Ilustrasi orangtua sedang bermain bersama anaknya. (ist)

NASIONAL - Generasi milenial kini telah menjadi orangtua muda yang akan membentuk perilaku generasi di masa depan. Perubahan sosial yang tidak dialami oleh generasi sebelumnya mengakibatkan banyaknya anak yang tumbuh di keluarga dengan kedua orangtua yang bekerja, dan menjadi orangtua kini tampak menjadi sebuah pilihan dan bukan kewajiban.

Dengan rentang usia rata-rata 24-39 tahun, orangtua milenial atau dikenal dengan perennials punya ciri khasnya sendiri dalam mengasuh anak yang mengikuti perkembangan teknologi dan pola asuh anak yang beradaptasi.

Orangtua milenial mempraktikkan prinsip good enough parents yang berarti memberikan yang terbaik namun tidak perfeksionis.

Dalam konferensi pers yang digelar Premium Nanny, Kamis (6/4), psikolog, Budi Santoso Wasito, S.Psi., M.P.Si mengungkapkan beberapa karakteristik pola asuh orangtua milenial. Berikut enam karakteristiknya sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber.

Mementingkan Work-Life Balance

Pentingnya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat disoroti orangtua milenial. Budi Santoso Wasito mengatakan mereka orang-orang yang sudah mulai menghargai hidup harus seimbang, work-life balance. Kalau stres, healing.

Baca Juga: Ki Sri Bawono Hadi Waluyo Wayang Kulit Mendarah Daging

Work-life balance menjadi hal yang sangat dihargai karena mereka menyadari bahwa kebahagiaan dan kesehatan mental lebih penting daripada kesuksesan. Mereka juga menanamkan nilai ini kepada anak-anaknya, dengan lebih banyak menghabiskan waktu melakukan kegiatan yang seru bersama anak.

Valentina Maya Sari selaku CEO & Founder Premium Nanny mengutarakan bahwa orangtua juga merasa perlu waktu untuk fokus dengan dirinya di samping menjadi orangtua. Mereka juga sadar parents harus punya self-love, mereka perlu me-time, quality time dengan teman-temannya.



Ia melanjutkan, makanya di kota besar banyak kumpulan sosialita, ibu-ibu yang olahraga sama suami, senam aerobik, atau yoga. Orangtua juga punya keinginan membangun jejaring virtual dengan bergabung ke beberapa grup di media sosial atau WhatsApp (WA).

Memprioritaskan Keluarga

Orangtua milenial semakin memprioritaskan keluarga mereka. Mereka sadar bahwa waktu bersama keluarga adalah hal yang sangat berharga. Maka dari itu, mereka berusaha menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka dengan berbagai kegiatan, seperti pergi ke tempat wisata atau sekedar berkumpul di rumah.

Orangtua milenial juga sering kali merencanakan liburan dengan tujuan utama untuk mendapatkan konten yang menarik untuk diunggah di media sosial. Valentina Maya Sari mengatakan millenial parents pengen apa-apa posting. Mereka ini oversharing. Namun, hal ini tidak mengurangi keinginan mereka untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

Memanjakan Anak dengan Barang Mewah

Perubahan gaya hidup dan budaya konsumsi pada generasi milenial mempengaruhi pola belanja orangtua dalam membeli barang-barang untuk anak mereka. Saat ini, lebih banyak orangtua yang memanjakan anak mereka dengan membeli barang yang berkualitas dan bermerek.

Meskipun ini dapat menimbulkan tekanan finansial pada beberapa keluarga, namun bagi sebagian orangtua, membeli barang berkualitas dan bermerek untuk anak-anak adalah bagian dari kebahagiaan mereka. Mereka kerap memberikan hadiah seperti laptop atau ponsel baru untuk anaknya ketika berulang tahun, misalnya.

Mengasuh Anak Menjadi Tanggung Jawab Bersama

Orangtua milenial saat ini semakin menyadari pentingnya keterlibatan suami dan istri dalam mengurus anak. Sebelumnya, tugas mengurus anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab istri, sementara suami hanya fokus pada pekerjaannya. Namun kini, pandangan tersebut berubah.

Ia juga berpendapat para perempuan, termasuk yang lulusan S2 pun, juga tidak masalah jika harus mundur selangkah dari kariernya untuk fokus mendidik anak. Karena mereka pikir, mendidik anak sama pentingnya dengan karier mereka.

Memberikan Kebebasan pada Anak

Orangtua milenial saat ini cenderung lebih terbuka dan membebaskan pilihan anak dalam menjalani kehidupannya. Hal ini terlihat dari survei yang menunjukkan bahwa sebanyak 89 persen orangtua memberikan kebebasan pada anak untuk menentukan apa yang mereka ingin lakukan.

Valentina Maya Sari mengatakan jaman dulu mereka dididik secara helicopter parenting, komunikasinya hanya satu arah. Anak enggak dikasih suara. Jika dulu anak-anak harus selalu menurut orangtuanya, kini kondisi tersebut telah berubah. Orangtua gak lagi bersikap otoriter, karena anaknya nanti larinya bisa ke drugs dan pergaulan bebas.

Lebih dari separuh orangtua milenial (57 persen) juga menyadari bahwa sekolah tidak selalu menjamin masa depan dan setiap anak memiliki talenta yang berbeda, bahkan jika mereka tidak bersekolah. Kurikulum sekolah saat ini juga lebih terspesialisasi dengan memfokuskan pada kekuatan dan talenta anak, khususnya pada sekolah internasional.

Komunikasi yang Terbuka Bahkan Saat Masa Sulit

Orangtua milenial mempraktikkan prinsip good enough parents yang berarti memberikan yang terbaik namun tidak perfeksionis. Valentina Maya Sari mengungkapkan, Jadi ketika mereka sebagai orangtua merasa lemah, merasakan kesedihan, mereka sudah berani sharing dengan anak-anaknya. Dalam hal ini, mereka berusaha menciptakan kedekatan emosional dengan anak-anaknya.

Di zaman dulu, orangtua cenderung menunjukkan kesan kuat dan tidak ingin menunjukkan kesedihan mereka di depan anak. Valentina Maya Sari menambahkan semuanya dipikir sendiri, dipendem dalam hati, terus ujungnya depression, anak dibentak akhirnya. Kasih pengertian dong. Sekarang mereka sudah mengerti itu. Ketika ada masalah dengan dirinya sendiri, mereka cerita ke anak.

Orangtua milenial juga tidak ragu untuk mengajak anak-anak mereka memahami masalah rumah tangga seperti perceraian dengan bantuan psikolog anak. Mereka mencoba memberikan penjelasan yang tepat dan memperlakukan anak-anak mereka sebagai individu yang bisa memahami situasi yang terjadi.

Sumber/Rewrite: liputan6.com/Tiyas Aprilia
Lebih baru Lebih lama