JOMBANG - Remo Boletan sebagai kesenian yang telah menjadi jati diri Kabupaten Jombang, memang membutuhkan banyak strategi kampanye dan pelestariannya.

Selain sudah dikenalkan lewat pembiasaan Tari Remo di jenjang SD, Remo Boletan juga masih memerlukan peneguhan identitas kebudayaan daerah di tingkat nasional lewat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).


Melansir dari budaya.data.kemdikbud.go. Kabupaten Jombang telah memiliki 5 WBTB. 4 diantaranya masuk kategori Seni Pertunjukkan.

Mulai dari Besutan, Ludruk, Sandur Mandhuro, dan Tari Topeng Jatiduwur. Sedangkan 1 lainnya, masuk ke kategori Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan, yaitu Riyaya Undhuh-Undhuh Mojowarno. 

Pembiasaan Tari Remo di SDN Kepuhrejo I Kudu
(Donny)

Dihubungi via sambungan WhatsApp pada beberapa waktu lalu, Kepala Seksi Sejarah dan Kebudayaan, Disdikbud Kabupaten Jombang, Anom Antono, S.Sn. menjabarkan, proses pengusulan Remo Boletan ke WBTB 2024 memang membutuhkan kerjasama beberapa pihak. Terutama, akademisi, pegiat, dan pelaku seni Remo Boletan itu sendiri.


“Ini cukup beralasan. Karena pengusulan WBTB prosedurnya tidak semudah dulu yang sewaktu-waktu bisa diusulkan. Tapi, kalau sekarang pengajuan ke WBTB memerlukan banyak validasi, dalam jangka waktu satu tahun melalui Data Pokok Kebudayaan. Isinya meliputi, kajian naskah akademik tentang kesejarahan Remo Boletan dan segala bentuk pendokumentasiannya,” ujar Anom Antono.

Baca Juga : Jumlah Perpustakaan di Indonesia Tempat Rangking 6 se Asia Tenggara


Ditambahkan pria yang juga sebagai Dalang ini, proses berliku tersebut dibutuhkan untuk mengetahui dan menganalisa karakteristik Tari Remo Boletan dengan tari remo lainnya. Meski demikian, proses pengajuan Tari Remo Boletan untuk masuk WBTB sudah mengalami tiga kali revisi.

“Revisinya dilakukan karena kita masih membutuhkan tambahan naskah akademik dan dokumentasi,” imbuh Anom Antono.


Antusias Para Siswi Saat Pembiasaan
Tari Remo
(Donny)

Sementara itu, pegiat dan akademisi Kebudayaan Kabupaten Jombang, Imam Ghozali AR, menerangkan, sebenarnya sudah banyak yang mengkaji Tari Remo Boletan. Khususnya aspek kesejarahannya. 

“Tetapi memang, perlu digarisbawahi, proses pengajuan Tari Remo Boletan ke WBTB 2024, harus membuka partisipasi kajian yang lebih luas dari pelbagai stakeholder. Supaya, kajian kebudayaan daerah, khususnya Tari Remo Boletan di Jombang lebih kaya sudut pandang dan kuat validasi akademiknya,” tandas Imam Ghozali AR. ■donny darmawan
Lebih baru Lebih lama