JOMBANG - Seorang guru di Sidoarjo, bernama Sambudi disidang pada 2016 lalu karena menghukum siswa yang tidak melakukan kegiatan salat dhuha. Agustus 2023, seorang guru bernama Zaharman mengalami kebutaan usai mata kanannya diketapel orang tua siswa.
Januari
2024, seorang guru di Jombang, bernama Khusnul Khotimah ditetapkan sebagai
tersangka atas laporan orang tua siswa karena dianggap melalaikan tugas yang
mengakibatkan siswanya terluka. Terbaru, kasus viral ibu guru Supriyani yang dilaporkan orang tua siswa atas tuduhan
penganiayaan pada 24 April 2024 lalu.
Fenomena guru yang dilaporkan ke pihak berwajib akibat tindakan disipliner terhadap siswa telah menjadi isu yang semakin kompleks dalam dunia pendidikan. Permasalahan ini menuntut analisis yang mendalam dan solusi yang sistematis. Perubahan dinamika sosial, meningkatnya kesadaran akan hak anak, serta kurangnya pemahaman mengenai batas-batas tindakan disipliner menjadi akar permasalahan utama.
Yuk Baca : PPG Oh PPG
Akibatnya, guru seringkali dihadapkan pada dilema antara menegakkan aturan dan menghindari risiko hukum. Kondisi ini berdampak signifikan terhadap kualitas pendidikan, menciptakan iklim belajar yang tidak kondusif, dan merusak kepercayaan antara guru dan siswa.
![]() |
Ilustrasi Guru Mendisiplinkan Siswa-Siswi (AI) |
Untuk memahami permasalahan ini secara komprehensif, diperlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan perspektif pendidikan, psikologi, dan hukum. Dari perspektif pendidikan, penting untuk mengevaluasi efektivitas pendekatan pedagogis yang digunakan oleh guru.
Dari
perspektif psikologi, perlu dipahami dampak psikologis dari tindakan disipliner
terhadap siswa. Sedangkan dari perspektif hukum, diperlukan regulasi yang jelas
dan perlindungan hukum yang memadai bagi guru.
Akar Masalah
yang Multifaceted (dari beragam sisi)
Meningkatnya kesadaran akan hak anak telah mendorong masyarakat untuk lebih kritis terhadap segala bentuk tindakan yang dianggap melanggar hak-hak tersebut. Hal ini, meski positif dalam konteks perlindungan anak, terkadang berujung pada interpretasi yang berlebihan terhadap tindakan disipliner guru.
Misalnya,
tindakan seorang guru yang menepuk bahu siswa sebagai bentuk teguran ringan
dapat dianggap sebagai tindakan kekerasan fisik oleh orang tua yang sensitif.
Yuk Baca : Jaranan Dor : Sejarah dan Identitas Dusun Kemambang
Maraknya penggunaan media sosial mempermudah penyebaran informasi, termasuk video atau foto yang merekam tindakan disipliner. Hal ini dapat memicu opini publik yang cepat berubah dan berpotensi merugikan guru.
Kasus viral seorang guru yang dimarahi siswa di kelas, kemudian direkam dan disebarluaskan di media sosial, menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat memperburuk situasi.
![]() |
Ilustrasi Beban Kerja Guru (AI) |
Guru merasa kurang didukung oleh sistem pendidikan yang ada. Beban kerja yang berat, kewajiban mengikuti berbagai macam pelatihan, serta kurangnya perlindungan hukum membuat mereka rentan terhadap tuntutan hukum.
Ketika terjadi masalah di sekolah, guru seringkali menjadi pihak yang paling rentan untuk disalahkan. Kurangnya perlindungan hukum yang jelas membuat guru merasa tidak aman dalam menjalankan tugasnya.
Implikasi Terhadap Dunia Pendidikan
Ketakutan guru akan tuntutan hukum dapat menciptakan iklim belajar yang tidak kondusif, di mana guru enggan menegakkan aturan dan siswa merasa bebas untuk melanggarnya. Akibatnya, proses pembelajaran terganggu, prestasi siswa menurun, dan terjadi penurunan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Ketika
guru lebih fokus pada upaya melindungi diri sendiri daripada mengajar, kualitas
pembelajaran akan terpengaruh. Guru yang merasa terancam akan cenderung lebih
otoriter dalam memimpin kelas, sehingga mengurangi keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran.
