Subekti Utomo sesudah ditemui usai membersamai peserta didiknya berlatih Reog Ponorogo. (Donny) |
NGUSIKAN – Sistem pendidikan secara harfiah memang berlaku sebagai alat yang ampuh guna menanamkan pengetahuan, nilai, norma, budaya, serta seni tradisi pada peserta didik. Tuah tersebut tentunya, tak serta merta mampu melesap secara sendirinya ke lelaku dan sanubari civitas akademika. Melainkan turut dibarengi dengan hadirnya sosok guru sebagai pionir pelesapan seluruh aspek pengetahuan maupun nilai yang hendak dicitakan.
Usahanya tersebut kini bukan isapan jempol semata. Terbukti Reog Putro Singo Manggolo binaannya mendapat respon positif dari seluruh elemen. Baik rekan guru sejawat maupun wali peserta didik.
Guru Kelas V SDN Kedungbogo Ngusikan, Subekti Utomo, S.Pd. adalah satu dari sekian pionir tersebut. Dijumpai di sela aktivitasnya membina latihan peserta didiknya mulai kelas IV-VI yang terhimpun dalam grup Reog Putro Singo Manggolo pada (1/3), bapak dua anak ini mengungkapkan, pendirian seni pertunjukkan asal Bumi Bantarangin di SDN Kedungbogo tersebut merunut dari faktor teknis maupun non-teknis.
“Berdasarkan segi teknis, kala itu saya memang berinisiatif untuk membentuk esktrakurikuler Reog Ponorogo pada warsa 2018 silam lantaran efisiensi pembiayaannya. Seperangkat gamelan beserta busana pujangganom, jatil, dan satu buah barongan lengkap dengan dadak meraknya tak sampai 30 juta rupiah. Sedangkan faktor non-teknisnya, sudah barang mesti untuk membentuk karakter sekaligus potensi peserta didik di bidang berkesenian,” ungkap Subekti Utomo.
Baca Juga: Rumah Restorative Justice Meneduhkan Permasalah pada Peserta Didik
Diakuinya pula, ketika awal mengenal Reog Ponorogo secara konkret mulai laras musik, karakteristik tari, hingga motif busana beserta ornamen yang dipakai, peserta didik masih dalam masa penjajakan. Oleh karenanya, metode seleksi sesuai minat peserta didik baik di bidang tari dan musik diterapkan secara berjenjang.
Subekti Utomo menuturkan, “Penyesuaian ini tujuannya memang untuk mematangkan kepiawaian peserta didik berdasarkan pilihannya tersebut. Semisal dari segi postur, peserta didik yang lebih tinggi, besar akan kami arahkan sebagai pembarong. Begitupula sebaliknya, apabila lebih kecil dan memiliki kelenturan akan terbina di divisi pujangganom. Termasuk bagi yang memiliki suara bagus dalam melagukan macapat, akan mengisi bagian ”
Disinggung lebih jauh secara personal dan keterikatannya dengan Reog Ponorogo, Subekti Utomo mengakui, telah jatuh hati pada seni pertunjukkan yang berlatar kisah keingininan Raja Bantarangin (Ponorogo), yakni Kelana Suwandana untuk meminang Putri Kerajaan Kediri bernama Dewi Sanggalangit ini, sejak duduk di bangku kelas V SD. Tepatnya sekitaran tahun 1995 silam.
“Waktu itu, di salah satu desa di Kecamatan Kudu terdapat satu kelompok Reog Ponorogo. Pementasannya cukup sering dan acapkali berkeliling ke beberapa desa di wilayah Kecamatan Ngusikan, termasuk di kediaman saya. Selang berjalannya waktu, saat prosesi tasyakuran khitan, kedua orang tua menghadirkan kelompok tersebut untuk menghibur para tamu undangan. Walhasil, kenangan yang terpacak dalam memori saya di masa lampau tersebut, membawa saya untuk mendalami ilmu karawitan ketika mengenyam pendidikan D2 di Surabaya. Sepulangnya dan meniti karier di dunia pendidikan, tercetuslah ide untuk menghidupkan kembali Reog Ponorogo di satuan pendidikan,” ungkap Subekti Utomo.
Penampilan Tari Pujangga Anom oleh salah satu peserta didik saat berlatih di halaman SDN Kedungbogo Ngusikan pada (1/2). (Donny) |
Usahanya tersebut kini bukan isapan jempol semata. Terbukti Reog Putro Singo Manggolo binaannya mendapat respon positif dari seluruh elemen. Baik rekan guru sejawat maupun wali peserta didik. Terhitung, dari konsistensi pembinaan yang dilakukan, Reog Putri Singo Manggolo sudah memiliki ± 30 anggota, yang terbagi dari internal SDN Kedungbogo, alumni, serta beberapa seniman Reog Ponorogo senior.
“Syukur, dukungan yang mengalir juga membuat potensi peserta didik senantiasa terasah. Terlebih ketika banyak undangan pentas dari masyarakat sekitar, peserta didik selalu terpantik daya semangatnya untuk berlatih dan mengembangkan kreasinya dalam menari maupun memainkan tembang-tembang dengan laras Reog Ponorogo,” tandas Subekti Utomo.
Reporter/Foto: Donny Darmawan
Putro Singo Manggolo
WhatsApp : 085732469793