BARENG – Literasi baca tulis merupakan bagian dasar literasi yang harus dikuasai untuk mendukung kelancaran literasi lainnya. Terlebih di jenjang SD yang mengharuskan peserta didik sudah lihai membaca maupun menulis.
Baca Juga : Guru Inspiratif Menggapai Puncak dengan Kolaborasi
Lebih dari itu, segenap civitas akademika SDN Kebondalem I Bareng merancang program yang selain memperkuat literasi baca tulis peserta didiknya juga mengembangkan literasi keagamaan.
Kepala SDN Kebondalem I Bareng, Muflikah, S.Pd.SD tak memungkiri bahwa sangat penting untuk membangun budaya literasi sejak dini di satuan pendidikan baik literasi secara umum dalam proses belajar mengajar maupun keagamaan.
Praktik Setor Hafalan Baca Alquran.
(Rabithah)
Literasi
keagamaan ini telah membudaya di satuan pendidikan sejak dahulu, hal ini
disebabkan oleh tuntutan wali peserta didik yang sangat mendukung buah hatinya
untuk memiliki kepiawaian baca, tulis hingga hafalan Alquran.
“Gayungpun
bersambut saat ada program unggulan Bupati Jombang perihal Pendidikan Mulok
Keagamaan di tahun 2018 dan Gerakan 5.000 Tahfidz setiap tahun lebih
membuncahkan semangat pembina dan peserta didik untuk lebih giat memperdalam
ilmu keagamaan. Sehingga di luar konteks mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang difokuskan pada penguatan secara materi, juga diimbangi dengan kegiatan
praktik hafalan,” terang perempuan berhijab ini.
Baca Juga : Kelas Inspirasi Jombang Terus Membangun Cita Anak Bangsa
Muflikah mengatakan bahwa proses pembelajaran perlu untuk memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang memuaskan.
Terdapat berbagai metode yang telah berkembang dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran Alquran diantaranya yakni metode Qiroati, Yanbu’a, An-Nahdiyah, Ummi, Utsmani dan yang ampuh dipraktikkan di satuan pendidikan ini adalah metode At-Tartil.
Baca Tulis Alquran saat Jumat Legi
(ist)
Pembina Mulok Keagamaan Islam SDN Kebondalem I Bareng, Enik Humaidah, S.Pd menjelaskan bahwa metode At-Tartil yakni mengacu pada suatu buku panduan dalam belajar membaca Alquran yang langsung (tanpa dieja) dan memasukkan atau mempraktikan pembiasaan bacaan tartil sesuai dengan makharijul huruf, ilmu tajwid dan gharib.
Meskipun
harus lebih telaten, metode ini dipilih lantaran selain secara perlahan mampu
menghafal juga memperbaiki kualitas pelafalannya.
Baca Juga : Eka Rahmadiana : Tugas Pendidik Adalah Mengabdi dan Melayani
“Untuk
sasarannya dilakukan sedari peserta didik kelas I s.d kelas VI. Sedangkan
praktiknya dilakukan saat pembiasaan pagi selama satu jam sebelum memulai
proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan secara santai dan menyenangkan,
namun untuk target tetap ada yakni satu hari satu ayat,” ujar Enik Humaidah.
Terdapat apresiasi yang melibatkan wali peserta didik, imbuh Enik Humaidah. Yakni setiap ada kenaikan jilid atau lulus hafalan target surat Alquran mendatangkan wali murid untuk menyaksikan buah hatinya mampu mencapai prestasi tersebut.
Dewan Guru SDN Kebondalem I Bareng
(Rabithah)
Hal
ini dilakukan sebagai wujud meningkatkan rasa kepercayaan diri anak juga untuk
membangun komunikasi dengan wali peserta didik.
Selain baca, tulis dan hafalan juz 30, Enik Humaidah juga mengungkapkan bahwa pembelajaran keagamaan juga dipertegas dengan budaya berpakaian yang mencerminkan adab beragama dengan berjilbab dan berkopyah.
Selanjutnya mengembangkan kemampuan untuk memimpin tahlil, istigasah, diba’, azan, menjadi imam salat, qiroah, bermain alat musik banjari, kaligrafi dan masih banyak lagi. ■ rabitha maha