunia anak, tak ubahnya seperti gelas kosong yang belum terisi. Sekalipun demikian, untuk mengisinya tak lantas dilakukan serampangan. Supaya yang diisi secara proposional, tetap sesuai dengan kebutuhan anak didik.
Sebagaimana yang telah diterapkan oleh KB Khoirun Nissa’ Bareng. Upaya pemberian pengetahuan dan pengalaman terbaik bagi anak didik, diutamakan pada penguatan dua kecerdasan. Pertama kecerdasan akhlak dan yang kedua ialah kecerdasan psikomotorik.
Melalui pembiasaan dengan nuansa yang riang, memang cukup memudahkan proses pemahaman anak didik terhadap proses pembelajaran. Tak terkecuali sewaktu bermain dengan mengedepankan aspek psikomotorik.
Kepala KB Khoirun Nissa’ Bareng, Siti Saudah, S.Psi. menjelaskan, perihal dua keutamaan konsep pembelajaran yang diusungnya tersebut diterapkan dengan dasar kesamaan teori, yakni memperhatikan kebutuhan anak didik. Namun pada implementasinya, bentuk peneguhan dari kecerdasan akhlak maupun kognitif dilaksanakan secara berbeda.
“Untuk menempa pengetahuan akhlak sedari usia dini, digalakkan melalui pembiasaan keagamaan. Anak didik saban harinya kita ajak dan kenalkan untuk melafalkan doa-doa pendek terkhusus yang selalu diamalkan sehari-hari. Semisal, doa sebelum dan sesudah belajar, makan, serta tidur. Selain itu, untuk pengembangan tema sejenis kita kembangkan dengan pembiasaan praktik beribadah saban sepekan sekali,” tutur Siti Saudah.
Baca Juga: Ana Mahmudah Guru Sekaligus Ibu Bagi Peserta Didik
Disinggung ihwal metode yang diaplikasikan, Siti Saudah lebih lanjut memaparkan, bahwa melalui pembiasaan dengan pembacaan surah pendek, doa berulang kali saban hari, juga dengan bernyanyi mengenai lagu yang berisi petuah agama, tak pelak membuat anak didik terangsang dan terbiasa untuk mengikutinya. Kendati tak dapat ditampik masih terdapat satu dua anak didik yang belum mengikuti pembiasaan secara paripurna, namun tak lantas dipaksakan begitu saja.
Siti Saudah menegaskan, “Bagi anak didik yang demikian maka kami berikan pembinaan khusus dengan memperhatikan kondisi serta kebutuhannya. Apabila sudah ditemukan, maka tinggal menyesuaikan dengan metode pembiasaan yang dikehendakinya. Syukur, dari pembiasaan semacam ini, anak didik tak hanya mampu menerapkannya saat di satuan pendidikan. Melainkan pula di luar satuan pendidikan, seperti halnya bertegur sapa dan mengucapkan salam ketika bertemu dengan gurunya.”
Siti Saudah memberikan suri tauladan untuk mengenal dan mengasihi sesama mahklul hidup. (Donny) |
Menambahkan pemaparan Siti Saudah, Guru KB Khoirun Nissa’ Bareng, Nursilawati membenarkan bahwasannya, melalui pembiasaan dengan nuansa yang riang, memang cukup memudahkan proses pemahaman anak didik terhadap proses pembelajaran. Tak terkecuali sewaktu bermain dengan mengedepankan aspek psikomotorik.
Pembentukan aneka rupa plastisin oleh anak didik. (Donny) |
Nursilawati mengatakan, “Dalam sesi ini, anak didik juga kami arahkan untuk mempelajari angka maupun alfabet dengan cara bermain dengan Loose Part. Gaya pembelajaran semacam ini tentu memberikan banyak manfaat, terutama untuk melatih ketajaman kepekaan anak didik pada objek di sekitarnya. Sehingga yang dipelajari anak didik bukan sebatas berada di angan-angan semata.”
Reporter/Foto: Donny Darmawan