Rasa cinta adalah modal utama untuk sukses mengelola sebuah komunitas olahraga, termasuk Sekolah Sepak Bola (SSB). Seperti cerita dari founder SSB Bintang Muda berikut ini.


JOMBANG - Jika pernah melintas di depan kampus Universitas Darul 'Ulum (UNDAR) Jombang maka akan nampak sebuah banner bertuliskan "Yo Bal-balan, Yo Ngaji". Inilah slogan di salah satu media promo SSB Bintang Muda yang kini berkandang di lapangan hijau milik UNDAR. Tagline diatas tentu bukan omong kosong, sebab SSB Undar Bintang Muda selain berfokus menggembleng pemain bola usia dini juga tetap memberikan pendidikan karakter.




Menurut Edi Musadad, founder SBB Bintang Muda, di sekolahnya tidak hanya berlatih soal teknik bermain bola. Tapi anak juga dididik tentang karakter yang bermanfaat bagi tumbuhkembang potensinya.

"Salah seorang wali murid pernah mengaku kepada saya bahwa anaknya kini terbiasa berpamitan dan cium tangan jika hendak pergi. Padahal awalnya tidak demikian. Saya katakan inilah keuntungan lain dari belajar di SSB. Karena disini selain berlatih bola secara baik, juga akan dididik etika kepada pelatih, taat aturan, disiplin waktu dan sanggup bekerja sama dengan tim," ujar Edi Musyadad saat ditemui di rumahnya.



"Orang tua lain juga bercerita bahwa kebiasaan bermain HP anaknya kini berkurang drastis. Karena dengan aktifitas fisik di lapangan, berkeringat, dan memiliki banyak teman selama SSB dapat mengatasi kecanduan bermain HP," lanjut pria yang mengaku Bigreds dari Liverpool FC ini.


Apa yang disampaikan Edi Musyadad bukanlah isapan jempol. Dari sejumlah 30an SSB di Kabupaten Jombang, mereka berpotensi mendulang prestasi. Jika menjuarai sebuah turnamen resmi maka siswa SSB mendapatkan rekomendasi dari Asosiasi Kabupaten (ASKAB) PSSI untuk mengikuti jalur prestasi dalam PPDB.


"Beberapa siswa kami tahun lalu dapat menggunakan jalur prestasi PPDB dari piagam turnamen yang mereka miliki. Bahkan ada juga yang siswa dapat bermain di klub profesional. Ada yang pernah bermain hingga U16 Persebaya atau Persik Kediri. Bahkan pasca SMA mereka sudah ada yang bermain di Liga IV," tutur pria humble ini.


SSB Bintang Muda yang telah merumput hampir 10 tahun, kini memiliki 4 kelompok umur mulai 8 hingga 16 tahun. Ditempa oleh 4 pelatih, SSB ini mengedepankan kualitas disamping kuantitas siswa.


'Jumlah siswa terdaftar kami sekitar 80an anak. Meski yang aktif latihan kadang 40an saja dengan berbagai sebab, tapi memang jumlah ideal siswa yang ditangani seorang pelatih adalah 15 anak. Ini bertujuan agar fokus dalam pembinaan," aku Edi Musyadad.


Meski tidak mudah untuk memenuhi kuota siswa, namun namun kelompok usia dini paling banyak diminati.


"Kelompok umur 8 -12 tahun memiliki peserta terbanyak. Sebab pada kelompok usia ini peran orang tua sangat penting. Mengingat anak¬anak masih belum mandiri untuk kedisiplinan dan termasuk akomodasi," Edi Musyadad mengaku.


Sayangnya keberadaan SSB kadang masih dipandang sebelah mata. Diakuinya masih ada anggapan bahwa sepak bola dapat mengganggu kegiatan sekolah lain. Padahal jika hal tersebut dikelola dengan baik maka bakat dan potensi anak justru berbuah prestasi.


"Bagi yang berbakat dan minatnya tinggi dalam mengolah si kulit bundar, maka mereka berpotensi menjadi pemain profesional. Hal ini bisa dilihat dari latihan rutin selama satu hingga dua tahun. Jika mereka disiplin dan berbakat maka skill-nya akan meningkat pesat," jelas alumnus UNMUH Malang ini.


Beruntung SSB Bintang Muda sejak tahun 2019 telah berbadan hukum dan berafiliasi dengan Asprov PSSI Jawa Timur. Sejak berkolaborasi dengan UNDAR, SSB ini berjuluk UNDAR Bintang Muda dan kian berpeluang memoles talenta pemain bola usia dini di Jombang. 


Selain Undar Bintang Muda, masih banyak nasib SSB yang dikelola secara swadaya, alias belum dapat dinilai sebagai usaha profit.


"Di SSB kami setiap latihan, siswa membayar 5 ribu rupiah. Dana ini 70 persen untuk pelatih, 30 persen untuk operasional, beli bola, merawat lapangan dan sebagainya. Saat ini kami memiliki empat pelatih yang memandu latihan tiga kali dalam seminggu. Sehingga dari kebutuhan ini saja kadang masih harus merogoh kocek sendiri atau mencari dana tambahan sponsor," aku Edi Musyadad, founder SSB Bintang Muda.


Untuk menguji skill anak didiknya, turnamen SSB Bintang Muda digelar minimal dua kali dalam setahun. Terbaru sekolah bola ini menggelar open even yang diikuti beberapa klub dari Jawa Tengah. Namun membesut turnamen sepak bola bukan pekara mudah dan murah.


"Even lokal masih butuh dana sekitar 10 juta rupiah. Kalau turnamen open tentu lebih besar lagi. Anggaran terbesar untuk wasit, akomodasi, dan sewa lapangan. Sementara baru sponsor lokal saja yang mau berpartisipasi untuk turnamen SSB. Beruntung even terbantu oleh partisipasi wali murid yang gila bola," aku Edi Musyadad.


Menariknya pada even turnamen kekompok usia dini, hadiah bagi juara oleh PSSI dianjurkan tidak berupa uang.


"Turnamen SSB untuk usia SD masih terbilang fun game. Sehingga penghargaan dianjurkan berupa piagam, trophy, dan peralatan sepak bola seperti sepatu, tas, bola dan sejenisnya. Kalaupun ada uang hanya sedikit," jelas pria yang juga EXCO PSSI Jombang ini


Adanya turnamen yang diadakan oleh SSB ternyata sangat diminati oleh guru olahraga di sekolah-sekolah. Hal ini terlihat dari membludaknya salah satu even yang pernah digelar untuk level SD dan Ml.


"Beberapa guru olahraga sangat berterimakasih dengan turnamen yang kita buat. Karena mereka mengaku telah mengajarkan teknik sepak bola di sekolah tapi minim kompetisi. Kami pun kewalahan menolak animo peserta yang mendaftar menjadi peserta turnamen," jelas Edi Musyadad mengenang.


Ditulis: Arief F. Budiman

Dapatkan Majalah Suara Pendidikan versi cetak disini
Lebih baru Lebih lama