MOJOWARNO - Salam ibu-ibu semua yang ada di dimana saja berada. Salam semangat. Pada kesempatan ini saya akan membagi pengalaman sebagai pendidik Taman Kanak-Kanak (TK). Dimana di TK, yang saya dan teman-teman pendidik TK lainnya adalah makluk spesial, unik dan menyenangkan. Cerita ini dimulai ketika kemarin, musim penerimaan anak didik baru.
Di suatu pagi, banyak ibu mendaftarkan anaknya ke sekolah kami. Dari sekian banyak
pendaftar, semuanya is fine saja.
Tetapi
di ujung bangku di salah satu sudut kelas, ada seorang ibu mendekati kami, lalu curhat.
“Bu, maaf kenapa anakku begini ?”.
![]() |
Salah satu anak didik di TK Harapan Menganto. (ist) |
Mendapat pertanyaan tersebut, saya hanya tersenyum. Lalu saya mengajak ibu tersebut ke ruang sebelah dan menjauh dari keramaian.
Si Ibu tersebut bercerita, ternyata anaknya sampai usianya empat tahun hari ini, belum bisa berbicara dan selalu menyendiri. Berdasarkan cerita ini, Si Ibu kami sarankan untuk konsultasi ke dokter atau psikiater supaya mendapat konsultasi dan penanganan yang optimal.
Dari kisah diatas, perlu diketahui, anak mulai berbicara dan mengucapkan beberapa kalimat sudah bisa terdeteksi diantara umur 6 – 12 bulan. Di usia ini, anak sudah mampu mengucap sekitar 5 kosa kata. Seperti, ma, pa, dan seterusnya.
Dan jika diatas 12 bulan sampai
2 tahun sudah banyak kata yang dia ucapkan, lalu bagaimana jika ada orang tua yang menemukan anaknya di atas
2 tahun masih belum bisa berbicara ?
Mari kita
pecahkan bersama. Tanda-tanda
apa saja anak terlambat
bicara ?.
Sering berkomunikasi dan berkonsultasi dengan para guru di sekolah, bisa menjadi upaya deteksi dini anak speech delay
Beberapa diantaranya, sulit
merespon saat diajak berbicara, jarang meniru perkataan orang lain, kesulitan menyebutkan nama-nama benda di rumah, lebih sering menunjukkan gestur tubuh daripada berbicara saat meminta sesuatu, dan selalu menghindari kontak mata dengan lawan bicara.
Lalu apa penyebab anak kita yang sampai hari ini belum bisa berbicara ?.
Pertama, bisa jadi karena gangguan pendengaran, kedua, kurang stimulasi. Ketiga, bisa Autisme, keempat, bisa juga ada hambatan pada syaraf otak, dan kelima, adanya masalah struktur mulut.
Jika
sudah seperti ini ? sebagai
ibu dan ayah / keluarga di rumah, apa
yang harus dilakukan ?.
Anak-anak
harus sering distimulus kosa-katanya. Misalnya, kita peragakan mimik kita
ketika mengucapkan dan membunyikan sesuatu. Di sinilah, perang orangtua harus
proaktif. Proaktif dalam membebaskan si kecil bermain, bergerak dalam pantauan,
dan dijauhkan dari resiko atau benda berbahaya. Langkah ini juga mesti
dikembangkan dengan metode membacakan buku cerita kepada anak. Sekaligus
membangun komunikasi dua arah dengan anak.
![]() |
Keceriaan Anak Didik TK Harapan Menganto. (ist) |
Apakah itu cukup ? tentu belum.
Anak juga harus dikontrol penggunaan gadgetnya. Karena
semakin anak asyik dengan gadgetnya, maka anak semakin pasif dan kurang
komunikatif.
Nah, inti dari cerita ini adalah bagaimana kita sebagai guru, orangtua, harus mampu mengenali tanda-tanda anak yang speech delay. Maka, sering berkomunikasi, dan berkonsultasi dengan para guru di sekolah bisa menjadi deteksi dini untuk mengatasi anak speech delay.
Penulis : Lien Prasetyowati, M.Pd. Kepala TK Harapan Menganto Mojowarno.
*Esai telah disunting oleh redaksi, untuk penyesuaian sistematika penulisan dan bahasa sesusai ketentuan Redaksi Majalah Suara Pendidikan