JOMBANG - Gedung Kesenian Jombang pada Sabtu - Minggu (9-10/11) lalu menjadi saksi, bagaimana Gambus Misri sebagai kesenian asli Telatah Kebo Kicak, masih memiliki harapan untuk terus dilestarikan. Selama dua hari inilah, Teater Mutiara Al-Hikam dari Madrasah Al-Hikam Diwek telah sukses memprakasai sebuah gelaran Teater yang mengadopsi konsep Gambus Misri, dengan cerita Perang Yarmuk.
Dijumpai usai pementasan pada (12/11) kemarin, Guru Bahasa Indonesia dan Ekstrakurikuler Teater Madrasah Al-Hikam, Nur Azizah, S.Pd. membenarkan, bahwa pementasan lakon Perang Yarmuk yang melibatkan 96 santri dan santriwati MTs dan Madrasah Aliyah (MA) Al-Hikam Diwek menjadi bagian upaya pengenalan dan revitalisasi Gambus Misri di lingkup pesantren.
Baca Juga : Liputan Khusus : Pendidikan Inklusif Harus Merdeka dan Setara
"Adapun motivasi dalam menggarap pementasan ini karena memang, Gambus Misri sendiri merupakan kesenian drama yang lahir dan lekat dengan kultur pesantren. Maka, hal ini menjadi penting untuk mulai dikenalkan dan dipahamkan kembali ke anak-anak, khususnya para generasi muda hari ini," ungkap Nur Azizah.
Seluruh Pemain Teater Perang Yarmuk (Donny) |
Sementara itu, Sutradara lakon Yarmuk, Taufik Hidayat Alwi yang masih duduk di bangku Kelas XII IPS MA Al-Hikam Diwek, menjabarkan, Yarmuk sendiri merupakan kisah sejarah peperangan tentara Muslim melawan kekaisaran Romawi pada periode 632 Masehi.
"Jadi Yarmuk itu lembah tempat terjadi peperangan ini. Jadi dikenalnya Perang Yarmuk," ujar Taufik Hidayat Alwi.
Baca Juga : Siswa MAN 8 Jombang Beprestasi di Kompetisi Bulutangkis Internasional
Disinggung lebih lanjut mengenai pemilihan Yarmuk sebagai jalan cerita yang dipentaskan, santri asal Jakarta ini, menerangkan, Yarmuk dipilih sebab dalam latar waktunya, Perang Yarmuk telah terjadi sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Jadi ketika dipentaskan tidak beresiko mengaktorkan Nabi Muhammad SAW yang akan melanggar akidah dan hukum secara islam.
Adegan Perang Yarmuk (Donny) |
"Itu memang yang menjadi pertimbangan kami. Kemudian dari persiapan penulisan naskah ini memang sudah berjalan sejak setahun lalu. Dan telah diubah sebanyak tiga kali, sampai pementasan kemarin. Perubahan ini juga karena menyesuaikan karakter aktor yang kami pilih," imbuh Taufik Hidayat Alwi.
Berlangsung selama dua hari, pementasan Teater Perang Yarmuk terbagi ke dalam 4 sesi. Dari keseluruhannya, pementasan ini terbilang sukses, sebab telah menyedot animo muda-mudi dan masyarakat Kota Santri untuk mengenal dan menyaksikan konsep pentas Gambus Misri.
Baca Juga : Liputan Khusus : Menyelami Peran AI di Dunia Pendidikan
Pimpinan Produksi Teater Perang Yarmuk, Mohammad Zain Azizi yang juga santri MA Kelas XII IPA, Al-Hikam Diwek, membenarkan bahwa selama dua hari pementasan Perang Yarmuk ini antusias penonton memang tinggi. Terbukti, dari kuota tiket yang ada, sebanyak 800 tiket ludes terjual.
Para Penguasa Romawi Menyusun Strategi (Donny) |
"Awalnya juga nggak menyangka, kalau penontonnya begitu banyak. Dan keringat, kerja keras, dukungan para guru, sponsor, dan kekompakan kami akhirnya terbayar. Dari melalui proses latihan selama seminggu tiga kali, persiapan properti, musik, dan artistik, semuanya tidak mudah. Tapi kami akhirnya bisa menyelesaikannya dalam waktu tiga bulan persiapan dengan modal komunikasi dan kekompakan kerja tim," terang Mohammad Zain Azizi.
Baca Juga : SMP Darul Ulum 1 Peterongan Goes To Bangkok
Diakui pula oleh Mohammad Zain Azizi bahwa, kesukseskan pementasan ini menjadi pelajaran penting bagi rekan-rekannya untuk melatih kedisiplinan mengatur waktu.
Duel Tentara Muslim dan Romawi (Donny) |
"Memang tantangan kami juga soal waktu. Karena jam belajar di pondok dan sekolah memang padat. Tapi kerennya, teman-teman punya siasat untuk berlatih dan menghafal naskah secara mandiri di sela jam belajarnya. Dan dari sini juga Gambus Misri masih penting sebagai media dakwah melalui seni," tandas Mohammad Zain Azizi. ■donny darmawan