Dok.MSP |
Rahmat Sularso Nh.*
Kebaruan dalam dunia pendidikan seolah tidak berbatas. Seperti yang sedang gencar berlangsung di Kota Santri yakni implementasi daripada Kurikulum Merdeka melalui Projek Penguatan Profil Pelajar atau lebih dikenal dengan sebutan P5.
Sebenarnya pun dalam prinsip dasar P5 tak jauh berbeda dengan pembelajaran Pancasila yang digaungkan sejak era 1990-an bahkan hingga lahirnya penguatan karakter. Semuanya memiliki titik akhir yang sama, yakni membangun seorang peserta didik yang mampu mencerminkan nilai Pancasila. Lebih merenik lagi bisa diuraikan dalam butir-butir Pancasila yang dahulu kerap dihafalkan dan dilafalkan di muka kelas.
Sajian gelar karya sebagai puncak dari pembelajaran P5 semestinya berangkat dari langkah projek yang telah dilalui mulai dari menyusun desain, mengelola, mengevaluasi, serta tindaklanjutnya.
Dengan kata lain, nantinya dalam P5 diharapkan mampu melahirkan profil pelajar Pancasila dengan memiliki karakter serta kemampuan yang dibangun dalam kesehariannya dan disetiap kehidupan individu peserta didik melalui sebuah budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakulikuler. Tentunya masih dalam satu benang merah yakni dimensi yang wajib melekat di P5 diantaranya Beriman Bertakwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Mandiri, Bergotong Royong, Bernalar Kritis, serta Kreatif.
Jika ditelaah lebih masuk ke dalam belukar P5, sesungguhnya di Kurikulum Merdeka ini esensinya memberikan keleluasaan peserta didik ketika belajar. Tidak hanya membebaskan cara berpikir dan menganalisa saja, namun membuka kesempatan memecahkan permasalahan dari hasil temuan sekaligus pengalaman yang dihimpun. Akhirnya muculah sejumlah inovasi dari permasalahan yang dipikirkan, dianalisa, kemudian diterjemahkan penyelesaiannya melalui terobosannya tersebut.
Baca Juga: Rumah Restorative Justice Meneduhkan Permasalah pada Peserta Didik
Tidak heran bila langkah dalam mengawali melaksanakan P5 adalah harus menciptakan ekosistem satuan pendidikan sebagaimana idealnya dalam dasar pemikiran P5 itu sendiri. Diakui memang proses penciptaan ekosistem yang sesuai dengan P5 tidaklah mudah. Bukan hanya sekadar fasilitas pembelajaran yang sesuai serta mampu tercukupi segala aspek yang dibutuhkan dalam P5. Tetapi yang namanya ekosistem, ialah sebuah lingkungan. Tidak berdiri sendiri sebagai lingkungan dalam maknawi saja, melainkan beriring juga dengan kebudayaan yang dilakukan oleh mahluk di ruang lingkup ekosistem tersebut yakni civitas akademik satuan pendidikan tersebut.
Tercapainya ekosistem P5 pastinya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ini merupakan skala proses yang terus berjalan hingga P5 itu berjalan. Barulah saat sudah dirasakan berhasil terbentuk ekosistem P5, mulai menyusun desain projek P5, mengelola, dan mendokumentasikan. Dapat dibilang kali ini adalah satu operandi yang saling terkait satu dengan lainnya. Maksudnya, sewaktu menyusun desain P5 harus menelaah terlebih dahulu ekosistem yang telah berhasil dibentuk. Sehingga dengan begitu maka akan diketahui keunggulan atau potensi yang sekiranya dapat dikedepankan serta dikembangkan menjadi desain projek P5.
Setelah ditemukan desain projek tersebut, langkah selanjutnya yakni mengelola dengan baik dan benar. Tidak saja keharusan menyentuh keberhasilan desain projek ini, tetapi di pengelolaan wajib kiranya seluruh pembelajar peserta didik utamanya juga terlibat secara langsung. Diharapkan dengan adanya sentuhan langsung yang mengikutsertakan peserta didik guna berpartisipasi, selain nantinya akan menimbun sebuah pengalaman tersendiri. Juga ada pemahaman yang dicapai oleh peserta didik sehingga benar-benar mengetahui desain projek P5 dan bukan hanya sebatas sebagai sampiran begitu saja.