Yuk Baca : Meningkatkan Mutu Literasi di SDN Dapurkejambon III Jombang
Kejadian yang berulang-ulang dapat memicu sikap pesimis di kalangan guru, mengurangi motivasi mereka untuk bekerja secara maksimal. Banyak guru yang merasa bahwa profesinya tidak lagi dihargai dan memilih untuk pindah ke pekerjaan lain yang dianggap lebih aman.
Mengembangkan diri dan mencapai potensi maksimalnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa siswa yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif cenderung memiliki masalah perilaku, emosional, dan sosial.
Pendekatan Solusi yang Komprehensif
Untuk
mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan
melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Beberapa langkah yang dapat diambil
antara lain pengembangan kurikulum yang holistik dan peningkatan kapasitas
guru, pengembangan sistem pelaporan yang transparan, peningkatan komunikasi
antara semua pihak (guru, orang tua, siswa dan masyarakat), dan pengembangan
kebijakan yang mendukung guru.
Kurikulum perlu dirancang untuk menitikberatkan pada berbagai aspek, yaitu aspek kognitif, pengembangan karakter, sosial-emosional, dan keterampilan hidup. Program pelatihan guru perlu diperkuat, dengan fokus pada pengembangan keterampilan manajemen kelas, komunikasi efektif, resolusi konflik, dan perlindungan anak.
Pelatihan
yang berbasis pada kasus nyata dan melibatkan partisipasi aktif guru dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Diperlukan sistem pelaporan yang transparan dan akuntabel untuk menyelidiki setiap kasus pelanggaran yang melibatkan guru. Sistem ini harus melibatkan berbagai pihak, seperti guru, orang tua, siswa, dan pihak sekolah, untuk memastikan bahwa setiap kasus ditangani secara adil dan objektif.
Yuk Baca : Kelestarian Lingkungan Juga Tanggungjawab Dunia Pendidikan
Selain
itu juga diperlukan penyamaan persepsi tentang standar prosedur penanganan
kasus pelanggaran yang dilakukan guru antara pihak penegak hukum, dinas
pendidikan dan organisasi profesi guru.
Pemerintah
perlu mengeluarkan kebijakan yang memberikan perlindungan hukum yang lebih kuat
bagi guru dan memberikan insentif bagi mereka yang berprestasi. Kebijakan ini
dapat berupa peningkatan gaji, tunjangan, dan fasilitas bagi guru, serta
perlindungan hukum yang lebih baik ketika mereka menghadapi tuntutan hukum.
Komunikasi yang terbuka dan saling menghormati dapat membantu membangun hubungan yang positif dan mengatasi masalah secara bersama-sama. Sekolah dapat memfasilitasi pertemuan rutin antara guru dan orang tua untuk membahas perkembangan siswa dan mengatasi masalah yang muncul.
![]() |
Kerjasama Antara Guru dan Orangtua Siswa Siswi (AI) |
Diperlukan
juga kampanye sosialisasi yang masif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya peran guru dan tantangan yang mereka hadapi. Kampanye ini
dapat dilakukan melalui media massa, media sosial, dan kegiatan-kegiatan di
sekolah.
Dengan memahami akar masalah dan implikasinya, kita dapat merumuskan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan disiplin siswa. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kolaborasi yang kuat antara semua pihak yang terlibat, termasuk guru, orang tua, siswa, sekolah, pemerintah, dan masyarakat.
Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Yuk Baca : SDN Karangan II Bareng Tumbuh Lewat Bersinar Cling
Pencegahan adalah kunci untuk mengatasi masalah disiplin siswa. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang positif, memberikan pendidikan karakter yang kuat, dan melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan, kita dapat mengurangi terjadinya masalah disiplin.
Ketika
terjadi masalah disiplin, penting untuk melakukan tindakan pemulihan yang
efektif. Hal ini meliputi pemberian konseling bagi siswa yang bermasalah,
memberikan dukungan kepada guru yang terlibat, dan melibatkan orang tua dalam
proses pemulihan.
Masalah
disiplin siswa adalah tantangan yang kompleks, tetapi bukan tidak mungkin untuk
diatasi. Dengan pendekatan yang komprehensif, kolaboratif, dan berkelanjutan,
kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung tumbuh
kembang siswa.
Penulis : Mochamad Farid Ubaidillah, M.Pd. Guru SDN Mojotrisno Mojoagung dan Pengurus PGRI SLCC Kabupaten Jombang.