Segala laju daripada proses mendesain projek P5 hingga mengelolanya, semua harus terdokumentasi dengan rapi di tiap tahapnya. Baik dalam bentuk tertulis, foto, audio, bahkan video sehingga dapat saling melengkapi dan menguatkan sebagai bagian dari catatan perjalanan yang dilalui dalam proses tersebut.
Pendokumentasian yang sempurna seperti dijelaskan di atas akan mempermudah dalam tahapan berikutnya yakni evaluasi dan tindak lanjut. Dari seluruh rangkaian yang telah dilalui ditahapan pengelolaan, dapat dipetik pada titik-titik tertentu untuk ditandai sebagai wujud keberhasilan, kekeliruan, atau kegagalan. Lengkap dengan melihat bukti kuatnya melalui dokumentasi yang telah dibuat. Hal ini pun sebenarnya juga sebagai pelengkap maupun landasan dalam membenarkan keberhasilan ataupun adanya langkah yang kurang tepat sehingga menyebabkan kegagalan untuk segera diperbaiki.
Seiring dengan itu juga bisa menjadi pegangan dalam mengevaluasi kecakapan pemahaman peserta didik. Lantaran dipelaksanaan P5 tidaklah seadanya saja. Melainkan harus mampu melebur menjadi satu pemikiran yang berhasil diimplementasikan dalam sebuah tindakan nyata oleh peserta didik.
Perlu digaris bawahi juga projek dalam P5 ialah mendorong peserta didik menemukan jawabannya sendiri atas pertanyaan yang muncul dari dirinya melalui kompetensi seperti yang dihasilkan dalam esensi Kurikulum Merdeka. Berbarengan dengan penananman karakter kepada pribadi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di Pancasila.
Sedangkan di ranah kompetensi P5 ada sejumlah faktor yang memberikan pengaruh, diantaranya dari internal maupun eksternal. Semisal dari faktor internal yaitu berkenaan dengan ideologi. Artinya, maraknya kebebasan informasi membuat semakin banyak ideologi yang bertebaran. Namun jika tidak diimbangi dengan dasar ideologi yang benar serta kuat, sangat dimungkinkan menjadikan pemikiran sekaligus perbuatan peserta didik terjerumus ke arah yang merugikan dikarenakan mendalami ideologi yang keliru. Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi bangsa harus mampu terilhami dengan sepenuhnya supaya menjadi dasar yang dapat menjadi pondasi dalam mencerna ragam ideologi yang bertebaran.
Kemudian secara faktor eksternal seperti tantangan di era digital. Era digital membuat semuanya serba mudah dan praktis. Terkadang kemajuan ini telah menanggalkan skala proses yang mesti dipahami oleh peserta didik. Sehingga tak sampai memiliki pemikiran yang prakmatis. Melainkan harus sistematis selaiknya setiap tahapan yang harus dilaluinya dalam mencapai pada level tertentu.
Oleh sebab itulah, sajian gelar karya sebagai puncak dari pembelajaran P5 semestinya berangkat dari langkah projek yang telah dilalui mulai dari menyusun desain, mengelola, mengevaluasi, serta tindaklanjutnya. Sehingga sari-sari yang terkumpul merupakan hasil ekstraksi pemahaman serta pengejawantahan sebenarnya dari peserta didik. Tidaklah harus terkonsentrasi pada gebyar yang gemerlap, namun malah melupan ikhwal terpenting dalam P5. Jadi gelar karya mutlak menunjukkan hasil pembelajaran P5 yang telah ditempuh peserta didik dan menjadi gambaran tentang pemahaman yang telah merasuk.
*) Pemimpin Redaksi Majalah Suara Pendidikan